Dua penelitian yang diterbitkan minggu lalu menyatakan mereka dengan golongan darah O lebih aman dari COVID-19.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) milik pemerintah AS mengingatkan tentang risiko penyebaran COVID-19 dalam pertemuan kecil, terutama yang diadakan di dalam rumah.
Mempercepat waktu pengembangan vaksin berisiko terekspos semua bahaya yang tidak perlu.
Daewoong Pharmaceutical, salah satu farmasi besar di Korea mengembangkan obat niclosamide, yang adalah obat cacing untuk COVID-19.
UGM mengembangkan alat deteksi virus corona berdasarkan hembusan napas. Alat ini diberi nama GeNose. GeNose akan dikenal sebagai teknologi pengendus COVID-19.
Kombinasi protein nabati dan hewani penting untuk mencukupi kebutuhan gizi sesuai pedoman gizi seimbang. Jangan lupakan variasi makanan.
Demonstrasi menolak Undang Undang Cipta Kerja berlangsung massif di berbagai tempat di Indonesia. Beberapa di antara mereka –yang diamankan polisi – positif corona lewat tes swab. Mereka berisiko menulari orang lain.
Persentase kasus kesembuhan sepuluh provinsi di Indonesia selama lima pekan terakhir cenderung stabil. Ada lima provinsi yang tercatat menangani kasus COVID-19 dengan baik.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 10% populasi dunia terinfeksi COVID-19, ini setara dengan 760 juta orang yang terkena penyakit ini.
Pakar menyatakan COVID-19 bukanlah pandemi, tetapi gabungan dua epidemi SARS-CoV-2 dan penyakit tidak menular.
Sudah 10 bulan pandemi COVID-19 melanda dunia. Jumlah korban meninggal di seluruh dunia terus bertambah. Demikian pula Indonesia, trennya belum menunjukkan penurunan, positive rate tetap tinggi.
Uji klinis terapi sel punca untuk COVID-19 telah dimulai di Indonesia bekerjasama dengan Daewoong Pharmaceutical dari Korea. Bagaimana cara kerja terapi sel punca?
Persepsi yang salah turut memengaruhi mengapa mayoritas laki-laki ogah ikut KB. Padahal, vasektomi tidak menurunkan kemampuan seksual laki-laki.
Ruam dan bengkak pada jari kaki disebut indikasi terbaru terinfeksi COVID-19. Para ahli dermatologi menyebut fenomena ini dengan 'Covid toes' yang banyak dialami oleh pasien muda yang terpapar virus corona.
Efek samping obat dan kejadian tidak diinginkan terdengar serupa, tapi tidak sama. Yuk simak penjelasannya.