Apa Bedanya KIPI dengan Efek Simpang dan Efek Samping?

Vaksinasi COVID-19 Berjalan Lancar, Apa Bedanya KIPI dengan Efek Simpang dan Efek Samping?

Vaksinasi COVID-19 tahap pertama di Indonesia telah berjalan satu minggu. Hingga Rabu (20/12021), Komnas KIPI mendapat 30 laporan KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) yang bersifat ringan. Ini sesuai dengan hasil uji klinis fase III CoronaVac di Bandung, yang menemukan bahwa KIPI dari vaksin COVID-19 produksi Sinovac dan Bio Farma bersifat ringan-sedang. Sebenarnya, apa bedanya KIPI dengan efek simpang dan efek samping?

Dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, KIPI adalah semua kondisi medis yang muncul setelah dilakukannya imunisasi atau vaksinasi. “Bisa berhubungan dengan vaksinasi, bisa pula tidak,” terang Guru Besar Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI ini. Ya, KIPI bisa saja tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksinasi. “Misalnya sehabis vaksin, seseorang jatuh. Kita belum tahu apakah jatuhnya itu karena memang jatuh saja, ataukah karena dia merasa pusing akibat vaksin sehingga jatuh. Ada hubungannya atau tidak dengan vaksinasi, disebut KIPI,” paparnya kepada OTC Digest.

Lalu, apa bedanya KIPI dengan efek simpang? “Efek simpang itu bagian dari KIPI. Jadi itu efek yang tidak diinginkan yang terjadi akibat vaksinasi,” ucap Prof. Iris. Dengan kata lain, efek simpang adalah efek yang memang berhubungan dengan vaksinasi. Untuk vaksin digunakan istilah efek simpang, sedangkan efek samping biasanya digunakan untuk obat.

Efek simpang CoronaVac

Prof. Iris menjelaskan, efek simpang atau KIPI yang berhubungan dengan vaksinasi secara umum dibagi menjadi dua, yakni lokal dan sistemik. “Reaksi lokal misalnya bengkak, dan nyeri di tempat suntikan. Yang sistemik misalnya demam, nyeri otot, dan kelelahan,” ucapnya. Ini adala KIPI yang paling umum pada semua vaksin.

Efek simpang CoronaVac pun tidak jauh berbeda. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Komnas KIPI Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.Trop.Paed, berdasarkan laporan yang masuk ke Komnas KIPI. “KIPI umumnya berupa pegal, nyeri di tempat suntikan, kemerahan. Juga ada demam, mual, lemas, dan perubahan nafsu makan. Tapi semua menunjukkan gejala yang sebagian besar tak perlu pengobatan,” tuturnya, dalam diskusi daring, Rabu (20/1/2021).

Berdasarkan penelitian, efek simpang yang ditimbulkan CoronaVac berupa nyeri lokal, pembengkakan di tempat suntikan, nyeri otot, dan sakit kepala hanya 0,1%. Adapun efek simpang diare berkisar 1-1,5%. KIPI ringan umumnya hilang sendiri tanpa pengobatan apa-apa. Bila demam dirasa cukup mengganggu, bisa minum obat penurun demam. Nyeri di tempat suntikan bisa diatasi dengan kompres dingin.

Laporkan KIPI

Usai vaksinasi apapun, kita diminta menunggu dulu 30 menit di tempat vaksinasi. Tujuannya, untuk memonitor kondisi kita, termasuk KIPI yang muncul. Dikhawatirkan ada reaksi yang serius dan butuh penanganan segera.

Salah satu yang paling ditakutkan yakni reaksi alergi berat, yang disebut syok anafilaksis. “Anafilaksis biasanya muncul cepat, dalam beberapa menit setelah vaksinasi. Bila ini terjadi, dibutuhkan suntikan epinefrin atau adrenalin dengan segera,” tegas Prof. Iris. Anafilaksis bisa saja muncul terlambat, selewat 30 menit, tapi sangat jarang. Perlu diperhatikan, tidak hanya vaksin yang bisa menimbulkan syok anafilaksis. Obat-obatan seperti antibiotik suntik pun bisa menimbulkan anafilaksis. Demikian pula kacang tanah, yang banyak terjadi pada ras Kaukasia.

Baik Prof. Iris dan Prof. Hinky mengingatkan untuk melaporkan semua KIPI yang dialami, baik yang mungkin berhubungan dengan vaksinasi maupun tidak. “KIPI bisa dilaporkan ke fasilitas pelayanan kesehatan tempat kita mendapat vaksin,” ujar Prof. Hinky. Ia menegaskan, semua fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan vaksinasi wajib mencatat dan melaporkan KIPI.

Sistem pelaporan KIPI sudah baik. Alurnya berjenjang, mulai dari laporan masyarakat, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, hingga ke Komnas KIPI. Selama vaksin digunakan di masyarakat, KIPI akan terus dimonitor dan dievaluasi oleh Komnas KIPI. Tidak lain untuk mengkaji adanya hubungan vaksin dengan kondisi medis yang terjadi, untuk memonitor keamanan vaksin.

Jadi, jangan bingung lagi soal apa bedanya KIPI dengan efek simpang. Laporkan semua kondisi medis yang dialami setelah menjalani vaksinasi. “Semua hal yang dikaitkan dengan vaksin tidak memandang jangka waktunya. Baik sehari setelah vaksinasi, sebulan kemudian, ataupun empat tahun setelahnya, masih dikaitkan dengan vaksinasi,” pungkasnya. (nid)