Kasus Covid-19 melonjak tak terkendali pasca liburan panjang. PSBB diberlakukan di Jawa-Bali.
Palang Merah Indonesia (PMI) mencatat di akhir Desember 2020 lalu terjadi antrean kebutuhan plasma darah konvalesen untuk membantu terapi COVID-19.
Pada 30 Desember 2020 lalu Kementerian Kesehatan telah menandatangani perjanjian pembelian di muka untuk pasokan 50 juta dosis vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca.
Diperkirakan membutuhkan waktu hingga 3.5 tahun untuk menyelesaikan seluruh program vaksinasi.
Setelah vaksin COVID-19 tersedia, para pemimpin dunia “berlomba-lomba” untuk divaksinasi. Tujuannya untuk mendorong publik agar juga mau ambil bagian dalam program vaksinasi.
Data menunjukkan secara berturut-turut dari tanggal 20 - 23 Desember 2020 positivity rate Indonesia lebih dari 20%, artinya satu dari lima orang yang dites hasilnya positif COVID
Virus corona varian baru dari Inggris dinyatakan lebih cepat menular. Virus ini belum terbukti masuk ke Indonesia, tapi tetap harus waspada.
Di penghujung tahun 2020 alat deteksi COVID-19 melalui hembusan napas yang dikembangkan UGM mendapatkan izin edar.
Menjelang libur panjang akhir tahun kasus COVID-19 di Indonesia terus bertambah, bahkan di minggu ini terjadi peningkatan kasus positif hingga 3% dibanding minggu kemarin.
Mutasi virus corona D614G memiliki daya infeksi 10x lipat, lebih bertahan di tubuh manusia, dan menyebar lebih cepat. Bagaimana perjalanan mutasi virus ini di Indonesia?
Mereka yang sudah sembuh dari COVID-19 diketahui memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2. Sehingga apakah vaksinasi COVID-19 masih perlu bagi mereka?
Dalam sebuah studi besar, para peneliti mengungkapkan bahwa hampir seperempat penduduk dunia mungkin tidak mendapat vaksin COVID-19 hingga setidaknya tahun 2022.
Setiap penderita hipertensi memerlukan pemantauan berkala, terutama memantau tensi di malam hari (sebelum tidur) dan pagi hari setelah bangun tidur.
Kanker tidak mengenal pandemi COVID-19. Pasien tetap perlu mendapat pengobatan, tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pandemi ini sudah berjalan hampir satu tahun, tetapi masyarakat dibingungkan dengan munculnya delirium yang dianggap sebagai gejala ‘baru’ COVID-19.