Risiko Gangguan Psikologis akibat Menopause – Bagaimana Menyiasatinya?
gangguan_psikologis_akibat_menopause

Risiko Gangguan Psikologis akibat Menopause – Bagaimana Menyiasatinya?

Memasuki usia menopause, terjadi perubahan besar dalam kondisi hormonal perempuan. Kadar estrogen yang merupakan hormon utama perempuan, menukik tajam. Hal ini tak hanya berpengaruh pada kondisi fisik, tapi juga psikis. “Perubahan hormonal pada menopause meningkatkan stres dan disfungsi fisik maupun psikis. Akibatnya, bisa terjadi gangguan psikologis akibat menopause, termasuk gangguan mood dan/atau kognitif,” ungkap Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K), MPd.Ked.

Tak jarang gangguan psikologis akibat menopause membuat satu keluarga ikut menderita, tak hanya si ibu. Gangguan psikis yang dirasakan oleh ibu bisa membuatnya menarik diri, gampang ‘meledak’, dan tidak mau dibantu. “Ditemani salah, tidak ditemani juga salah. Orang-orang terdekat yang ingin membantu, gagal untuk mendekatinya,” ujar Dr. dr. Natalia, dalam webinar media secara virtual yang diselenggarakan Prodia, beberapa waktu lalu.

Gangguan Psikologis akibat Menopause

Secara umum, stres psikologis bisa timbul ketika kita berhadapan dengan perubahan situasi. Terkait menopause, penurunan kadar estrogen membuat perempuan cenderung lebih gemuk, kulit menjadi keriput, dan muncul berbagai gejala misalnya hot flashes. Hal ini bisa menimbulkan rasa insecure, yang berlanjut pada pandangan negatif terhadap tubuh sendiri. “Akhirnya timbul rasa tidak percaya diri, merasa diri tidak menarik, dan merasa tidak mampu tuntutan pekerjaan. Ini membuat perempuan menopause rentan mengalami stress psikologis,” ujar Dr. dr. Natalia.

Dampak langsung terhadap kondisi psikis juga terjadi. Perubahan hormonal memengaruhi neurotransmitter di otak, misalnya serotonin dan dopamin, yang penting untuk motivasi dan rasa bahagia. “Bila ini terganggu, terjadilah gangguan mood, yang bisa memicu depresi,” terangnya.

Baca juga: 6 Jenis Olahraga Terbaik untuk Perempuan Usia 50 Tahunan agar Tetap Langsing

Hal ini bisa diperberat dengan coping yang kurang baik, dan cara pandang yang buruk terhadap diri sendiri. “Ini membuatnya melihat segala hal secara negatif, alih-alih mencari solusi. Ini membuatnya stres terus, dan terjadilah lingkaran setan. Tingkat stres tinggi merusak otak karena banyak radikal bebas yang dilepaskan saat kita stress,” tutur Dr. dr. Natalia.

Disregulasi neurotransmitter juga bisa memicu ansietas (kecemasan), yang muncul sebagai respons terhadap stres. Manifestasi ansietas bisa berupa gangguan panik, cemas menyeluruh, hingga gejala klinis seperti napas memendek, jantung berdebar-debar, dan telapak tangan berkeringat.

Semua itu akan menurunkan kualitas hidup. Tak jarang, timbul keinginan untuk mengakhiri pernikahan. “Di Inggris dan Amerika Serikat, perceraian banyak terjadi di usia 45 – 59 tahun,” ujar Dr. dr. Natalia. Perubahan mood dan depresi bisa memengaruhi hubungan antar pasangan, bahkan menyebabkan hilangnya keintiman dan romansa dalam hubungan. Yang paling dikhawatirkan, tentu saja bila sudah tidak ada kehilangan motivasi atau keinginan untuk beraktivitas, dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup.

Cara Menyiasatinya

Mengatasi gangguan psikologis akibat menopause memang tidak mudah. “Tapi dengan perawatan yang tepat dan segera, ini bisa dilakukan,” tegas Dr. dr. Natalia. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan oleh perempuan menopause ataupun keluarganya.

1. Mengenali gejala secara dini

Menopause umumnya terjadi di rentang usia 45-55 tahun. Jadi, bila muncul gejala penurunan kognitif (sulit konsentrasi, gampang lupa, memori menurun), gangguan tidur, gejala cemas (gelisah, panik, berdebar-debar), gejala depresi, maupun gejala psikis seperti hot flashes, bisa dicurigai sebagai gejala menopause.

2. Menerima kondisi

Ibu perlu menerima bahwa berbagai keluhan yang dirasakan mungkin adalah gejala menopause. Sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter, agar bisa mendapat perawatan yang tepat. Komunikasikan pula hal ini kepada pasangan dan anak-anak, sehingga keluarga terdekat bisa memberi dukungan penuh.

3. Jangan langsung percaya mitos

Banyak sekali mitos tentang menopause. Misalnya menopause akan menyebabkan depresi, membuat kulit jelek, dan mengganggu fungsi seksual. “Hal-hal ini bisa membuat ibu ketakutan, dan memperberat gangguan psikologis. Padahal bila mendapat perawatan yang tepat dengan segera, gejala-gejala menopause bisa diatasi,” ujar Dr. dr. Natalia.

4. Keluarga: berikan social support

Suami dan anak-anak adalah support system yang paling penting. “Berikan perhatian dan kasih sayang, habiskan waktu bersama ibu, dan dengarkan keluh kesahnya,” ujar Dr. dr. Natalia. Hubungan yang baik dalam keluarga akan membuat ibu lebih tenang dan kuat menghadapi gejala-gejala menopause.

5. Ajak mencari pengobatan

Bila gangguan mood/kognitif sudah memengaruhi kualitas hidup dan relasi dalam keluarga, ajak dan dukung ibu untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater. “Bisa juga melakukan couple therapy, atau mendukung ibu mengikuti kelompok psikoedukasi atau psikoterapi dengan teman sebaya,” papar Dr. dr. Natalia.

6. Ajak ibu berkegiatan bersama

Ajaklah ibu untuk melakukan relakasi ataupun olahraga bersama. Relaksasi dan olahraga akan mengurangi hormon stres, serta memicu pelepasan hormon dan neurotransmitter yang memperbaiki mood. Bila dilakukan bersama dampaknya akan lebih baik karena tercipta bonding yang lebih erat, sehingga ibu tidak merasa sendirian.

7. Memperbaiki pola hidup

Pola makan yang baik sesuai prinsip gizi seimbang, berolahraga rutin dan teratur, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok, turut membantu meminimalkan gejala menopause. Hal ini tidak hanya perlu dilakukan oleh ibu, melainkan oleh seluruh anggota keluarga, sehingga ibu merasa bahwa keluarga benar-benar mendukungnya.

Gangguan psikologis akibat menopause adalah hal yang alamiah. Namun bukan berarti boleh didiamkan, karenakeluhan akan makin berat. Ibu dan anggota keluarga lain harus kompak untuk bisa menyiasatinya. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Image by stefamerpik on Freepik