lansia berisiko terkena herpes zoster
lansia berisiko terkena herpes zoster cegah dengan vaksinasi

30% Lansia Berisiko Terkena Herpes Zoster, Cegah Dengan Vaksinasi

Populasi senior merupakan salah satu kelompok rawan terkena herpes zoster. Selain secara alami mengalami penurunan imunitas, mereka juga biasanya menderita penyakit kronis. 

Herpes zoster dikenal juga sebagai cacar api atau cacar ular. Disebabkan oleh virus yang sama penyebab cacar air, yakni virus varicella zoster (VZV). Mereka yang pernah mengalami cacar air kemudian sembuh, bukan berarti virusnya hilang/mati, melainkan menjadi tidak aktif (dorman) di ujung sistem saraf kita. 

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi VZV yang dorman akibat penurunan sistem imun. Ada dua kelompok besar yang berisiko menderita cacar api: mereka yang berusia > 50 tahun, dan dewasa dengan penyakit yang mempengaruhi imunitas, seperti penderita autoimun atau penyakit kronis (diabetes, gagal ginjal kronis, kanker, penyakit jantung, dll). 

Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP, menjelaskan sekitar 90% orang dewasa pernah terkena cacar air di suatu masa kehidupannya, dari jumlah tersebut 30%-nya akan menderita herpes zoster saat ia memasuki usia lanjut. 

Rasa sakit dari herpes zoster digambarkan sebagai rasa sakit yang mendalam, membakar, menusuk atau nyeri. “Sakit karena zoster akan hilang dalam 6 minggu, tetapi pada 30% pasien nyerinya tidak hilang-hilang. Bahkan nyerinya digambarkan lebih hebat daripada nyeri melahirkan,” ujar Prof. Samsu, dalam seminar Kenali Herpes Zoster dan Perbaruan Jadwal Imunisasi Dewasa 2024, Rabu (24/7/2024).

Neuralgia pasca-herpes (NPH) adalah nyeri saraf jangka panjang, bisa berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan, merupakan komplikasi paling umum dari herpes zoster. Terjadi pada 5-30% pasien. Komplikasi lain termasuk infeksi saraf di sekitar mata (terjadi pada 25% kasus). Dan, yang lebih jarang adalah kejadian kardiovaskular dan serebrovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, serta gangguan pendengaran. 

Dampak herpes zoster tidak hanya secara fisik, tetapi juga psikologis. “Ada pasien saya berusia 70 tahun karena sakit yang amat sangat meminta diakhiri hidupnya. Ini bagian dari depresi yang ia alami,” cerita Dr. dr. Sukamto Koesno, SpPD- KAI, dalam kesempatan yang sama.

Obat herpes zoster (antivirus) berdampak optimal bila diberikan dalam waktu 72 jam sejak timbulnya ruam. Pengobatan nyeri herpes zoster dimulai pada fase akut dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga tahunan. 

Pasien dengan NPH umumnya memerlukan beberapa obat pereda nyeri yang efeknya terbatas. Tapi, data menunjukkan hanya 14% pasien NPH yang merasa puas dengan pengobatan nyerinya. 

Sehingga sangat penting untuk melakukan pencegahan terhadap orang dewasa berusia >50 tahun atau dengan penyakit kronis. 

"Sangat penting untuk memprioritaskan upaya pencegahan, terutama di antara populasi berisiko tinggi. Infeksi influenza dan herpes zoster terbukti meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular dan neurovaskular (misalnya, serangan jantung dan stroke) dalam beberapa bulan setelah infeksi akut,” imbuh Prof. Samsu.  

Kondisi imunokompromi seperti HIV, kanker, diabetes, penyakit kardiovaskular, atau penyakit ginjal melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih sulit bagi tubuh untuk menangkis reaktivasi virus.

Cegah dengan vaksinasi 

Dr. Sukamto menjelaskan, vaksinasi herpes zoster memiliki efikasi >90% pada pasien di atas usia 50 tahun, dan manfaatnya perlindungannya bisa bertahan hingga 10 tahun setelah vaksinasi. Vaksin sudah bisa diberikan sejak usia 18 tahun ke atas. 

“Vaksin herpes zoster menurunkan nyeri dan meningkatkan kualitas hidup lansia,” tambahnya. “Ini adalah vaksin rekombinan atau vaksin mati yang aman untuk pasien imunokompromi karena tidak menyebabkan sakit.” 

Meskipun utamanya berperan sebagai pencegahan, vaksinasi tetap bermanfaat untuk mereka yang sudah pernah menderita herpes zoster. “Justru kalau sudah kena herpes zoster, yang perlu dipikirkan adalah vaksinasi, karena mereka tetap ada risiko untuk kena (terinfeksi) lagi,” dr. Sukamto menjelaskan. 

Sebagai catatan, prevalensi rekurensi (infeksi ulang) terjadi pada individu dengan imunokompromi cukup tinggi, sekitar 18%. Vaksinasi herpes zoster bisa diberikan bersamaan / dalam waktu berdekatan dengan vaksin lainnya, misalnya vaksin influenza atau meningitis. 

Hasil studi SPS (Shingles Prevention Study) dan ZEST (ZOSTAVAX Efficacy and Safety) menunjukkan, vaksinasi mengurangi 70% kejadian herpes zoster pada usia 50-59 tahun, dan 59% pada kelompok usia >60 tahun dibanding plasebo (obat kosong), dan kejadian NPH berkurang 67% pada kelompok usia >60 tahun. Setelah 6 minggu, hasil pemeriksaan antibodi lebih tinggi pada mereka yang mendapat vaksin, ketimbang plasebo. (jie)

Baca juga: Bedakan Herpes Genital dengan Herpes Zoster