Sistem imun berperan penting dalam mendukung prestasi anak, karena kesehatan yang baik secara langsung mempengaruhi kemampuan belajar dan performa akademik anak.
Berdasarkan PISA (Programme for International Student Assessment) di tahun 2018, skor anak Indonesia tergolong rendah. Dari 79 negara, Indonesia menduduki peringkat 73 untuk matematika, 74 untuk membaca, dan 71 untuk sains.
“Sistem imun yang kuat berperan penting dalam melindungi otak dari infeksi dan inflamasi. Jika anak sakit akan berkurang stimulus dalam otaknya, dan mengganggu perkembangan otak si kecil,” papar dr. Atilla Dewanti, SpA(K), dalam webinar bertema Dukung Anak Tumbuh Jadi Pemenang: Optimalkan Sistem Imun dan Perkembangan Otaknya, Kamis (25/7/2024).
Ketika anak sering sakit, proses belajar dan perkembangan otak dapat terganggu. Sistem imun yang sehat membantu memastikan anak tetap aktif, belajar dengan baik, dan berkembang secara optimal.
Dr. Atilla menjelaskan, otak adalah organ yang sangat dilindungi oleh tubuh dan memiliki pembatas tersendiri dari darah yang disebut blood-brain-barrier, berfungsi mencegah bakteri dan virus dan darah masuk ke otak. Untuk itu, dibutuhkan sel imun spesial di otak yakni microglia.
Di satu sisi, sistem pencernaan disebut juga “otak kedua”. Mikroorganisme usus, khususnya bakteri baik (probiotik), mendukung produksi sel imun tubuh dan merupakan garda pertahanan pertama melawan infeksi.
Probiotik meningkatkan sistem imun, dengan menstimulasi produksi dan aktivitas sel-sel imun di jaringan mukosal. Suatu jaringan yang melapisi saluran pencernaan, mulut, pernapasan dan saluran kemih. Bakteri probiotik juga dapat melekat pada sel epitel usus dan mengaktifkan makrofag, yang berfungsi membunuh bakteri.
“Bakteri di usus berinteraksi dengan imun, imun berinteraksi dengan otak. Ini disebut Gut-Brain- Axis,” terang dr. Atilla. “Bila ada ketidakseimbangan mikrobiota usus maka akan mencetuskan produksi neurotransmitteryang akan mengaktifkan sel microglia, terjadi inflamasi, sel otak mati, sehingga menghambat perkembangan otak anak.”
Lupakan salmon, pilih ikan kembung
Nutrisi yang tepat dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki performa akademik melalui peningkatan daya tahan tubuh dan fungsi kognitif.
Nutrisi yang menunjang imunitas serta perkembangan otak anak, dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang tinggi prebiotik (didapat dari buah-buahan dan sayuran), omega-3 dari ikan salmon dan ikan kembung, omega-6 yang bersumber dari makanan seperti telur, vitamin C salah satunya dari buah jeruk, dan vitamin E seperti yang terkandung dalam buah alpukat, yang mendukung kesehatan saluran pencernaan.
“DHA (doxosahexaenoic acid; salah satu omega 3) baik untuk perkembangan otak, banyak di ikan. Ikan kembung sudah diteliti mengandung DHA yang setara dengan salmon. Berikan setiap hari karena DHA-nya tinggi,” dr. Atilla menjelaskan.
Sebagai alternatif lain makanan tinggi DHA adalah ikan makarel, sarden, tuna, cumi, atau kerang. Sementara makanan sumber prebiotik bisa memilih kacang-kacangan, pisang, apel, semangka dan bawang bombay.
Baca: Mengenal Manfaat DHA Untuk Otak Anak
Sebagai informasi, prebiotik adalah zat pangan yang tidak tercerna usus namun bermanfaat merangsang pertumbuhan bakteri baik. Dengan kata lain, probiotik adalah makanan untuk probiotik.
Prebiotik juga bisa didapatkan pada produk susu formula yang mengandung FOS (frukto-oligosakarida) dan GOS (galakto-oligosakarida).
Sebuah studi meneliti manfaat dari penambahan GOS dan FOS pada susu pertumbuhan pada anak usia 11-29 bulan. Hasilnya, pada kelompok susu+prebiotik, lebih banyak anak yang tidak mendapat infeksi, dibandingkan anak-anak di kelompok susu biasa.
Sedangkan probiotik (bakteri baik) selain yang ada di usus, kita bisa mensuplainya melalui makanan fermentasi, seperti yogurt, kimchi, kefir atau tauco. Tempe diketahui mengandung bakteri probiotik, namun karena proses pemanasan (misalnya digoreng), membuat bakteri baik menjadi mati. Probiotik hanya bisa bertahan hidup dalam suhu dingin.
Jangan lupa terapkan konsep “Isi Piringku”. Dua pertiga dari setengah piring adalah makanan pokok (nasi, jagung, singkong, kentang, dll), sepertiga dari separuh piring adalah lauk-pauk. Kemudian separuh piring lainnya, sepertiganya adalah buah dan dua per tiganya adalah sayuran, pungkas dr. Atilla menutup perbincangan. (jie)