Risiko anak kurang gizi ternyata bisa dipicu akibat ketidakseimbangan komposisi mikrobiota usus. Mikroba usus ini berperan penting untuk membantu penyerapan nutrisi di usus. Konsumsi makanan/minuman yang pertumbuhan bakteri baik di usus diperlukan sejak dini.
Data menyebutkan kurang gizi mengenai hampir 25% anak balita di seluruh dunia, dan menyebabkan hampir separuh kematian anak. Kejadian kurang gizi pada anak juga dikaitkan dengan keterlambatan pertubuhan jangka panjang, selain penurunan kecerdasan, ekonomi dan peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari.
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa komunitas mikroba usus, yang dikenal sebagai mikrobioma, juga berperan penting. Studi Ruairi C Robertson membuktikan bahwa mikrobioma usus mengatur pengumpulan energi dari nutrisi, sinyal hormon pertumbuhan, resistensi kolonisasi, dan toleransi kekebalan terhadap patogen (mikroorganisme merugikan), serta jalur lain yang sangat terkait dengan pertumbuhan anak yang sehat.
Gangguan ekosistem mikroba usus normal – melalui pola makan yang kurang bergizi, atau lingkungan tidak higienis – terutama di fase awal kehidupan, dapat mengganggu jalur penting terkait tumbuh kembang anak, sehingga berkontribusi terhadap kekurangan gizi anak.
Dr. dr. Luciana Sutanto, MS, SpGK(K), menjelaskan dibutuhkan zat gizi yang baik untuk mendapatkan mikrobiota usus yang sehat. Ini berarti terjadi keseimbangan komposisi antara mikroba patogen (virus, parasit, bakteri berbahaya) dan bakteri baik (probiotik).
“Jika terjadi masalah kesehatan sehingga mikrobiotanya tidak bagus (ada ketidakseimbangan atau dysbiosis), bisa menimbulkan penyakit ke depannya,” ujar dr. Luciana dalam webinar Memelihara Saluran Cerna Anak Agar Penyerapan Nutrisi Optimal, Sabtu (20/7/2024).
Ia menambahkan perkembangan mikrobiota usus, pertama-tama, dipengaruhi oleh pola makan ibu hamil; makanan yang ibu konsumsi akan dikirimkan ke plasenta, kemudian ke janin.
Selain itu, mikrobioma juga bisa ditransfer melalui ASI. “Dan, ternyata paparan saat proses melahirkan juga berpengaruh. Kalau melahirkan normal, bayi akan terpapar mikrobioma ibu,” dr. Luciana menjelaskan.
Studi menyatakan pada mikrobioma yang pematangannya sehat, ternyata juga menghasilkan anak yang sehat. Sebaliknya gangguan pematangan mikrobioma berpengaruh dengan fenotipe (karakteristik gen) kurang gizi – menyebabkan terjadinya wasting (gizi buruk), stunting dan infeksi.
“Sehingga marilah berusaha kalau misalnya ada gangguan pematangan mikrobioma, kita berikan makanan yang sehat untuk si kecil, supaya terjadi perbaikan kesehatan,” kata dr. Luciana yang juga menegaskan bila restorasi mikrobioma adalah bagian dari strategi manajemen kurangan gizi pada anak.
“Isi Piringku” dan konsumsi probiotik sejak dini
Menjaga kesehatan saluran cerna, termasuk menciptakan mikrobiota usus yang sehat ibu bisa berpegang pada pedoman yang diterbitkan pemerintah lewat “Isi Piringku”.
- Untuk anak 6 bulan – 2 tahun. Karbohidrat (nasi, kentang, singkong, jagung, sagu, dll) menempati 35% isi piring. Protein hewani (telur, daging unggas, daging merah atau ikan) 30%. Kacang-kacangan dan olahan tahu/tempe 10%. Sayur dan buah (misalnya sawi, bayam, wortel, papaya, pisang, dll) 25%.
- Anak 2 – 5 tahun. Makanan pokok / karbohidrat tetap 35% isi piring; lauk pauk (baik hewani dan nabati) 35%; buah dan sayur 30%.
Sebagai catatan, serat dalam buah dan sayur termasuk ke dalam golongan prebiotik. Ini adalah zat pangan yang tidak bisa dicerna usus yang menstimulasi pertumbuhan bakteri baik. Singkat kata, prebiotik adalah makanan bakteri probiotik.
Selain prebiotik, anak-anak bisa diberikan makanan/minuman yang mengandung bakteri probiotik sejak dini. Para ahli gizi menyarankan makanan/minuman probiotik diberikan selepas masa ASI eksklusif dengan porsi yang disesuaikan.
Disarankan untuk rutin diberikan (setiap hari) untuk menjaga kesehatan saluran cerna si kecil. Saluran cerna yang sehat sangat menentukan penyerapan nutrisi dan tumbuh kembang anak.
Salah satu minuman probiotik yang beredar di pasaran mengandung 6,5 milyar bakteri probiotik L. caseiShirota strain yang mampu merangsang pertumbuhan bakteri bermanfaat di usus, dan menekan bakteri jahat.
Penelitian Rafl Jager, et al – diterbitkan di jurnal Probiotics and Antimicrobial Proteins – menunjukkan bila konsumsi probiotik dapat membantu penyerapan protein dengan lebih baik dalam makanan, serta vitamin dan nutrisi lain.
“Mikrobioma usus terbentuk sejak awal kehidupan, ia berperan jangka panjang bagi pertumbuhan anak. Masa kritis perkembangan terjadi pada satu hingga tiga bulan pertama kehidupan, saat mikrobioma sehat terbentuk dan risiko asma dan alergi menurun. Mikrobioma yang sehat dipengaruhi persalinan, ASI dan gizi,” pungkas dr. Luciana. (jie)
Baca juga: Probiotik Terbukti Meningkatkan Penyerapan Nutrisi Selama Kehamilan