Menjaga pola makan dan aktif bergerak adalah dasar pengobatan penyakit metabolik, termasuk diabetes. Konsumsi serat dalam setiap porsi makan, disertai herbal yang memiliki efek antiglikemik terbukti efektif menjaga gula darah, menurut penelitian.
Sebagai informasi, prevalensi diabetes di Indonesia bertambah tiap tahun. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menyebutkan 5,7% penduduk Indonesia menderita diabetes, bertambah menjadi 6,9% (2013) dan 10,9% (2018; setidaknya satu dari 10 orang dewasa menyandang diabetes).
Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan 2022 memperkirakan ada sekitar 20 juta pasien diabetes di Indonesia, di mana 70%-nya dengan gula darah tidak terkontrol.
Seseorang dinyatakan menyandang diabetes bila gula darah puasa > 126 mg/dL, glukosa plasma 2 jam setelah makan adalah > 200 mg/dL, dan HbA1c > 6,5% (rerata kadar gula darah dalam 3 bulan).
Gejala “klasik” diabetes seperti sering buang air kecil, gampang haus/lapar dan berat badan turun drastis, biasanya terjadi saat gula darah di atas normal sudah terjadi bertahun-tahun. Sangat mungkin disertai gejala lain berupa badan lemah, kesemutan tanpa sebab, mata kabur, gatal-gatal dan disfungsi ereksi.
Mengontrol gula darah sangat penting agar penyakit kronis ini tidak menimbulkan komplikasi ke organ lain, serperti mata, saraf, ginjal hingga jantung. Sebelum menggunakan terapi obat-obatan, penderita diabetes diwajibkan merubah gaya hidup (diet dan olahraga teratur).
Serat menghambat penyerapan gula
Salah satu penyebab tingginya kasus diabetes adalah akibat pola makan masyarakat Indonesia yang tinggi karbohidrat (gula) dan minim serat. Anjuran konsumsi serat adalah 25 - 30 gram per hari (kombinasi antara serat larut dan tidak larut). Namun faktanya, hanya 6,5% orang Indonesia yang mengonsumsi cukup serat sehari-hari.
Padahal banyak manfaat didapatkan dari konsumsi serat, termasuk memberi efek kenyang lebih lama, menghambat penyerapan gula di usus, hingga menjaga kadar kolesterol.
Studi Weckert Martin, et al, di the Journal of Nutrition (2018), menjelaskan secara konsisten partisipan yang mengonsumsi lebih banyak serat (>25 gr/hari pada wanita dan >38 gr/hari mengalami penurunan risiko diabetes 20 - 30%.
Penelitian tahun 2022 di India menyebutkan pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik menyebabkan peningkatan prevalensi diabetes tipe 2 (DM2). Diet tinggi serat (baik dari makanan atau suplemen) berperan penting dalam manajemen DM2. Dan 25 - 40 gram serat per hari adalah jumlah yang direkomendasikan peneliti.
Manis yang meningkatkan sensitivitas insulin
Herbal tertentu, seperti kayu manis (cinnamon) telah lama dikenal memiliki efek penurun gula darah, bermanfaat untuk penderita diabetes. Kayu manis mengandung polifenol (antioksidan), yang meningkatkan 3 protein kunci pada DM2 : pemberian sinyal insulin, pemindahan glukosa dan respon peradangan.
Proanthocyanidin merupakan jenis polifenol kayu manis yang spesifik memiliki efek mirip insulin. Zat ini menyelinap ke dalam sel dan mengaktifkan reseptor insulin. Sensitivitas insulin meningkat dan level glukosa membaik, sel kembali bisa menggunakan energi dari gula.
Studi tahun 2003 oleh Khan A, dkk, di Pakistan menemukan bahwa konsumsi kayu manis sebanyak 1, 3, atau 6 gram per hari menurunkan gula darah, trigliserida (asam lemak dalam darah), LDL (kolesterol jahat) dan total kolesterol pada penyandang DM2. Peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi kayu manis akan menurunkan gula darah dan risiko komplikasi kardiovaskular (serangan jantung dan stroke) yang berkaitan dengan diabetes.
“Insulin like”
Tidak kalah terkenal sebagai tanaman anti diabetes adalah Bungur/Banaba. Penelitian ilmiah pertama tentang manfaat Bungur sebagai penurun gula darah diterbitkan tahun 1940. Sejak itu banyak penelitian lain yang menguatkan studi tersebut.
Riset-riset modern tersebut menunjukkan bila bungur memiliki efek “insulin like” alias mirip insulin, sehingga bermanfaat menurunkan gula darah. Toshihiro Miura, dkk, menulis semakin banyak bukti yang melibatkan penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa ekstrak daun Banaba memberikan efek antidiabetes dan antiobesitas.
“Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa asam corosolic serta ellagitanin bertanggung jawab atas efek ini. Asam terpen polisiklik lainnya seperti asam oleanolat dan asam valoneat juga dapat berkontribusi pada efek antihiperglikemik,” tulis mereka dalam jurnal Evidence Based Complementary Alternative Medicine. (jie)