gizi pasien stroke dan pasca serangan jantung

Intervensi Gizi Pasien Stroke dan Pasca Serangan Jantung

Penyakit kardiovaskular (CVD) merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Gaya hidup dan diet berperan penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskular, khususnya jantung dan stroke. Pun demikian gizi untuk pasien stroke dan pasca serangan jantung.  

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Penelitian tahun 2019 oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang melibatkan 152 negara menjelaskan kematian akibat CVD di Indonesia mencapai 651.481 penduduk per tahun.

Faktanya jurnal Archives of Internal Medicine menulis bila 80% penyakit kronis – termasuk penyakit jantung dan stroke - bisa dikurangi dengan diet sehat, menjaga berat badan dan olahraga teratur. 

Terkait diet, American Heart Association menyebutkan ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kardiometabolik. Panduan tersebut secara umum menyarankan untuk menjaga berat bada ideal dengan mengonsumsi lebih banyak sayuran, biji-bijian utuh, protein dan lemak dari sumber yang beragam dengan porsi yang tepat dengan memperhatikan asupan gula, garam termasuk alkohol.

Menambahkan anjuran tersebut, British Heart Foundation merekomendasikan diet Pelangi, yang merujuk pada pemilihan sayur dan buah yang berwarna-warni. Ini terkait kadungan antioksidan alami dalam pigmen buah/sayur, yang bermanfaat untuk kesehatan kardiovaskular.

Menambahkan aneka ‘warna’ ke dalam menu makan Anda dianggap lebih sehat untuk jantung dan pembuluh darah karena buah dan sayur ini bebas lemak trans, lemak jenuh dan rendah garam. Aneka sayur dan buah juga rendah kalori, tinggi serat. Artinya membuat kenyang lebih lama dan bisa membantu mempertahankan berat badan.  

Terkait anjuran protein sehat, makan ikan setidak-tidaknya dua sampai empat kali sepekan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sampai 17%, menurut penelitian Jusheng Zheng, dkk.

Konsumsi setidaknya tiga porsi kacang-kacangan setiap pekan adalah ide bagus. Cukup seperempat cangkir kacang-kacangan dikonsumsi empat kali setiap pekannya mengurangi penyakit kardiovaskular sebanyak 24%.

Satu porsi kacang-kacangan adalah seperempat cangkir walnut, almond, hazelnut, kacang pecan, kacang mede, kacang tanah atau kacang pistachio. Atau dua sendok makan kenari alami, kacang mede, atau selai kacang.

Gizi untuk pasien pasca stroke

Lantas bagaimana jika seseorang pernah mengalami stroke?  Makanan pasca stroke adalah kunci pemulihan. Gizi yang tepat dapat membantu mengontrol tekanan darah, berat badan dan mengurangi risiko stroke berulang.

Para ahli merekomendasikan diet Mediteranian dan DASH (dietary approaches to stop hypertension) untuk mempercepat pemulihan pasca stroke dan mencegah serangan berulang.

Diet DASH secara khusus diciptakan untuk menurunkan/menjaga tekanan darah, faktor risiko terbesar pemicu stroke. Tetapi kedua jenis diet tersebut menganjurkan konsunsi dalam jumlah besar sayur dan buah, kacang-kacangan, polong-polongan (legume), ikan dan unggas dalam jumlah moderat.

American Heart Association (AHA) menjelaskan kedua jenis diet ini berpengaruh besar untuk pencegahan kejadian stroke. 

Probiotik membantu?

Temuan terbaru menunjukkan bahwa ketidakseimbangan mikroba usus dapat berperan dalam perkembangan CVD. Beberapa penelitian telah menyelidiki mengubah mikrobiota usus dengan probiotik (bakteri baik) sebagai pendekatan untuk meringankan risiko CVD.

Menurut Ram Mohan Thushara, dkk, intervensi diet probiotik berpengaruh terhadap faktor risiko kardiovaskular seperti hiperkolesterolemia, hipertensi, obesitas dan diabetes tipe-2.

Akumulasi bukti menunjukkan probiotik memberikan efek positif dalam menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan rasio kolesterol baik (HDL), serta menurunkan tekanan darah, mediator peradangan, kadar glukosa darah dan indeks massa tubuh.

Salah satu jenis probiotik yang sudah banyak diteliti adalah Lactobacillus casei strain Shirota (LcS). Sebuah riset dilakukan oleh Hulston et (2015) terhadap 17 subjek yang terbagi menjadi grup perlakukan dan grup kontrol. Grup yang menerima perlakuan mengonsumsi minuman susu fermentasi mengandung LcS selama 4 minggu, sementara grup kontrol tidak mengonsumsi.

Setelah menerima perlakukan diet tinggi lemak dan energi pada minggu keempat, Hulston, dkk menemukan bahwa kelompok yang mengonsumsi susu fermentasi dengan LcS memiliki peningkatan berat badan lebih rendah dan sensitivitas insulin yang lebih stabil dibandingkan grup kontrol.

Kemudian, grup peneliti lainnya yaitu Aoyagi, Y, et al (2017), membuktikan bahwa minuman probiotik LcS mampu mengurangi risiko hipertensi pada lansia. Riset ini dilakukan selama lima tahun, pada 352 orang di Jepang berusia 65 - 93 tahun. Insiden hipertensi dalam 5 tahun secara signifikan lebih rendah pada individu yang mengonsumsi LcS >3 kali/minggu, dibandingkan yang <3 kali/minggu.

Menjaga kesehatan pembuluh darah, termasuk kadar kolesterol, tekanan darah dan gula darah normal, merupakan kunci dari pencegahan stroke atau serangan jantung berulang. Namun jangan lupakan pengaturan diet dengan aktivitas fisik rutin dan berhenti merokok. (jie)

______________________________________________

Ilustrasi: shayne_ch13 on Freepik