Pangan Lokal Sehat & Murah | OTC Digest

Pangan Lokal Sehat & Murah

Tidak semua produk kemasan jelek. Tidak semua produk dengan klaim sehat pasti hoax. “Contohnya oat meal.  Meski sudah diproses, makanan ini sehat,” ujar ahli gizi Jansen Ongko, M.Sc, RD. Oat (haver) adalah golongan serealia. Setelah dipanen, bulir-bulir bijinya digiling atau dihancurkan, kemudian dikemas dan dijual di toko swalayan

Pangan olahan tidak selalu harus dihindari. Tetapi, lebih banyak bahan alami dan sesedikit mungkin mengonsumsi pangan olahan tentu lebih baik.

Popularitas biji-bijian kini meningkat. Misalnya biji chia (chia seed), kinoa (quinoa) dan biji rami (flax seed). “Orang Asia umumnya berkiblat ke Barat. Begitu dibilang bahwa kinoa sehat, kita ikutan,” ucap konsultan diet dan nutrisi Leona Victoria Djajadi, MND. Sebenarnya, tidak perlu terburu nafsu misal mengganti garam dapur dengan Himalayan salt. “Di sini juga banyak garam berkhasiat; lautan Indonesia sangat luas,” katanya.

Biji-bijian impor bukannya tidak sehat, tapi harganya mahal. “Padahal, banyak makanan lokal yang sejenis yang asli Indonesia,” imbuh Leona. Biji chia mirip biji selasih, yang sejak dulu biasa kita campur untuk minuman. Biji chia booming karena Meksiko sebagai negara pengekspor ingin menjadikan bahan pangan itu dikenal luas di dunia internasional. “Di sini, selasih nggak booming, karena nggak ada yang peduli.”

Kinoa yang utamanya diproduksi di Peru, Ekuador dan Bolivia, digadang sebagai sumber karbohidrat sehat, sebagai alternatif beras. Indonesia sebenarnya memikliki banyak biji-bijian pengganti beras. Bulgur, jewawut dan sorgum pada masa paceklik dulu biasa dimakan masyarakat Indonesia. Di Turki, bulgur masih dikonsumsi dicampur dengan beras. Bukan karena mereka kekurangan makanan, melainkan untuk menambah kandungan serat, yang hilang saat beras disosoh.

Dan tanaman rami sudah dibudidayakan di Indonesia sejak lama; umumnya untuk diambil batangnya sebagai bahan baku tekstil. Tren mengonsumsi flax seed bisa meningkatkan pemanfaatan tanaman rami, sehingga kita bisa mendapatkan biji rami lokal.

Makanan impor yang juga sedang naik daun yakni granola, campuran kacang-kacangan dan biji-bijian dengan pemanis seperti madu, karamel atau brown sugar. Sebenarnya ini mirip brondong ketan atau enting-enting kacang. Kita bisa membuat granola bar dengan bahan pangan lokal. Yang harus diperhatikan, kandungan kalori pada granola terbilang tinggi, karena terbuat dari kacang dan gula. “Makanan sehat pun bisa membuat gemuk, kalau tidak memperhitungkan kandungan kalorinya,” tutur Jansen.

Makanan sehat tidak identik dengan biaya mahal. Bahan pangan lokal bisa dimanfaatkan dan lebih baik, karena tidak perlu melewati jarak yang demikian jauh dan waktu lama untuk sampai ke tangan kita. “Mengonsumsi produk sehat harus menjadi gaya hidup. Tidak harus beli dari luar. Kita bisa memanfaatkan pangan lokal dan diolah sendiri di rumah,” simpul Leona. (nid)

 

Baca juga: Hoax Produk Kesehatan