Bagi Anda yang selama ini berniat untuk berhenti merokok, tetapi selalu gagal, mungkin pandemi ini bisa menjadi alasan yang tepat untuk berhenti merokok. Merokok terbukti tingkatkan risiko infeksi COVID-19.
Jumlah perokok di Indonesia tergolong tinggi; 69% laki-laki dewasa merokok. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok pada penduduk usia 18 tahun dari 7,2% (Riskesdas 2013) menjadi 9,1%.
Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, FISR, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) , menjelaskan merokok meningkatkan risiko seseorang terinfeksi COVID-19 hingga 2-3 kali, dibanding yang bukan perokok. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah reseptor ACE 2 (angiotensin-converting enzyme 2) atau tempat menempelnya virus SARS-Cov-2 di saluran pernapasan para perokok lebih banyak dari non-perokok.
Selain itu asap rokok yang dihisap diketahui mampu menurunkan imunitas tubuh, terutama sistem pertahanan saluran pernapasan.
Baca : Virus Corona Pilih Gender : Pria Lebih Berisiko Terinfeksi dan Meninggal Akibat COVID-19
“Bahan-bahan dalam asap rokok terbukti mengganggu proses migrasi berbagai sel-sel imunitas tubuh saat melawan infeksi. Itu sudah ada risetnya di beberapa jurnal sebelumnya, bahwa ketika seorang perokok terinfeksi maka migrasi dari sel-sel imunitas akan menurun, dan fungsinya juga menurun.
“Akibatnya ketika terinfeksi akan terjadi kondisi yang lebih luas dan cenderung menjadi lebih berat termasuk pada COVID-19,” ujar dr. Agus dalam dialog di Media Center Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Jakarta, Rabu (12/8).
Selain itu, penyebab lain adalah menyangkut komordibitas (penyakit penyerta). Orang-orang yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi dan diabetes diketahui lebih berpotensi untuk terjangkit COVID-19.
“Penyakit-penyakit komorbid ini lebih banyak ditemukan pada seorang perokok. Akibatnya ketika seorang perokok memiliki komorbid akhirnya menimbulkan risiko terjangkit COVID-19. Jadi ada dampak secara tidak langsung dari rokok, komorbid, kemudian COVID-19 itu sendiri,” tukas dr. Agus.
Kebiasaan untuk memegang rokok secara berulang-ulang turut menyebabkan jumlah virus ke dalam tubuh jauh meningkat karena adanya inhalasi dari tangan ke saluran pernapasan.
Yang perlu diperhatikan adalah risiko mortalitas perokok karena COVID-19 tinggi, sekitar 25% dibandingkan 5% pada populasi umum.
Bagaimana rokok melemahkan imunitas
Merokok diketahui berdampak buruk pada kesehatan saluran napas. Dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2018) dijelaskan asap rokok menyebabkan perubahan respons imun di saluran napas, memicu peradangan, alergi, asma dan penyakit paru lainnya.
Peneliti menyoroti ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan yang dihasilkan dari paparan tembakau menyebabkan stres oksidatif. Ini mengakibatkan peningkatan peradangan mukosa (sel yang melapisi dinding saluran napas) dan meningkatkan produksi sitokin peradangan – seperti interleukin (IL)-8, IL-6 dan faktor nekrosis tumor α (TNF- α).
Efek langsungnya adalah terjadi peningkatan produksi lendir berlebih, gangguan pembersihan mukosiliar, dll.
Asap rokok akan melumpuhkan sistem mucociliary clearance. Sehingga jika sistem pembersihannya lumpuh semuanya (virus, bakteri, jamur, dll) bisa masuk. (jie)
Baca juga : Penyakit Paru yang Perlu Anda Ketahui Akibat Menghisap Vape