Biasanya virus tidak pilih-pilih gender, menyerang laki-laki atau wanita sama parahnya, tetapi kelihatannya tidak pada virus corona, ada bukti yang menyatakan virus ini lebih banyak menyerang pria.
Otoritas kesehatan di Inggris mengeluarkan data bahwa angka kematian pada pria akibat COVID-19 dua kali lebih banyak dibanding wanita, yakni 97,5 kematian per 100.000 populasi pria dibanding 46,6 kematian per 100.000 populasi wanita.
Data juga menyebutkan pola yang sama juga terjadi di enam negara terjangkit COVID-19. Di antara negara tersebut, China, Italia, Perancis dan Korea Selatan melaporkan bila mortalitas pasien pria 50 % lebih besar dibanding wanita.
Riset lain di New York menemukan walau jumlah pasien pria dan wanita yang terjangkit SARS-CoV-2 (nama resmi virus yang menyebabkan pandemi global ini) sama banyaknya, tetapi pasien pria cenderung mengalami gejala yang lebih parah, dan akhirnya meninggal.
Para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab adanya perbedaan ini, tetapi ditengarai akibat gaya hidup yang berbeda.
Merokok
Salah satu kemungkinan terbesar adalah jumlah perokok pria lebih banyak dibanding wanita. Demikian pula yang terjadi di China, negara tempat virus ini berasal, di mana jumlah perokok pria sangat banyak. China juga diketahui sebagai negara dengan populasi perokok terbanyak di dunia, terhitung hampir sepertiga dari perokok di dunia – tetapi hanya dua persen dari mereka adalah wanita.
Merokok menyebabkan sel-sel paru memroduksi lebih banyak protein yang disebut angiotensin-converting enzyme (ACE) 2, yang adalah reseptor tempat COVID-19 melekatkan diri di saluran napas.
Juga diperkirakan karena perokok lebih sering melakukan kontak tangan ke mulut secara rutin, atau berbagi rokok yang tidak sengaja terkontaminasi.
Dalam penelitian di China yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine (Februari 2020), ditemukan perokok berisiko 26% lebih besar untuk mendapatkan perawatan intensif atau meninggal akibat COVID-19.
Imunitas yang lebih lemah
Teori lain mengatakan bahwa wanita memiliki respons imun yang lebih baik dalam melawan infeksi, dibanding pria.
Para ahli mengatakan hormon seks wanita (estrogen) mampu mengaktifkan sel yang terlibat melawan virus, sedangkan hormon seks pria (testosteron) lebih berperan untuk melawan peradangan.
Riset tahun 2016 di American Journal of Physiology melaporkan sel-sel hidung diobati dengan senyawa mirip estrogen sebelum terpapar virus influenza. Hanya sel dari subyek wanita yang merespon lebih baik dan melawan virus tersebut.
Peneliti juga mengatakan bila ini bisa disebabkan karena wanita memiliki dua kromosom X dalam tiap sel. Kromosom X memiliki sejumlah gen kekebalan yang penting, khususnya TLR7 yang mendeteksi virus RNA beruntai tunggal, seperti virus corona.
Dilansir dari thesun.co.uk, Prof. Philip Goulder, ahli imunologi di University of Oxford mengatakan, ”Akibatnya, protein ini diekspresikan dua kali lipat di banyak sel imunitas wanita dibandingkan pada pria. Dan respons imun terhadap virus corona juga lebih kuat pada wanita.”
Wanita juga lebih rentan pada penyakit autoimun, yang menyebabkan sebagian dari sistem kekebalan tubuhnya menjadi lebih kuat untuk mengompensasi risiko tersebut. Kemungkinan inilah yang menghasilkan reaksi perlawanan yang lebih kuat pada virus corona.
Penyakit penyerta
Pria lebih banyak menderita penyakit yang membahayakan, ini pula yang membuat angka kematian pada pria akibat COVID-19 tinggi.
Secara umum, pria lebih rentan untuk menderita hiperensi, diabetes tipe 2, dan penyakit paru obstruktif kronis, dibanding wanita. Semua kondisi medis ini meningkatkan keparahan bila terinfeksi SARS-CoV-2.
Laki-laki juga terpengaruh secara tidak proporsional selama wabah SARS dan MERS, yang disebabkan oleh virus corona serupa. Lebih banyak wanita yang terinfeksi oleh SARS di Hong Kong pada tahun 2003, tetapi tingkat kematian adalah 50 % lebih tinggi pada pria, menurut riset dalam Annals of Internal Medicine. Sementara MERS membunuh 32 % pria yang terinfeksi dibandingkan dengan 25,8 % wanita.
ACE2
Virus corona hanya bisa masuk ke dalam tubuh bila berikatan dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) 2. Protein ACE2 ini terdapat di saluran napas, jantung dan saluran cerna. Selain itu dalam jumlah besar ACE2 ada di testis, sedikit di ovarium (pada wanita).
Riset permulaan mengindikasikan bila wanita membutuhkan waktu sekitar 4 hari untuk sembuh dari infeksi, pria butuh waktu lebih lama hingga 6 hari.
Penelitian ini dirilis di situs medis MedRxiv. Namun para ahli telah meragukan temuan awal penelitian ini, mereka mengatakan bahwa virus corona perlu melakukan perjalanan jauh dalam aliran darah untuk mencapai testis, yang dianggap "tidak wajar" dilakukan virus.
Profesor Virologi Ian Jones dari University of Reading mengatakan, “Lokasi utama replikasi virus adalah saluran pernapasan dan untuk mencapai lokasi lain, virus harus melakukan perjalanan dalam aliran darah. Ini tidak pada umum dilakukan virus corona."
Faktor lain adalah higienitas. Dipahamai bersama bila laki-laki lebih tidak peduli menjaga kebersihan diri (tangan dalam hal ini) dibandingkan wanita. (jie)