dorce gamalama meninggal dunia, bunda anak yatim
dorce gamalama meninggal dunia, bunda anak yatim

Dorce Gamalama Berpulang, Tak Bisa Melahirkan karena Transgender Tapi Mengasuh Ribuan Anak Yatim

Selamat jalan Bunda Dorce Gamalama! Hari ini, Rabu 16 Februari 2022, pembawa acara senior Dorce kembali ke hadirat Sang Pencipta. Ia meninggal di Rumah Sakit Pertamina, Simprug, Jakarta Selatan, karena terinfeksi COVID-19. Risiko mengalami gejala yang parah dan kemudian meninggal, dialami Dorce (58 tahun), karena ia memiliki faktor komorbid, yaitu menderita diabetes dan Alzheimer.

Jenazah Dorce Gamalama langsung dibungkus plastik khusus, sesuai protokol penanganan jenazah penderita COVID-19. "Dari rumah sakit COVID-19 di Simprug, jenazah enggak bisa dibawa pulang," kata sahabat Dorce, Hetty Soendjaya, kepada wartawan.

 Hetty Soendjaya dan pihak keluarga belum tahu, di mana Dorce akan dimakamkan. "Pihak rumah sakit yang nentuin, dimakamkan di mana. Tolong sampaikan kepada teman-teman, maafin Bunda atas segala dosa dan kesalahannya selama ini," kata Hetty.

Sebelumnya, pada bulan Oktober 2021 Dorce dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) karena pingsan, akibat penyakit diabetes yang dideritanya. Setelah menjalani perawatan, kondisi Dorce berangsur membaik. Hanya saja, kata Hetty, daya ingat Dorce sering hilang timbul karena penyakit Alzheimer.

Bunda anak yatim

Sebagai penderita transgender, Dorce tak bisa melahirkan. Tetapi,  ia dikenal sebagai Bunda Anak Yatim. Kelahiran Binjai, Sumatra Utara, 21 Juli 1963 ini, sangat peduli anak yatim. Lewat Yayasan Dorce Halimatussa’diyah, ia mengasuh 1.600 lebih anak yatim. Ini sungguh bukan jumlah yang sedikit. 

“Anak yatim itu bagian dari kita juga,” ujarnya suatu kali. Dalam situasi serba sulit sekarang ini, banyak anak yang mendaftarkan diri ke yayasan milik Dorce, untuk dijadikan anak asuh dan anak angkat. Masalahnya, “Saya ini pekerja sosial yang tanpa bantuan pemerintah. Tapi, insya Allah, saya tidak mengeluh. Saya lakukan ini dengan ikhlas dan senang. Saya enggak peduli apa kata orang, yang penting Allah ridho."

Dapat dibayangkan, betapa sedih dan berduka anak-anak yatim yang selama ini diasuh dan dicukupi segala kebutuhannya oleh Dorde.  Bunda yang tulus dan baik hati itu telah pergi untuk selamanya.

Ogah masuk politik

Dorde beberapa kali tampil dalam kampanye PDIP. Pernah, ia bersama Persaudaraan Istri Anggota (PIA) Fraksi PDI-P DPR RI, mengadakan acara amal untuk memberi santunan kepada anak yatim piatu di Yayasan Dorce Halimatusadiyah, yang beralamat di rumahnya di Jati Bening, Bekasi, Jawa Barat.

Kata Dorce, ia punya kedekatannya dengan PDIP. Namun  acara santunan seperti yang dilakukannya, “Bukan untuk kampanye. Kami membantu siapa saja, bukan hanya kalangan tertentu dan agama tertentu.”

Dorde mengaku tidak punya rencana masuk dunia politik. "Saya hanya penggembira. Tidak ingin terjun dan duduk di kursi panas DPR. Kalau disuruh terjun ke masyarakat saya mau. Duduk di kursi DPR, saya takut ngantuk," ujarnya.

Senang bicara kematian

Dalam acara santunan anak yatim, Dorce berharap selain sumbangan sembako dan sejenisnya, ia senang kalau ada yang menyumbang perlengkapan kematian, seperti keranda, tempat memandikan jenazah, kain kafan dan lain-lain.

"Itu sangat saya harapkan. Bicara tentang kematian, orang suka merinding. Beda dengan kalau bicara kekayaan,” ujarnya. “Bagus kalau ada yang berbaik hati mewakafkan tanahnya untuk kuburan, atau mobil jenazah," ujarnya.

Penderitaan seorang trangender

Dorce terlahir dengan nama Dedi Yuliardi Ashadi. Namun, sejak kecil ia merasa dirinya sebenarnya seorang perempuan. Secara medis hal ini dapat dijelaskan. Penyandang kelainan transgender umumnya sangat menderita, sering diejek dan direndahkan. Tak heran bila Dorce berketetapan hati untuk operasi ganti kelamin. Adalah Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki, Sp. BP. RE, Guru Besar FK Unair, yang melakukan tindakan operasi atas dirinya.

Belakangan, Dorce berwasiat agar bila meninggal ia ingin dikuburkan layaknya seorang perempuan. Ada pemuka agama yang menyatakan, wasiat itu sebagai tidak pantas karena ia lahir sebagai laki-laki. Namun, ada juga pemuka agama yang dapat memahami keinginannya. Dorce sendiri tak peduli dengan pendapat orang tentang dirinya.

Hari ini, Bunda Dorce pergi untuk selamanya. Kata orang bijak, baik buruk seseorang bukan karena apa kata orang atau apa yang diucapkan, melainkan apa yang dilakukan. Selamat jalan Bunda Anak Yatim. (sur)