Berita duka kembali menyambangi dunia hiburan Tanah Air. Belum lama berselang sejak meninggalnya Yon Koeswoyo (05/01/2018), Sys NS tutup usia di usia 61 tahun. Ayah tiga anak ini dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada Selasa (23/01/2018). Keterangan dari pihak RS menyatakan bahwa Sys meninggal akibat serangan jantung. Putranya, Sabdayagra, menemukannya tergeletak di lantai ruang tamu, dan langsung melarikannya ke RS Pondok Indah.
Menurut anak dan rekan-rekannya, Sys tidak pernah mengeluh capek atau sakit, meski memiliki riwayat penyakit jantung sejak sekitar 10 tahun lalu dan sudah memasang ring untuk penyakitnya itu. Sopir pribadinya bercerita, mantan penyiar radio ini bahkan masih terlihat sehat di pagi hari sebelum serangan.
(Baca juga: Nyeri Dada, Serangan Jantung?)
Memang serangan jantung datang tiba-tiba, tanpa bisa diprediksi, dan tidak jarang menyebabkan kematian mendadak. Di Indonesia, penyakit jantung paling sering berupa penyakit jantung koroner atau PJK (Riset Kesehatgan Dasar 2013). Adapun Survei Sample Registration System (SRS) 2014 menemukan, PJK merupakan penyebab kematian nomor dua pada semua umur setelah stroke. Koroner adalah pembuluh darah utama pada jantung. PJK terjadi bila ada sumbatan pada pembuluh darah ini.
Jantung merupakan salah satu organ vital di tubuh manusia. Tugasnya, memompa darah secara terus-menerus untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, melalui pembuluh pembuluh darah yang elastis. “Pola makan dan pola hidup yang kurang sehat bisa membuat kadar lemak dalam darah tinggi,” ujar dr. Dedi Afandi, Sp.JP(K), FIHA. Lemak-lemak ini bisa menempel di dinding pembuluh darah dan menumpuk di sana. Lama kelamaan, pembuluh darah jadi menyempit dan keras (aterosklerosis), seperti selang air yang berkerak akibat lumut.
(Baca juga: Seberapa Sehat Jantung Anda? Yuk Periksa)
Penyempitan yang terjadi pada left main coronary artery (arteri sebelah kiri jantung), akibatnya lebih fatal dibanding penyempitan pada daerah lain. Itu karena hampir dua pertiga bagian jantung tidak bisa mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup sehingga darah ke jantung pun berkurang. “Kondisi ini mengakibatkan kerusakan pada otot jantung, sehingga menimbulkan nyeri dada atau angina dan bisa menyebabkan kematian,”ucap dr. Dedi.
Serangan jantung terjadi akibat sumbatan di arteri sehingga darah yang membawa oksigen dan nutrisi tidak bisa mengaliri jantung. Bila sumbatan ini tidak segera terbuka kembali, bagian jantung yang tidak teraliri darah pun mulai mati. Makin lama sumbatan ini terjadi, makin berat kerusakan jantung.
(Baca juga: Operasi “Bypass” untuk Mengatasi Penyakit Jantung Koroner)
Sumbatan terjadi bila timbunan lemak di pembuluh darah pecah. Saat ini terjadi, seperti proses pada luka, terbentuklah gumpalan darah untuk menutup luka pada dinding pembuluh darah. Namun karena pembuluh darah sudah demikian sempit, gumpalan darah ini menyumbat aliran darah. Kadang kala gumpalan darah tidak sampai menyumbat arteri sepenuhnya, tapi aliran darah jadi terhambat. Muncullah gejala angina.
Keluhan seperti nyeri dada atau dada terasa sesak, berat/tertekan jangan disepelekan. Bisa jadi itu adalah gejala angina. Gejala lain misalnya nyeri yang merambat hingga ke leher dan rahang, maag, mual atau heartburn, napas cepat/pendek, pusing dan berkeringat, dan tidak mampu berolahraga. Segeralah ke dokter, periksakan jantung Anda. Sebelum terlambat. (puj-nid)