Sebagaimana sudah diberitakan, bila WHO mengatakan virus corona tidak akan hilang. Presiden Joko Widodo pun mengatakan kita harus ‘bersahabat’ dan beradaptasi dengan pandemi COVID-19. Ini disebut dengan kondisi normal baru (the new normal). Lantas apa maksudnya dengan new normal tersebut?
Konsep normal baru ini adalah salah satu yang ditekankan oleh Organisasi Kesahatan Dunia (WHO). Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan pemerintah suatu negara untuk melonggarkan pembatasan terkait pagebluk COVID-19.
Beberapa di antaranya adalah mendidik, melibatkan dan memberdayakan masyarakatnya untuk hidup di bawah konsep normal baru.
Baca : WHO Mengatakan COVID-19 Tidak Akan Hilang: Bagaimana Beradaptasi Dengan “New Normal”
Sementara itu, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, dilansir dari Kompas mengatakan bila new normal merupakan perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
Ini berarti kita diharapkan tetap beraktivitas normal, termasuk bekerja / belajar di rumah, kurangi kontak fisik, menjaga jarak, menghindari kerumunan, tetap memakai masker dan rajin cuci tangan.
Wiku menambahkan, masyarakat diharapkan menjalankan new normal ini hingga ditemukannya vaksin khusus virus SARS-CoV-2 (nama resmi virus COVID-19). Saat ini sedang dilakukan percepatan uji coba vaksin ke manusia yang dilakukan oleh banyak farmasi besar di dunia, seperti Pfizer dan Moderna. Paling cepat vaksin bisa didapatkan akhir tahun ini, atau awal tahun 2021.
Beberapa negara juga melakukan pelonggaran karantina dan menerapkan new normal. Tentang hal ini beberapa hal yang perlu Anda ketahui:
Kenapa tetap perlu jaga jarak bila sudah pakai masker?
Para ahli mengatakan masyarakat tetap harus jaga jarak aman (minimal 1 meter) walau sudah memakai masker. Karena masker tidak bisa melindungi Anda 100% tidak terkena droplet.
Droplet dari bersin, batuk atau bahkan berbicara diketahui sebagai cara utama penyebaran virus corona. Virus menempel di permukaan benda atau terhirup langsung. Mereka yang menyentuh permukaan itu mungkin berisiko terinfeksi jika kemudian menyentuh wajah, terutama mata atau mulut.
"Dengan memakai masker, akan mengurangi jumlah partikel yang keluar dari mulut," kata Dr. Georges Benjamin, executive director dari the American Public Health Association. "Dengan memakai masker saya mencoba untuk melindungimu dariku, tetapi itu juga melindungiku darimu."
Dan, kedua, masker tidak melindungi mata Anda. Karena virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui mata, berdiri lebih jauh akan mengurangi risiko itu.
Bolehkah pergi ke pantai atau tempat wisata lain?
Risiko infeksi tetap ada. Benjamin menegaskan, “Tetapi, sekali lagi jika Anda bisa, hindari orang banyak," katanya. "Upayakan sesedikit mungkin orang di sekitarmu."
Tetap lakukan physical distancing, bahkan ketika di dalam air.
"Jika Anda berdiri dekat dan berinteraksi, ada kemungkinan orang lain sakit (terinfeksi COVID-19) dan mereka tidak mengetahuinya, dan Anda bisa ikut terinfeksi," kata Dr. Markus Plescia, dari the Association of State and Territorial Health Officials, AS. "Selalu menjaga jarak adalah hal yang penting untuk diingat di masa depan.”
Namun, "Satu hal tentang pantai, atau di mana saja (di alam terbuka) adalah bahwa ada banyak pergerakan udara, yang sangat berbeda dari berdiri berdesakan misalnya di dalam kereta yang ramai," katanya.
Meski begitu, banyak berita terkini tentang pantai atau taman di negara-negara lain yang penuh sesak menimbulkan pertanyaan tentang apakah orang mampu mengindahkan arahan untuk menjaga jarak.
Apakah bisa mengunjungi orangtua ?
Data dari the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan 8 dari 10 kematian akibat virus corona terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Penyakit penyerta (diabetes, hipertensi, stroke, penyakit paru kronis) pada lansia memperburuk kondisi mereka.
Tetapi bagaimana bila simbok atau bapak saya sehat di kampung? Tidak ada jawaban yang mudah. Para ahli mengatakan virus bisa mempengaruhi setiap individu dengan cara yang tidak dapat diprediksi. Dan, kita bisa saja tidak mengetahuinya. Diperkirakan 25% orang tidak menunjukkan gejala, atau dengan gejala ringan.
Dr. Benjamin menyarankan alih-alih untuk bertemu secara fisik, memanfaatkan teknologi virtual jauh lebih aman. Atau untuk amannya jika harus mengunjungi orangtua, “Lakukan pemeriksaan sebelum berangkat,” katanya. “Jika Anda mengunjungi ibu, tetap gunakan masker, dan tahan untuk tidak memeluk, mencium atau kontak dekat lain.”
Pemerintah masih memberlakukan aturan untuk karantina 14 hari bagi siapa saja yang datang dari daerah dengan kasus COVID-19.
Bagaimana dengan potong rambut di salon / barber?
Lagi-lagi tidak ada jawaban pasti. Sangat disarankan untuk terlebih dulu melakukan reservasi saat akan potong rambut, hindari salon / barber yang tidak mengindahkan anjuran pembatasan jumlah pelanggan.
Atau, pilih salon yang memasang penghalang di antara pemotong dan pelanggan, meminta stylist untuk mengenakan masker dan tanyakan langkah-langkah terkait pencegahan COVID-19 yang diterapkan salon tersebut.
Beberapa salon atau barber memotong rambut pelanggan di luar ruang, ini akan mengurangi risiko penularan karena sirkulasi udara yang lebih baik. “Pertimbangkan untuk membatasi obrolan selama potong rambut,” kata Plescia, “Berbicara dalam jarak dekat dapat meningkatkan risiko Anda, meskipun rasanya agak kurang sopan.”
Tentang makan di restoran?
Saat ini beberapa restoran hanya melayani pesan antar, tetapi beberapa restoran tetap ‘bandel’ membiarkan pelanggannya makan di tempat. Belum diketahui apakah restoran / warung diperbolehkan melayani pelanggan yang makan di tempat dalam konsep new normal.
Jika diperbolehkan, sebaiknya pihak restoran mengatur meja pelanggan untuk tidak saling berdekatan, atau mengurangi jumlah meja/kursi untuk pelanggan. Sangat disarankan memakai menu sekali pakai dan mengharuskan staf memakai masker.
“Itu adalah hal-hal yang membantu mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi,” imbuh Plescia. “Tetapi perlu diingat, bila Anda merasa tidak nyaman duduk-duduk di restoran, maka lebih baik dibungkus saja.” (jie)