Perusahaan farmasi Pfizer mulai melakukan uji coba vaksin virus corona pada manusia sehat. Ini merupakan salah satu farmasi yang mempercepat usaha untuk menemukan vaksin yang paling dibutuhkan dunia saat ini.
Uji coba ini dilakukan Pfizer (yang berkantor pusat di New York, AS) bekerja sama dengan farmasi asal Jerman BioNTech. Jika tes ini berhasil, vaksin diperkirakan sudah bisa digunakan secepatnya pada September tahun ini.
Kandidat vaksin dikembangkan dari materi genetik yang dikenal sebagai RNA messenger, yang membawa instruksi bagi sel untuk membuat protein. Dengan menyuntikkan RNA yang telah dimodifikasi ke dalam tubuh, vaksin tersebut diharapkan bisa mengarahkan bagaimana sel harus membuat protein paku virus corona tanpa membuat orang sakit.
Karena virus corona menggunakan protein paku ini sebagai ‘kunci’ untuk membuka dan mengambil alih sel-sel paru, vaksin bisa melatih daya tahan tubuh untuk memroduksi antibodi agar melawan infeksi. Teknologi yang digunakan memungkinkan agar vaksin bisa diproduksi lebih cepat, dan cenderung lebih stabil dibanding vaksin tradisional, yang bekerja dengan melemahkan virus.
Dilansir dari New York Times, Moderna, Inovio, CanSino dan beberapa farmasi lainnya juga melakukan pendekatan yang sama. Bahkan, beberapa juga melakukan percobaan pada manusia fase pertama beberapa minggu lalu.
Awalnya uji coba pada manusia ini dilakukan Pfizer – farmasi yang juga memroduksi Viagra - bulan lalu di Jerman dengan menyuntikkan kandidat vaksin, yang disebut BNT162. Suntikan vaksin eksperimental ini diberikan pada 12 orang yang sehat, meskipun akhirnya berkembang menjadi 200 partisipan.
Sedangkan di Negeri Paman Sam, vaksin direncanakan diujicobakan pada 360 sukarelawan sehat sebagai percobaan tahap pertama, dan menambah hingga 8000 subyek pada fase kedua. Riset akan dilakukan di New York University’s Grossman School of Medicine, the Cincinnati Children’s Hospital Medical Center dan beberapa universitas lain.
Peserta akan dibagai menjadi beberapa kelompok untuk membandingkan empat variasi vaksin, masing-masing mewakili format RNA messenger dengan instruksi untuk membuat bagian yang berbeda dari protein paku. Peneliti akan memonitor dengan seksama tingkat antibodi partisipan, enzim hati dan indikator lain untuk kemungkinan efek samping.
“Vaksin akan diberikan pada orang sehat untuk menjaganya tetap sehat,” ujar Dr. Mark Mulligan, spesialis penyakit menular di New York University.
Uji coba dengan banyak kandidat vaksin yang dilakukan bersamaan menjadi cara untuk memangkas waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bukti yang cukup, sehingga segera bisa mendapat persetujuan Food and Drug Administration (FDA).
Segera setelah vaksin terbukti efektif dan tidak memberikan efek samping yang serius, dan persetujuan FDA didapatkan, dokter bisa memberikannya pada orang yang membutuhkan. Tetapi riset yang lebih detail tetap diperlukan agar bisa diterapkan pada publik yang lebih luas.
Bagaimana di dalam negeri?
Di dalam negeri, Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman juga tengah mengembangkan vaksin untuk mencegah berkembangnya virus corona di Indonesia. Untuk ini Eikjman menggandeng lembaga internasional.
Eikjman dikabarkan tengah melakukan whole genome sequencing (WGS) yang nantinya diperlukan untuk mendeteksi seperti apa virus SARS-CoV-2 (COVID-19) yang berkembang di Indonesia.
Teknologi WGS dapat mengkarakterisasi virus corona secara spesifik di Indonesia. Selain itu, WGS juga untuk memonitor dan mengevaluasi virus corona. Kemudian, WGS juga dapat menentukan seberapa cepat avirus beradaptasi saat menyebar di Indonesia.
WGS dikatakan juga dapat mengidentifikasi target untuk terapi dan pembuatan vaksin. Serta, dapat memprediksi ancaman pandemi berikutnya. (jie)