Tahu dan tempe adalah dua makanan / lauk yang tidak hanya murah dan mudah didapat, ia juga padat gizi. Tahu tempe termasuk sumber protein nabati yang dalam riset terbaru bermanfaat meningkatkan kesehatan mental, terutama pada lansia.
Asupan protein berperan penting untuk mempertahankan status kesehatan pada lansia. Pada Nurses’ Health Study (NHS) peneliti mengkaji dampak jangka panjang konsumsi protein pada usia paruh baya terhadap status kesehatan di kemudian hari. Ini adalah penelitian jangka panjang pertama terkait topik tersebut.
Studi yang diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition ini melibatkan 3721 partisipan berusia < 60 tahun pada tahun 1984 (rata-rata berusia 48,6 tahun saat studi dimulai). Mereka menganalisa total asupan protein, protein hewani, protein susu dan protein nabati.
Penuaan yang sehat didefinisikan sebagai bebas dari 11 penyakit kronis utama, memiliki kesehatan mental yang baik dan tidak mempunyai gangguan fungsi kognitif atau fisik.
Analisis penelitian memperlihatkan hubungan positif yang signifikan pada penggantian protein hewani atau susu, karbohidrat, atau lemak dengan protein nabati. Ada peningkatan nilai penuaan sehat 1,22 – 1,58 untuk setiap 3% penggantian energi.
Pada pengukuran fungsi fisik, asupan protein nabati dikaitkan dengan 20 - 60% lebih tinggi untuk tidak memiliki batasan fungsi fisik. Penggantian protein hewani dengan nabati juga dikaitkan dengan peluang lebih tinggi untuk memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Andreas V. Ardisson Korat, DSc, ahli epidemiologi nutrisi di Pusat Penelitian Nutrisi Manusia Tentang Penuaan, di University Tufts, Boston (AS) menjelaskan manfaat protein, terutama nabati, kemungkinan besar juga bermanfaat untuk pria, dan meningkatkan asupan protein nabati tidaklah sulit.
“Jika Anda ingin ngemil di siang hari, makanlah segenggam kacang – kacangangan daripada keripik kentang,” sarannya, melansir Medscape. “Dan makan beberapa kali dalam seminggu yang mengandung kacang-kacangan, seperti kacang polong atau lentil adalah cara yang mudah untuk meningkatkan asupan protein nabati.”
Beruntung di Indonesia, masyarakat kita sudah tidak asing dengan protein nabati, terutama tahu dan tempe. Kacang-kacangan juga dikonsumsi sebagai bagian dari sayuran, misalnya sup kacang merah. Bahkan diolah menjadi bumbu, seperti bumbu pecel.
Tahu, tempe dan kacang-kacangan tidak hanya sumber protein, tetapi juga dilengkapi dengan serat larut (soluble fiber) dan tidak larut (insoluble fiber), serta polifenol (bersifat antioksidan dan anti-inflamasi), juga fitokimia lainnya.
Penelitian sebelumnya di Spanyol menjelaskan konsumsi protein nabati di usia lanjut berkaitan dengan risiko kelemahan (frailty) yang lebih rendah. Konsumsi protein nabati yang lebih tinggi berhubungan dengan kemungkinan yang lebih baik untuk mencapai penuaan sehat, dilihat dari gangguan fungsional, kebugaran, kesehatan mental yang lebih baik, dan perubahan penggunaan layanan kesehatan.
Dr. Korat menambahkan, protein nabati dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kardiometabolik, seperti penurunan LDL kolesterol, tekanan darah dan penanda proinflamasi. Di satu sisi meningkatkan sensitivitas insulin.
Sebaliknya, peningkatan asupan protein hewani di usia paruh baya berhubungan dengan peningkatan risiko kematian dari penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya.
Protein nabati, termasuk tahu dan tempe, terbukti meningkatkan status kesehatan mental lansia. (jie)
Baca juga: Tempe Kaya Nutrisi, Superfood Asli Indonesia - Makanan Masa Depan Kelas Dunia