Pada awal November lalu Knox MacEwen, remaja 14 tahun di Florida (AS), meninggal akibat serangan jantung saat mengikuti lomba lari 5K di sekolahnya.
MacEwen merupakan anggota dari program Junior Reserve Officers’ Training Corps (JROTC), di Western High School. Ia mengikuti lomba lari 5 kilometer (5K) yang diadakan oleh program tersebut. Namun, di tengah-tengah perlombaan ia mengalami serangan jantung.
MacEwen segera dibawa ke rumah sakit Memoriam Miramar, di mana kemudian dinyatakan meninggal. Penyebab serangan jantung masih diselidiki.
Peristiwa yang menimpa mendiang MacEwen menegaskan bila serangan jantung tidak hanya bisa dialami oleh orang tua, mereka yang berusia <40 tahun, bahkan masih remaja, juga punya risiko meninggal karena serangan jantung.
Menurut American Heart Association (AHA) risiko klasik serangan jantung adalah menderita penyakit kronis seperti hipertensi, kolesterol tinggi dan diabetes. Juga berhubungan dengan gaya hidup kurang aktivitas fisik, merokok, obesitas. Dan faktor risiko yang tidak bisa dirubah: riwayat keluarga dan jenis kelamin (pria lebih berisiko alami serangan jantung).
Namun, kejadian serangan jantung di usia muda semakin banyak, terutama sejak pandemi COVID-19. Dalam dua tahun selama pandemi, tercatat sekitar 90.000 kematian terkait masalah jantung, menurut studi pada Februari 2023 di Nature Cardiovascular Research.
Mayoritas kasus terjadi pada orang tua, seperti yang diperkirakan. Tetapi riset juga menemukan bila kematian terkait masalah jantung juga bertambah pada kelompok umur 25 – 44 tahun. Satu hal diketahui bila infeksi COVID-19 – pada segala usia – berhubungan dengan peningkatan risiko masalah dan serangan jantung.
Penyebab lain serangan jantung pada usia muda
COVID-19 bukanlah satu-satunya penyebab meningkatnya kasus serangan jantung pada usia muda. Risiko ini ternyata telah terdeteksi sejak 2009, bersamaan dengan meningkatnya kasus diabetes, obesitas dan hipertensi pada kelompok usia yang lebih muda, menurut riset bulan Maret 2023 di JAMA.
Diabetes merupakan faktor risiko tinggi mengalami serangan jantung dini. Tingginya kadar gula darah akan merusak dinding pembuluh darah, meningkatkan risiko pembentukan plak lemak yang bisa menyumbat arteri jantung.
Penderita diabetes juga lebih mungkin mengalami hipertensi dan kolesterol tinggi, dua faktor risiko yang berhubungan dengan serangan jantung.
Selain itu, Brianna Costello, MD, kardiologis di Texas Heart Institute Center for Cardiovascular Care, menjelaskan berat badan berlebih memberi beban lebih besar ke jantung, sehingga lebih sulit untuk berfungsi dengan baik.
“Kelebihan berat badan dapat membuat siapa pun lebih mungkin terkena serangan jantung, meskipun mereka sehat,” ujar dr. Costello, melansir Live Strong.
Menurunkan risiko serangan jantung
Walau serangan jantung adalah penyakit yang mengerikan, sekaligus mematikan, kabar baiknya banyak faktor risiko serangan jantung yang bisa dimodifikasi (dicegah).
1. Aktif bergerak
Dr. Costello merekomendasikan olahraga minimal 150 menit per minggu untuk mengurangi risiko serangan jantung di usia muda.
“Aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung dan mengontrol gula dan tekanan darah,” katanya.
2. Berhenti merokok (termasuk vape)
Nikotin, baik pada rokok tembakau atau vape, adalah zat berbahaya yang meningkatkan risiko serangan jantung.
Merokok juga bisa meningkatkan tekanan darah, adrenalin dan detak jantung, yang semuanya itu membuat serangan jantung lebih mungkin terjadi.
3. Ketahui riwayat keluarga Anda
Risiko serangan jantung yang diturunkan tidak bisa diubah, namun semakin banyak Anda mengetahuinya, semakin siap Anda, dr. Costello menekankan.
Beritahukan riwayat kesehatan keluarga ke dokter memungkinkan mereka untuk merawat Anda dengan tepat, dan menerima perawatan yang komprehensif (terutama dalam hal pencegahan).
4. Konsumsi makanan sehat (juga enak)
Makanan bagaikan pisau bermata dua, berpotensi membantu atau merugikan, tergantung pada pilihan yang kita buat.
Mayo Clinic menyebutkan makanan kaya nutrisi bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah termasuk perbanyak konsumsi buah dan sayur, kacang-kacangan, daging tanpa lemak dan ikan, produk susu rendah lemak, biji-bijian utuh.
Juga jangan lupakan makanan sumber lemak sehat, seperti alpukat, ikan berlemak, kacang-kacangan, hingga minyak zaitun.
Sebaliknya minimalkan konsumsi makanan olahan yang biasanya kurang bergizi tetapi tinggi kalori, gula, garam dan lemak.
5. Mengatur stres
Stres memang tidak bisa dihindari, namun semakin Anda mampu mengelola tingkat stres, maka jantung Anda akan semakin bahagia.
Ini penting mengingat saat ini semakin banyak anak muda – terumata generasi Z- yang mengalami masalah mental. (jie)
Baca juga: Putri Nurul Arifin Meninggal Kena Serangan Jantung, Apa Saja Risiko Selain Faktor Gen