diet keto meningkatkan risiko penyakit jantung

Diet Keto Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung Dua Kali Lipat

Diet rendah karbohidrat, tinggi lemak, yang mirip dengan diet keto meningkatkan risiko penyakit jantung dua kali lipat di masa depan. Demikian bunyi penjelasan sebuah studi observasi baru. 

“Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan antara jenis diet pembatasan karbohidrat dan risiko penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang lebih besar,” terang salah satu peneliti, Iulia Iatan, MD, PhD, dari University of British Columbia, Kanada. 

“Hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) yang terjadi selama diet rendah karbo, tinggi lemak tidak boleh dianggap enteng,” ia menekankan. 

Dr. Iatan mempresentasikan hasil penelitian ini pada 5 Maret, di the American College of Cardiology (ACC) Scientific Session / World Congress of Cardiology (WCC) 2023. 

Dalam penelitian tersebut, tim peneliti mendefinisikan diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak sebagai asupan karbo < 25% total energi harian dan lemak > 45% total kalori harian. Ini sedikit lebih tinggi karbohidrat dan rendah lemak daripada diet keto ketat, tetapi masih bisa dianggap sebagai mirip diet keto. 

Peneliti menggunakan data dari UK Biobank, database informasi kesehatan skala besar dari setengah juta penduduk Inggris Raya, yang diikuti selama setidaknya 10 tahun. 

Dari data tersebut didapati 305 partisipan yang mengikuti diet rendah karbo, tinggi lemak. Sebagai pembanding, ada 1220 partisipan yang menjalani diet standar. Rata-rata partisipan (73%) adalah wanita, berusia 54 tahun. 

Hasilnya menunjukkan bila dibandingkan diet standar, kelompok diet keto mengalami kenaikan LDL kolesterol (kolesterol jahat) dan apolipoprotein B (Apo B) yang signifikan. 

Kenaikan LDL adalah 3,80 mmol/L (147 mg/dL) pada kelompok diet keto, dibanding 3,64 mmol/L (141 mg/dL) pada kelompok diet standar. Sementara level Apo B yang tercatat adalah 109 mg/dL untuk kelompok diet keto, dan 104 mg/dL di kelompok diet standar. 

Setelah rata-rata 11,8 tahun periode pengawasan, 9,8% partisipan diet keto mengalami salah satu kejadian kardiovaskular (angina, infark miokard, penyakit arteri koroner, stroke iskemik, penyakit arteri perifer atau revaskularisasi koroner). Sementara pada kelompok diet standar hanya 4,3%. 

Setelah disesuaikan dengan faktor risiko penyakit jantung lain, seperti diabetes, hipertensi, obesitas dan merokok, terlihat bila diet keto meningkatkan risiko penyakit jantung dua kali lipat. 

Memerlukan pengawasan ketat 

Melansir Madescape, peneliti senior Liam Brunham, MD, menjelaskan, “Hasilnya menunjukkan - untuk pertama kalinya – adanya hubungan antara diet popular ini dan kenaikan kadar LDL kolesterol, serta peningkatan risiko peristiwa kardiovaskular.”

“Ini mengkhawatirkan karena banyak orang yang mengikuti jenis diet ini, dan saya pikir mereka memelukan pemantauan yang lebih ketat.” 

Ia mengakui, mungkin sebagian orang menganggap peningkatan LDL yang terjadi tidak terlalu tinggi, sehingga bukanlah suatu masalah. “Untuk penderita diabetes, diet ini membantu menurukan gula darah, dan beberapa orang bisa memangkas berat badannya.” 

“Tetapi data kami menunjukkan bila ada sekelompok orang yang mengalami kenaikan LDL sekaligus Apo B, inilah yang meningkatkan risiko,” tukasnya. 

Apolipoprotein B merupakan protein yang berperan dalam metabolisme lemak dan menjadi pembentuk kolesterol jenis VLDL (very low-density lipoprotein) dan LDL (low-density lipoprotein). Kedua lipoprotein ini dikenal dengan istilah kolesterol jahat.

Selanjutnya, Dr. Brunham menyarankan, mereka yang memilih menjalani diet keto untuk secara ketat memonitor kadar kolesterol, dan mengukur risiko serangan jantung dan kejadian kardiovaskular lainnya. 

“Saya tidak akan mengatakan jangan mengikuti diet keto berdasarkan penelitian ini,” imbuhnya. “Ini adalah studi observasional. Belum definitif. Tetapi jika Anda memang ingin menjalani diet ini karena merasa ada manfaatnya, Anda harus menyadari potensi risikonya dan mengambil langkah-langkah mengurangi risiko tersebut.” (jie)

Baca juga: Diet Keto Efektif Sebagai Terapi Epilepsi