Orang diabetes rentan mengalami hipoglikemia saat puasa. Perlu mengatur pola makan agar gula darah tetap terkontrol, sehingga ibadah puasa tetap lancar.
Salah satu risiko yang dihadapi oleh orang diabetes (diabetesi) adalah hipoglikemia, atau glukosa darah di bawah normal (< 70 mg/dL). Riset mencatat penderita DM2 berisiko 7,5 kali mengalami hipoglikemia, dan 4,7 kali pada penderita DM1, akibat waktu puasa yang lama, konsumsi makanan/minuman dalam jumlah besar, dan berkurangnya aktivitas fisik.
Itu sebabnya Jamal Ahmad, et al di Indian Journal of Endocrinology and Metabolism mengingatkan orang diabetes yang ingin puasa perlu memonitor kadar gula darahnya beberapa kali dalam sehari, untuk mengurangi risiko hipoglikemia di siang hari dan hiperglikemia saat malam hari.
Pengaturan pola makan
Diabetesi perlu memahami apa yang baik dan tidak dikonsumsi, terutama karena ada pergeseran waktu makan dan jenis makanan yang biasa dikonsumsi.
Miranti Gutawa S, DCN, M.Sc, RD, Ketua DPP Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) menjelaskan, pada dasarnya pola makan orang diabetes berpegang pada prinsip 3 J (jumlah, jadwal, jenis).
Jumlah berarti kalori yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap individu. “Sebelum ada penurunan fungsi / jumlah insulin kita bisa makan banyak, tubuh akan menyesuaikan (mengeluarkan) insulin sejumlah makanan tersebut, sehingga tidak terjadi peningkatan gula darah.” Terangnya. “Tetapi setelah terdiagnosis diabetes (ada gangguan insulin) harus disesuaikan dengan kebutuhannya.”
Jadwal makan yang biasanya 3 kali makan utama dan 2 kali snack, berubah menjadi saat berbuka dan sahur. Jenis makanannya sebaiknya dipilih yang tidak cepat meningkatkan gula darah, seperti karbohidrat sederhana (gula pasir, sirup jagung, nasi putih, roti, tepung, dll). Melainkan memilih makanan yang rendah kalorinya, atau kombinasi keduanya.
Menurut PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia) komposisi nutrisi tetap terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat.
Karbohidrat (40-50%), sebaiknya dengan indeks glikemik rendah sehingga energi dapat dilepaskan secara perlahan. Protein 20-30% berupa kacang-kacangan, ikan, unggas atau daging. Lemak 30-35%, berupa lemak monosaturasi dan lemak tak jenuh ganda.
Lemak jenuh perlu dibatasi < 10% dari total asupan kalori harian. Dan asupan serat yang cukup dari buah dan sayur.
Buah walau mengandung gula alami, bila dikonsumsi berlebihan tetap bisa meningkatkan gula darah. Buah yang dimakan harus memiliki indeks glikemik yang rendah, seperti apel, jeruk, alpukat, kiwi, pir atau ceri.
Kolak dan takjil boleh, asal…
Berbuka tidak lengkap tanpa kolak dan takjil. Miranti, yang juga dietisien RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ini menegaskan, “Kolak dan takjil boleh, tetapi tidak boleh yang memakai gula pasir. Satu sendok gula pasir menghasilkan 40 kalori, cepat diserap tubuh dan meningkatkan gula darah.”
Demikian pula santan, pisang dan ubi, juga mengandung kalori. Sehingga bila diabetesi tetap ingin menyantap kolak atau takjil perlu mengurangi porsi nasi saat makan utama.
“Gorengan juga boleh, tetapi perlu diingat ia tinggi lemak dan menghasilkan kalori yang tinggi pula. Kalau makan gorengan berarti harus ada makanan yang dikurangi,” tukas Miranti. “Jadi diabetesi tetap boleh makan makanan yang disukainya tetapi tetap harus dihitung kalorinya, ini harus konsultasi dengan ahli gizi.”
Sementara itu dr. Syahidatul Wafa, Sp.PD, dari Departemen Penyakit Dalam RSCM-FKUI, mengungkapkan saat berbuka, sebaiknya dimulai dengan minum air putih. “Kemudian baru setelahnya boleh makanan/minuman manis agar gula darahnya tidak makin ngedrop (mencegah hipoglikemia),” katanya.
Di waktu sahur, lanjut dr. Wafa, orang diabetes lebih dianjurkan mengonsumsi karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, jagung, sereal gandum, dll. “Kalori akan dipecah secara bertahap, membuat kenyang lebih lama. Risiko gula naik juga lebih rendah, sehingga gulanya lebih stabil,” ujarnya.
Makan sahur disarankan seakhir mungkin sebelum memulai puasa.
Segera batalkan puasa bila ada gejala hipoglikemia
Dr. Wafa menegaskan diabetesi perlu mewaspadai gejala hipoglikemia, seperti keringat dingin, jantung berdebar, gemetar, kebingungan / linglung. Hipoglikemia berat berisiko menyebabkan koma.
Biasanya hipoglikemia muncul 1 – 2 jam menjelang magrib. Jika tanda-tanda hipoglikemia muncul, disarankan segera membatalkan puasa.
“Perlu sedia permen atau teh manis. Kalau ada gejala hipoglikemi selama puasa, segera batalkan puasa dengan minum manis. Setelah itu dipantau gula darahnya (menggunakan glucometer), kalau masih rendah segera ke rumah sakit,” saran dr. Wafa.
Yang tak kalah penting adalah pengaturan obat penurun gula darah. Selama puasa biasanya dilakukan penyesuaian dosis dan jenis obat yang dikonsumsi. Untuk itu perlu konsultasi ke dokter. (jie)
Baca juga: Tips Bugar Saat Puasa