Orang sakit yang harus berbaring dalam waktu lama (imobil) bisa mengalami luka dekubitus, yakni luka akibat tekanan. “Jaringan akan melewati masa kompensasi pada tekanan >120. Bila terus tertekan, maka akan kekurangan darah karena tidak cukup mendapat suplai darah,” ucap dr. Dewi Aisiyah Mukarrahmah, Sp.BP-RE(K) dari RS Kanker Dharmais, Jakarta.
Orang tua yang jarang bergerak atau lama berbaring, juga berisiko mengalami hal ini. Juga mereka yang duduk lama di kursi roda.
Luka dekubitus biasanya terjadi pada daerah tonjolan tulang. Pada orang yang berbaring lama, umumnya yang terkena yakni daerah tulang ekor, bahu, siku, belakang kepala, dan tumit.
Baca juga: Borok akibat Luka Kanker
Ada 4 derajat luka dekubitus. Pada derajat 1, kulit hanya tampak merah-merah. Derajat 2, luka masih di permukaan; hanya sebagian tebal dermis (kulit jangat) yang teriritasi. Bila dirawat dengan baik, bisa sembuh sendiri dalam dua minggu. Namun bila tidak dirawat, akan berkembang menjadi derajat 3. Pada derajat 3, jaringan lemak ikut terdampak. Pada derajat 4, luka sudah menembus sampai otot, sampai tulang bisa terlihat.
Untuk mencegahnya, keluarga harus belajar cara membalik-balikkan badan pasien, agar tidak terjadi penekanan di tempat yang sama terus menerus. Cara ini, yang disebut mobilisasi, adalah perawatan pertama untuk luka dekubitus. Dr. Dewi menyarankan keluarga untuk memasang alarm tiap 2 jam. “Begitu alarm berbunyi, miringkan tubuh pasien ke kanan. Bunyi lagi, posisikan lurus. Bunyi lagi, miringkan ke kiri. Begitu seterusnya,” paparnya.
Ia juga menyarankan untuk memasang kasur dekubitus, demi mengurangi tekanan akibat tonjolan tulang. Bila sudah terjadi luka, letakkkan sesuatu untuk mengurangi tekanan pada daerah yang mengalami dekubitus. Misalnya bantal donat, atau bantal berisi air, sehingga luka tidak tertekan makin dalam.
Baca juga: Merawat Luka Kanker, Jangan Takut Mandi
Untuk orang di kursi roda, letakkanlah bantalan lembut di dudukan kursi, yang sesuai dengan bentuk dan ukuran kursi roda. Lakukan mobilisasi pasien dengan memindahkan beban pasien tiap 15-20 menit. Dengan membungkukkan badan ke depan, bersandar ke kiri, kanan, dan ke belakang. Dua kali setahun, periksakan kondisi kursi roda, agar senantiasa prima menopang beban tubuh pasien.
Untuk pengobatannya, berbeda-beda sesuai derajat dekubitus. Derajat 1 cukup diberi losion, agar kulit tidak kering. Derajat 2 pun yang penting diberi sesuatu untuk menjaga kelembapan kulit, tapi lebih dari sekadar losion. Misalnya salep, petroleum jelly, atau madu.
Luka derajat 3 bisa sembuh sendiri bila ukurannya kecil. Namun bila ukurannya besar, lebih sulit untuk sembuh. “Bila ada jaringan mati maka harus dibersihkan,” ujar dr. Dewi. Penanganan luka sebaiknya oleh dokter, dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah sesuai petunjuk dokter. Bila luka sudah sampai derajat 4, idealnya dioperasi. Apalagi bila tulang sudah sampai terlihat.
Jangan lengah, perawatan tetap harus dikombinasi dengan mobilisasi. Bila pasien tetap dibiarkan imobil (diam saja tidak bergerak), luka yang sudah membaik—bahkan yang sudah dioperasi—bisa terbuka lagi.
“Luka dekubitus bisa dibilang merupakan kegagalan dari perawatan. Harusnya tidak perlu terjadi bila pasien dimobilisasi. Caregiver harus telaten,” pungkas dr. Dewi. (nid)
_______________________________
Ilustrasi: unclelkt / Pixabay.com