penderita prediabetes berisiko menjadi diabetes
penderita prediabetes berisiko menjadi diabetes

7 dari 10 Penderita Prediabetes akan Menjadi Diabetes, Karyawan Kantor Berisiko Lebih Tinggi

Penderita prediabetes memiliki risiko lebih besar menjadi diabetes dibandingkan dengan orang tanpa prediabetes, bahkan kondisi prediabetes berisiko menimbulkan komplikasi kardiovaskular bila tidak ditangani dengan baik.

Data IDF Diabetes Atlas mencatat penderita diabetes di Indonesia mencapai 19,47 juta pada 2021, di mana lebih dari 236 ribu di antaranya meninggal karena penyakit ini. 

Tanpa pencegahan dan penanganan yang tepat, maka penderita diabetes di Indonesia diperkirakan bisa mencapai 23,33 juta orang pada 2030, bahkan mencapai 28,57 orang pada 2045.

Prediabetes tidak termasuk ke dalam golongan diabetes, tetapi bisa berkembang menjadi diabetes kapan saja; ini adalah fase sebelum diabetes. Disebut diabetes jika gula darah puasa > 126 mg/dl dan gula darah sewaktu > 200 mg/dl.

Baik IDF (International Diabetes Federation) atau PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) menetapkan bila gula darah puasa >100 mg/dl dan gula darah sewaktu >140 mg/dl, maka termasuk prediabetes. Data mencatat sekitar 30% penduduk Indonesia tergolong pada kondisi prediabetes. 

Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD, mengatakan, “Prediabetes merupakan kondisi di mana kadar gula darah yang lebih tinggi dari nilai normal, tetapi belum menyentuh kriteria untuk didiagnosis sebagai diabetes.  Penderita prediabetes berisiko lebih besar menjadi diabetes dibandingkan dengan orang tanpa prediabetes. Namun, tidak banyak orang yang menyadari kondisi prediabetes karena memang gejalanya yang minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi.”

Baca: Buncit, Tanda Awal Prediabetes

Tanpa upaya pencegahan yang tepat, perkembangan prediabetes menjadi diabetes tipe 2 bisa terjadi lebih cepat. Perjalanan seseorang dari kondisi normal, prediabetes, kemudian menjadi diabetes membutuhkan waktu sekitar 5-10 tahun.

Sebuah meta-analisa di BMJ (British Medical Journal) tahun 2020 menyatakan 7 dari 10 pasien prediabetes akan menjadi diabetes jika tidak diberikan intervensi. “Selain itu, tidak perlu menunggu jadi diabetes, kondisi prediabetes sendiri sudah berisiko menimbulkan komplikasi kardiovaskular bila tidak ditangani dengan baik,” tulis peneliti.

Karyawan lebih berisiko

Menariknya, ternyata karyawan kartoran lebih berisiko untuk menjadi prediabetes dan berkembang ke diabetes. 

Sebuah penelitian di jurnal Psimawa (2019) berjudul “Gambaran Risiko Prediabetes, Aktivitas Fisik, Perilaku Sedentari dan Pola Makan Karyawan di Perusahaan X” menyatakan adanya risiko prediabetes dan diabetes di lingkungan kerja karena kurangnya aktivitas fisik dan durasi duduk yang lama, serta pola makan yang kurang sehat. 

Risiko komplikasi turun hingga separuhnya

Kabar baiknya walaupun seseorang telah terdiagnosis prediabetes, komplikasi kardiovaskular serta progresi menjadi diabetes dapat dicegah, salah satunya dengan perubahan gaya hidup.

Risiko berkembang menjadi diabetes dapat dikurangi hingga 58% dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang, rutin berolahraga dan menurunkan berat badan.

“Intervensi awal yang dapat dilakukan jika terdiagnosis prediabetes risiko ringan adalah mengubah gaya hidup, seperti rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu, misalnya berjalan kaki, naik sepeda atau berenang,” ujar Prof. Pradana, kepada OTC Digest. 

Baca: Manfaat Olahraga Bagi Penderita Diabetes

Usaha lainnya dalam mengobati prediabetes adalah berusaha mengubah pola makan dengan diet yang bergizi seimbang dan mengelola stres. 

Prof. Pradana menambahkan, pada orang dengan prediabetes dan risiko tinggi, jika setelah 3 - 6 bulan melakukan intervensi gaya hidup dan/atau memperbaiki toleransi glukosa belum berhasil untuk mencapai penurunan berat badan yang diinginkan, maka bisa dikombinasikan dengan pemberian obat seperti metformin sebagai terapi obat lini pertama. 

Selain itu, riset oleh Kelompok Penelitian Program Pencegahan Diabetes (DPP) juga telah menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dan intervensi medis dapat mengurangi kejadian diabetes pada orang yang berisiko tinggi penyakit ini. Manfaat ini telah dikonfirmasi dalam studi jangka panjang selama 10 tahun dan 15 tahun. (jie)