Kurang tidur atau tidur tidak nyenyak berpengaruh pada kualitas hidup seseorang, terutama mereka dengan masalah jantung. Faktanya gangguan tidur bisa menjadi tanda mengalami gagal jantung.
Manusia membutuhkan tidur 7 – 9 jam per hari untuk menjaga kesehatan secara umum. Tetapi penderita penyakit jantung – yang sering kali tidak tahu akan kondisinya - kerap kali memiliki gangguan tidur.
Riset yang diterbitkan tahun 2021 di jurnal Nursing Reports menemukan 75% penderita gagal jantung mengalami gangguan tidur sleep apnea, insomnia, terbangun di tengah malam (sulit untuk tidur kembali) dan sindrom kaki gelisah (menggerakkan kaki tanpa disadari).
“Ada interaksi yang rumit antara gangguan tidur dan gagal jantung. Sleep apnea yang tidak diobati, misalnya, berpotensi menyebabkan gagal jantung. Dan mereka yang menderita gagal jantung mengalami sleep apnea,” kata Dr. Andrew Freeman, ahli jantung di National Jewish Health, di Denver (AS).
Jika Anda bangung pagi tetapi tidak merasa segar, mengantuk di siang hari atau merasa perlu mengurangi aktivitas siang hari karena kurang energi, ini bisa menjadi tanda gagal jantung yang tidak terkelola baik, tambah Dr. Freeman melansir Everyday Health.
Gagal jantung merupakan keadaan di mana jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik. Secara umum gagal jantung bisa disebabkan oleh hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner dan kolesterol tinggi.
Berikut empat gangguan tidur tanda mengalami gagal jantung:
1. Sleep apnea
American College of Cardiology mencatat gangguan tidur sleep apnea terjadi pada 52 % pasien gagal jantung.
Ada dua tipe sleep apnea: sleep apnea sumbatan (OSA), jenis yang lebih umum di mana otot-otot di belakang tenggorok kolaps selama tidur, menghalangi jalan napas. Lainnya adalah sleep apnea sentral (CSA), yang cenderung terjadi pada pasien gagal jantung yang lebih berat, khususnya pria.
“Kedua kondisi tersebut akan menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah secara berkala, yang meningkatkan kadar adrenalin dan membuat susah tidur,” ujar Dr. Rami Khayat, ahli paru dan tidur di UCI Health, di California.
2. Insomnia
Penelitian tahun 2017 di jurnal Chest menyatakan 23 – 73 % penderita gagal jantung mengalami insomnia kronis (jangka panjang), berupa sulit mengantuk, tetap tidur atau terbangun lebih pagi selama setidaknya satu bulan.
Peneliti menjelaskan alasan umum insomnia pada populasi ini, termasuk depresi atau kecemasan terkait penyakit, obat-obatan dan pola pernapasan abnormal (Cheyne-Strokes).
3. Orthopnea
Banyak penderita gagal jantung juga mengalami orthopnea, perasaan sesak napas saat berbaring.
Bisa juga merasakan dispnea nokturnal paroksismal, sesak napas yang membangunkan mereka setelah satu atau dua jam tidur.
Kondisi ini bisa menjadi gejala tubuh menahan cairan, dan cairan itu membuat paru-paru sesak. “Pasien sering mengatakan: saya perlu memakai empat bantal untuk tertidur,” ujar Dr. Freeman.
Tidur menggunakan bantal tinggi – bisa juga dengan tidur miring - akan mengurangi kelebihan volume dan anatomis dari sumbatan paru-paru.
Obat deuretik (perangsang kencing) bisa diresepkan dokter bila Anda mengalami orthopnea disertai penumpukan cairan. Ditunjukkan dengan peningkatan berat badan.
“Jika berat Anda naik dua/tiga pon (0,9 – 1,3 kg) dalam sehari, atau lima sampai enam pon (2,2 – 2,7 kg) seminggu, itu hampir selalu karena air,” Dr. Freeman menambahkan.
4. Gangguan gerakan tungkai berkala
Dalam gangguan gerakan tungkai berkala (PLMD), sejenis sindrom kaki gelisah, peningkatan lalu lintas saraf di kaki dan lengan membuatnya berkedut tanpa sadar saat tidur. Ini bisa membangunkan Anda.
“Penderita mungkin tidak akan mengingat kedutan ini karena itu adalah episode yang sangat singkat,” ujar Dr. Khayat. “Tetapi bisa mengganggu tidur, dan Anda akan terbangun dengan perasaan tidak segar atau lelah.” (jie)