Bila Anda menderita gangguan tidur sleep apnea, henti napas sesaat yang terjadi berulang kali selama Anda tidur, berisiko menyebabkan gagal jantung.
Para ahli berpendapat bila sleep apnea bisa menyebabkan aritmia (gangguan irama jantung) dan gagal jantung. Bila mengalami sleep apnea, Anda cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Fakta juga menyatakan, sleep apnea terjadi pada lebih dari 50% mereka yang menderita gagal jantung atau fibrilasi atrium.
“Ada hubungan yang kuat antara gangguan tidur sleep apnea dengan aritmia jantung. Riset memperlihatkan rusaknya saluran napas atas pada penderita sleep apnea memicu kejadian aritmia,” terang dr. Reena Mehra, Direktur dari Sleep Disorder di Sleep Center of the Neurologic Institute, Cleveland Clinic, Amerika Serikat.
Hal lain yang membuat gangguan tidur sleep apnea bisa meningkatkan risiko aritmia dan gagal jantung adalah :
- Pengulangan episode hipoksia atau berkurangnya pasokan oksigen.
- Perubahan kadar karbon dioksida.
- Berdampak langsung ke jantung akibat perubahan tekanan di dalam dada.
- Meningkatkan level penanda (markers) inflamasi.
Apa yang terjadi saat henti napas
Ketika terjadi henti napas sesaat waktu tidur, detak jantung cenderung turun selama tubuh kekurangan oksigen. Kemudian, secara refleks Anda akan terbangun sebagai usaha untuk mengambil napas. Saat ini terjadi, detak jantung akan meningkat dengan cepat, dan tekanan darahpun melonjak.
Perubahan tekanan darah mendadak inilah yang terjadi saat Anda berhenti napas sesaat. Tetapi, tubuh akan mulai mengalami dampak yang berulang karena proses henti napas ini terjadi berulang kali.
Menurut dr. David Van Wagoner, PhD, seorang ahli jantung molekular, risiko peningkatan tekanan darah meningkat saat Anda mengalami henti napas lebih dari 30 kali dalam satu jam.
Ketika tekanan darah Anda cenderung naik, dinding jantung akan menebal akibat meningkatnya beban kerja dan strutur jantung pun berubah. Cenderung menjadi kaku (kurang fleksibel) karena lebih banyak sel fibrosa yang tumbuh di antara sel-sel otot.
“Dari semua hal tersebut akan meningkatkan risiko Anda untuk mendapatkan, baik atrial atau ventrikular aritmia,” terang dr. Van Wagoner. “Kondisi ini juga cenderung mengurangi fungsi jantung untuk memompa darah dengan efisien.”
Tipe sleep apnea
Gangguan tidur sleep apnea umumnya dikategorikan menjadi dua :
- Obstructive sleep apnea (OSA) yang terjadi ketika ada sumbatan di saluran napas, menyebabkan ketidakmampuan untuk bernapas secara normal selama tidur. Gangguan ini terutama berkaitan dengan obesitas, dan juga lebih kerap terjadi pada pria dengan bertambahnya usia. Ada juga kemungkinan faktor genetik yang tidak tergantung pada obesitas.
- Central sleep apnea (CSA) yang terjadi ketika otak tidak mampu mengirimkan sinyal ke otot yang mengontrol pernapasan. “Ini merupakan kelainan yang jarang terjadi dan belum dipahami sebabnya,” ujar dr. Van Wagoner.
Gejala sleep apnea
Sebagian besar, pasangan Andalah yang akan mengetahuinya ketika Anda tidur ngorok dengan keras dan terjadi beberapa episode henti napas, atau terbangun mendadak dengan napas tersengal-sengal.
Menurut dr. Mehra, ada beberapa gejala tambahan untuk mengetahui gangguan tidur sleep apnea :
- Kantuk berlebihan di siang hari.
- Tidur gelisah.
- Menyaksikan episode-episode henti napas saat tidur.
- Terbangun dengan keinginan untuk buang air kecil.
- Kesulitan untuk mempertahankan tidur terus menerus.
- Sakit kepala di pagi hari.
- Kesulitan konsentrasi dan ada perubahan mood.
Pilihan terapi
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengontrol sleep apnea, yakni:
- Menggunakan CPAP (continous positive airways pressure). Ini merupakan pengobatan standar untuk gangguan tidur ini. Penderita diminta untuk memakai masker yang menutupi hidung dan mulut selama tidur. Sebuah mesin dengan lembut mendorong udara masuk melalui masker untuk menjaga jalan napas tidak tertutup. Dan sebagai hasilnya mencegah penurunan oksigen / peningkatan tekanan darah.
- Mengurangi berat badan dengan diet yang benar. Memangkas kalori dan olahraga teratur sangat dianjurkan bagi mereka yang kelebihan berat badan.
- Konsultasikan dengan dokter tentang gejala ngorok yang Anda alami. “Mengorok dengan keras dan mengantuk di siang hari adalah pertanda khas pada OSA, namun pasien tetap perlu konsultasi pada dokter untuk mempelajari pola tidur,” urai dr. Mehra. (jie)
Baca juga : Ketahui Sebab kenapa Tidur Mendengkur Picu Obesitas