virus corona merusak jantung dengan banyak cara

Virus Corona Merusak Jantung Dengan Banyak Cara, Pria Lebih Berisiko

Peneliti telah mengidentifikasi beberapa jenis cedera jantung yang berbahaya akibat virus corona seperti penggumpalan darah dan serangan jantung.

Menurut riset yang diterbitkan di the Journal of the American College of Cardiology kelainan struktur organ jantung ini berhubungan dengan risiko kematian yang lebih besar di antara pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

“Deteksi dini adanya kelainan struktur bisa menyediakan perawatan yang lebih tepat, seperti pemberian antikoagulasi (pengencer darah) dan pendekatan lain untuk pasien rawat inap dan pasca rawat inap,” ujar Valentin Fuster, salah satu peneliti dari The Mount Sinai Hospital, AS.

Dalam studi ini, para ilmuwan melihat peningkatan kadar protein troponin, yang dilepaskan ketika otot jantung rusak, dikombinasikan dengan adanya kelainan scan jantung yang terlihat menggunakan alat ekokardiogram (EKG).

Kenaikan troponin sebanyak 5,2% terjadi pada pasien tanpa cedera jantung, dibandingkan 18,6% pada pasien dengan cedera jantung tetapi tanpa ada kelainan scan jantung, dan 31,7% pada mereka dengan cedera jantung yang terlihat di EKG.

Peneliti menemukan bahwa kombinasi kelainan organ jantung tersebut berhubungan dengan perburukan penyakit dan risiko kematian, dibanding jika hanya terjadi peningkatan kadar troponin.

“Ini adalah riset pertama yang menyediakan gambaran EKG detail, data elektrokardiografi pasien corona dan bukti laboratorium adanya cedera jantung,” terang Gennaro Giustino dari The Mount Sinai Hospital.

“Kami menemukan di antara pasien COVID-19 yang menjalani EKG transtoraks, kelainan struktur jantung ini beragam dan terjadi pada hampir dua pertiga pasien,” imbuh Guistino.

Scan jantung pada 305 pasien COVID-19 dilakukan di empat rumah sakit di New York, AS dan dua rumah sakit di Milan, Italia, antara Maret – Mei 2020. Rata-rata pasien berusia 63 tahun, dan lebih dari separuhnya (67,2%) adalah laki-laki.

Tercatat bahwa 190 (dari 305) pasien mengalami kerusakan organ jantung; 118 di antaranya mengalami kerusakan saat masuk rumah sakit dan 72 lainnya selama dirawat di rumah sakit.

Peneliti juga menemukan bila pasien dengan cedera jantung memiliki lebih banyak kelainan hasil scan jantung, dan kadar molekul penanda inflamasi yang lebih tinggi, dibandingkan pasien tanpa cedera jantung.

Mereka mengatakan kelainan ini beragam, dengan beberapa pasien menunjukkan beberapa tanda cedera jantung. 26,3% pasien dengan disfungsi bilik kanan jantung, dan 23,7% memiliki kelainan gerakan dinding bilik kiri, yang dapat dikaitkan dengan serangan jantung.

Para peneliti mengatakan 18,4% memiliki kelainan jantung yang berkaitan dengan peradangan dan kerusakan jantung, dan 13,2% dengan disfungsi diastolik tingkat II atau III – suatu kondisi yang menyebabkan ruang jantung lebih kaku.

Mereka juga mencatat 7,2% mengalami kelebihan cairan di sekitar jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan jantung memompa.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa EKG adalah alat yang berguna dan penting dalam identifikasi awal pasien dengan risiko lebih besar untuk cedera jantung terkait COVID-19, "kata penulis studi Martin Goldman dari Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai. (jie)

Baca juga : Rontok Rambut, Apakah Ini Gejala Baru COVID-19 ?