Stenosis aorta atau penyempitan katup aorta jantung bisa diatasi dengan TAVI, yang lebih nyaman dibandingkan operasi terbuka. Di National Heart Centre Singapore (NHCS), TAVI telah dilakukan pada pasien stenosis aorta berisiko tinggi sejak 2009, dengan lebih dari 200 pasien yang telah ditangani. “Tingkat keberhasilan prosedur ini mencapai 91%, yang sebanding dengan standar internasional yang mencapai 90%,” ungkap Dr. Ho Kay Woon, Konsultan Senior di Department of Cardiology, NHCS.
Tentu saja, setiap tindakan operasi memiliki risiko tersendiri, tak terkecuali TAVI. Risiko yang bisa terjadi akibat TAVI bisa berbeda-beda pada tiap orang, tergantung kondisi masing-masing dan situasi prosedur. “Komplikasi yang umum terjadi meliputi pemasangan alat pacu jantung, perdarahan, dan cedera pada pembuluh darah,” terangnya.
Katup TAVI mungkin juga perlu diganti setelah beberapa lama, jika sudah aus. “Belum ada data jangka panjang mengenai daya tahan katup TAVI, tapi rata-rata, katup ini dapat bertahan antara tujuh hingga sepuluh tahun,” ujar Dr. Woon.
Siapa Saja yang Bisa Menjalani TAVI?
Menurut Dr. Woon, TAVI telah menjadi alternatif pengobatan stenosis aorta berat bagi pasien yang tidak memenuhi syarat untuk penggantian katup aorta bedah konvensional karena risiko bedah yang tinggi. Lantas, siapa saja yang bisa menjalani TAVI? “Pasien akan menjalani CT scan untuk menilai kelayakan dan perencanaan prosedur TAVI. Hasil CT scan ini dapat mempengaruhi keputusan mengenai pilihan antara TAVI atau pembedahan,” jelas Dr. Woon.
Setidaknya, ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih TAVI ketimbang operasi terbuka, yaitu:
1. Kondisi medis
Pada orang dengan kondisi medis yang berat yang membuat pembedahan terbuka lebih berisiko tinggi, maka TAVI bisa menjadi opsi yang lebih aman.
2. Masa pemulihan
Faktor lain yang jadi pertimbangan yakni pilihan pasien untuk pemulihan yang lebih cepat. Sebagaimana disebutkan dalam artikel sebelumnya, masa pemulihan setelah TAVI jauh lebih cepat dibandingkan operasi terbuka.
Namun demikian, beberapa kondisi tertentu lebih disarankan untuk operasi terbuka ketimbang TAVI. Misalnya pada mereka yang berusia <65 tahun dengan stenosis aorta berat akibat cacat lahir pada katup aorta, terlebih bila telah menjalani penggantian katup aorta bedah logam. “Selain itu, juga mereka dengan penyakit arteri koroner kompleks atau kondisi katup ganda yang dapat ditangani sepenuhnya melalui pembedahan,” tutur Dr. Woon.
TAVI dan Peningkatan Kualitas Hidup
TAVI memberikan harapan baru bagi pasien stenosis aorta berat yang tidak dapat menjalani operasi konvensional. “TAVI merupakan alternatif yang aman dan efektif untuk penggantian katup aorta melalui pembedahan pada pasien stenosis aorta berat dengan risiko tinggi,” ujar Dr. Woon.
Ia menjelaskan, usai menjalani prosedur TAVI, gejala-gejala seperti nyeri dada, pingsan atau sesak napas akibat stenosis aorta berat akan membaik. Juga akan lebih jarang dirawat di rumah sakit akibat efek buruk dari stenosis aorta yang tidak diobati. “Pasien yang berhasil menjalani prosedur TAVI cenderung memiliki harapan hidup yang lebih lama dibandingkan dengan individu yang tidak mendapatkan pengobatan,” ucap Dr. Woon. Diharapkan, mereka pun bisa hidup lebih lama dengan kualitas hidup yang lebih baik.
Ia melanjutkan, peningkatan perangkat TAVI dan sistem pengirimannya telah membuat TAVI menjadi pilihan yang layak bagi lebih banyak pasien kardiovaskular. Misalnya saja, profil/ukuran sistem pengiriman yang lebih kecil mengurangi komplikasi pada pembuluh darah dan perdarahan. Ini memungkinkan lebih banyak pasien, terutama pasien Asia yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil, untuk mendapatkan manfaat dari TAVI.
Selain itu, perangkat TAVI bisa diposisikan ulang dan diambil kembali untuk mengoptimalkan posisi implantasi katup. “Hal ini mengurangi komplikasi dan meningkatkan hasil prosedur TAVI,” tandas Dr. Woon. (nid)