Sifilis Merusak Otak Al Capone, Penyakit Ini Mulai Bangkit Lagi
sifilis_al capone

Sifilis Merusak Otak Al Capone, Penyakit Ini Mulai Bangkit Lagi

Sifilis merusak otak Al Capone, hingga ia meninggal dalam kondisi mental setara dengan anak 12 tahun. Sifilis, dulu kerap disebut “raja singa”, adalah penyakit kuno yang telah menghantui manusia sejak berabad lalu. Wabah sifilis yang pertama kali tercatat di Eropa terjadi pada 1494/1495 di Napoli, Itali, selama invasi Perancis.

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. “Bakteri ini masuk melalui kulit atau selaput lendir. Di tempat masuknya itu, dia bisa menimbulkan luka,” terang Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K), M.Epid. Luka pada sifilis sangat khas: tidak nyeri, tidak gatal, dasar luka bersih tidak bernanah, dan batas luka jelas dengan tepian yang mengeras. Inilah ulkus yang disebut chancre.

Chancre biasanya terjadi di penis, vagina, atau organ lain yang digunakan untuk aktivitas seksual. Karena memang, sifilis utamanya ditularkan melalui kontak seksual. Bisa dari genital-genital, genital-oral, genital-anal, dan oral-oral (berciuman). “Selain itu, bisa juga dari ibu ke janin, melalui plasenta,” ujar Dr. dr. Wresti. Bayi bisa lahir dengan sifilis kongenital, yang menyebabkan cacat bawaan.

Luka kadang didiamkan atau tidak disadari, karena tidak sakit sama sekali. Apalagi bila letaknya tersembunyi, misanya di dalam anus atau di liang vagina yang tidak tersentuh saat membersihkan vagina. “Penyakit tidak diobati, sehingga akhirnya berkembang ke berbagai stadium,” ucap Dr. dr. Wresti, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Klinik Pramudia, Rabu (12/2/2020).

 

Sifilis merusak otak Al Capone

“Sifilis bukan penyakit kelamin biasa. Dia bisa menyerang berbagai organ secara sistemik,” ungkap Dr. dr. Wresti. Sifilis merusak otak Al Capone, gembong mafia legendaris dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Memulai karir sebagai tukang pukul di rumah bordil, Al Capone akrab dengan dunia prostitusi. Di sinilah ia mendapatkan sifilis, tapi terlalu malu untuk berobat.

Ketika akhirnya ia dipenjara di Alcatraz pada 1931, sifilis yang sudah mengenai sarafnya perlahan mengambil alih kesadarannya. Ia sering tidak bisa mengikuti perintah penjaga, memakai jas musim dingin lengkap dengan topi dan sarung tangan di dalam selnya yang panas, dan menyunggingkan senyum yang aneh. Ia didiagnosis sifilis pada 1938, dan dikeluarkan dari penjara karena kondisi medisnya makin menurun.

Apa yang dialami Al Capone termasuk komplikasi sifilis yang berat. Ini bisa terjadi saat T. pallidum masuk ke susunan saraf pusat (neurosifilis). Neurosifilis bisa pula menimbulkan meningitis, kerusakan mata (sifilis okular), kelemahan otot (tabes dorsalis), dan general paresis, yang membuat sifilis merusak otak Al Capone.

Pada stadium akhir, sifilis bisa merusak organ-organ vital. Tak hanya otak dan saraf, tapi juga jantung, pembuluh darah, hati, paru, ginjal, tulang, saluran cerna, dan persendian. Bisa muncul komplikasi seperti meningitis, stroke, demensia, hingga penyakit jantung.

 

Mulai bangkit lagi

Sifilis merupakan salah satu pembunuh utama di Amerika Serikat, hingga ditemukannya penisilin pada 1943. Sejak itu, sifilis seperti menghilang. “Setelah ada antibiotik, kejadian sifilis menurun sekali. Namun belakangan ini mulai tinggi lagi,” ujar Dr. dr. Wresti.

Data di RS Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan, dan RS Tangerang sepanjang 2016 – 2018 menunjukkan terjadi peningkatan kasus baru sifilis. “Data epidemiologi di AS juga menunjukkan kenaikan kasus sifilis. Ini menjadi pertanyaan, karena hingga kini tidak ada resistansi antibiotik pada bakteri penyebab sifilis,” tutur Dr. dr. Wresti.

 Pada akhir 1990, kasus sifilis sudah sangat jarang. AS berharap bisa mengeradikasi penyakit ini. Namun alih-alih eradikasi, sifilis justru muncul lagi sejak tahun 2000, dan terus meningkat. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC mencatat, angka sifilis pada 2015 – 2016 mencapai skor tertinggi dalam >20 tahun terakhir. Terdapat 74% peningkatan jumlah sifilis pada 2016 dibandingkan pada 2012.

Ada beberap faktor yang ditengarai berperan dalam kemunculan kembali sifilis. “Yang berperan adalah HIV dan hubungan seksual lelaki sesama lelaki (LSL),” ujar Dr. dr. Wresti. HIV membuat orang lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Terlebih infeksi menular seperti sifilis, karena memiliki jalur penularan yang sama. Perilaku hubungan seks yang berisiko juga makin meningkat. Selain itu, penemuan pil pencegah HIV (PrEP) membuat orang merasa lebih “aman” sehingga kesadaran untuk menggunakan kondom mulai turun. (nid)

Bersambung ke: Gejala Sifilis Berbeda-beda Tergantung Stadium, bisa Menyerupai Penyakit Lain

___________________________________________

Foto Al Capone: ISTIMEWA