10 juta bulk vaksin sinovac kembali datang

Setelah 10 Juta Bulk Vaksin Sinovac Datang Lagi, Benarkah Vaksinasi Bisa Tekan Infeksi COVID-19?

Sebanyak 10 juta dosis bulk (bahan baku) vaksin Sinovac kembali tiba di Indonesia pada Selasa (2/2/2021). Bulk vaksin tersebut akan diproses menjadi vaksin jadi di laboratorium PT Bio Farma sebelum diedarkan, dan harus melalui proses uji mutu yang ketat.

Sekretaris PT Bio Farma Bambang Heriyanto dalam keterangan pers mengatakan, 10 juta dosis bulk vaksin tersebut akan diproduksi pada 13 Februari mendatang. Jadwal itu mengikuti selesainya produksi 15 juta bulk vaksin yang telah tiba lebih dulu dan ditargetkan selesai pada 11 Februari 2021.

Selanjutnya, vaksin tersebut akan diperuntukkan untuk petugas dan tenaga layanan publik, termasuk TNI dan Polri.

Kita mengharapkan efektivitas vaksin saat digunakan di masyarakat sesuai dengan efikasi yang terlihat di uji klinis. Tetapi biasanya efektivitas vaksin lebih rendah dari efikasi karena berbagai faktor.

Tentang efektivitas vaksin tekan infeksi COVID-19 kita bisa belajar dari Israel. Our World in Data – sebuah organisasi nirlaba– menghitung hingga saat ini sekitar 57,6% penduduk Israel telah divaksin. Tingkat vaksinasi bahkan lebih tinggi pada mereka yang berusia >60 tahun; mereka termasuk kelompok populasi yang mendapat vaksin pertama.

Bulan lalu Clalit, lembaga layanan kesehatan terbesar di Israel, mengeluarkan data awal tentang 200 ribu orang berusia > 60 tahun yang sudah divaksin, dibandingkan dengan 200 ribu orang tua lainnya yang tidak (belum) divaksin.

Positivity rate turun 33% di antara lansia yang divaksin; 14 hari setelah menerima vaksin. Di lain pihak, tidak ada penurunan positivity rate untuk kelompok yang tidak divaksin.

Maccabi, organisasi kesehatan lain di Israel, bahkan mencatat penurunan yang lebih banyak, yakni 60% pada 430 ribu orang; 13-21 hari setelah menerima vaksinasi.  

Walau data ini belum ditinjau oleh ilmuwan lain (peer-reviewed), setidaknya mampu memberi gambaran bagaimana vaksin mampu tekan infeksi COVID-19.

“Tampaknya vaksin di Israel benar-benar berhasil,” kata Christina Ramires, PhD, profesor biostatistik di UCLA Fielding School of Public Health, AS. “Dan saya pikir itu akan memberi tahu kita apa yang harus kita harapkan terjadi di negara lain.”

Gunakan vaksin yang ada

Dalam uji klinis fase 3 vaksin Pfizer-BioNTech dicatat efikasi vaksin sebesar 95%, sedangkan vaksin Moderna sebanyak 94,1%.

Vaksin produksi Johnson & Johnson memiliki efikasi 66%. Dan uji coba vaksin Sinovac di Indonesia mendapatkan efikasi vaksin 65,3%.

Dr. Dirga Sakti Rambe, sepesialis penyakit dalam yang juga vaksinolog menjelaskan, walau efikasi vaksin Sinovac hanya 65,3%, bukan berarti masih ada sekitar 35% masyarakat yang berisiko terinfeksi virus corona.

“Orang yang divaksinasi memiliki kemungkinan hampir 3 kali lebih rendah untuk mengalami COVID yang bergejala. Bahkan, gejala berat sampai menyebabkan kematian lebih rendah lagi kemungkinannya,” katanya dalam Pandemic Talks.

Tidak pula berarti efikasi yang lebih rendah, lebih buruk dibanding vaksin dengan efikasi lebih tinggi. Karena selama memenuhi standar minimal yang ditetapkan WHO (>50%), vaksin COVID-19 layak dipakai.

Walau dengan efikasi 65%, “Dampaknya akan luar biasa mengurangi beban pelayanan kesehatan di rumah sakit. Orang yang sakit COVID-19 bergejala sedang, bahkan sampai di rumah sakit, harapannya akan berkurang dengan vaksin ini,”

“Gunakan dulu vaksin yang sudah ada, tidak perlu menunggu vaksin yang memiliki efikasi lebih tinggi,” pungkas dr. Dirga. (jie)   

Baca juga: Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia 65%, Mengapa Lebih Rendah daripada Turki dan Brasil?