Selain Corona, Ini Virus Yang Bisa Menginfeksi Saluran Napas | OTC Digest

Selain Corona, Ini Virus Yang Bisa Menginfeksi Saluran Napas

Outbreak novel virus corona (2019-nCoV) terjadi sangat cepat, sejak Desember 2019 hingga Februari 2020 ini tercatat sudah 28 negara yang mengonfirmasi warganya positif terinfeksi. Namun begitu, angka mortalitasnya hanya 2-3%, jauh lebih rendah dibanding SARS (strain virus corona lain) yang mencapai 50%, atau flu burung dengan mortalitas hingga 85%.

Menurut Dr. dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) 2019-nCoV ini adalah virus corona jenis baru yang sebelumnya belum diketahui.

Virus corona pada dasarnya adalah satu dari sekian banyak virus yang biasa menyerang saluran napas- disebut ISPA (infeksi saluran napas akut).

ISPA biasanya berlangsung kurang dari dua minggu. Bisa menyerang saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorok) atau bagian bawah (paru-paru).

“ISPA bagian atas adalah yang paling sering terjadi, contohnya selesma (common cold/rhinitis) atau rhinopharyngitis. Gejalanya batuk, pilek dan demam. Tetapi bila kondisi ini berlanjut penyakit bisa menjalar ke saluran napas bawah, menjadi pneumonia,” terang dr. Agus.

Pneumonia berpotensi menyebabkan kematian jika tidak tertanggulangi karena ada gangguan sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh. Kematian pada kasus novel virus corona tersebut disebabkan oleh pneumonia berat, sebagian besar dialami oleh lansia atau mereka dengan penyakit kronis yang menurunkan daya tahan tubuh, seperti diabetes atau stroke.

“Kita tidak perlu panik, yang terpenting adalah pencegahan pada virus penyebab ISPA. Langkah pertama adalah sesering mungkin cuci tangan sebelum memegang mulut, hidung atau mengucek mata. Atau setelah memegang benda-benda di fasilitas umum,” tutur dr. Agus. “Dan bila sakit saluran napas gunakan masker.”

Membedakan infeksi virus

Secara umum ada tiga jenis virus utama yang biasa menginfeksi saluran napas kita, yaitu rhinovirus dan coronavirus yang menyebabkan selesma, serta influenza virus menyebabkan flu. ISPA yang disebabkan oleh virus pada dasarnya bisa sembuh sendiri.

Dr. Agus menambahkan terdapat beberpa perbedaan antara selesma, influenza dan infeksi yang disebabkan oleh 2019-nCov ini.

Selesma / common cold disebabkan oleh rhinovirus atau kelompok human coronavirus. Memiliki progresivitas penyakit yang bertahap/lambat. Menimbulkan gejala seperti nyeri tenggorok, hidung meler atau mampet, sakit kepala, demam ringan dan nyeri sendi. Batuk atau pilek bisa persisten.

Flu (virus influenza) memiliki progresivitas penyakit yang cepat; lebih berat daripada selesma. Menimbulkan gejala demam yang lebih parah (hingga menggigil), sakit kepala dan berkeringat. Tubuh terasa sakit, disertai lemas dan pusing.

Virus influenza memiliki strain yang bermacam-macam, sehingga vaksinasi flu tidak bisa menjamin seseorang 100% terbebas dari infeksi influenza, tetapi akan memperingan gejala bila sudah terinfeksi.

“Kalau kena ISPA lebih dari 3 hari langsung ke dokter saja, supaya mencegah penyakit turun ke saluran napas bawah menjadi pneumonia,” terang dr. Agus.  

Novel virus corona awalnya adalah ISPA, tetapi sifatnya lebih ganas dan cepat untuk menjadi pneumonia. Diawali dengan gejala batuk, meriang, hidung mampet kanan-kiri sampai susah napas (harus bernapas dari mulut).

Sakit bisa berlanjut pada kondisi yang lebih berat menjadi pneumonia dan berisiko menyebabkan kematian.

“Gejala khas novel corona virus adalah adanya kesulitan napas berat, yang bisa disertai dengan diare. Dengan cepat berlanjut ke pneumonia. Sementara pada selesma dan influenza jarang berlanjut ke pneumonia,” pungkas dr. Agus. (jie)

Baca juga : Virus Corona, Apa Yang Terjadi Pada Tubuh dan Apakah Pria Lebih Berisiko?