nyeri lutut pada lansia
olahraga untuk atasi nyeri lutut pada lansia

Nyeri Lutut pada Lansia, Ini Olahraga Yang Disarankan Dokter

Nyeri sendi lutut mau tidak mau mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan untuk gerakan sesederhana seperti berdiri (dari posisi duduk). Lutut “aus”, begitu kira-kira kita menyebutnya.

Mereka yang berusia 60 tahun lebih (lansia) rawan mengalami gangguan sendi lutut, dalam dunia medis disebut osteoartritis (OA).

Pada dasarnya osteoartritis dapat terjadi pada sendi mana saja. Tapi, umumnya sendi yang menopang tubuh, seperti sendi lutut, panggul dan sendi tulang belakang. Bisa juga terjadi pada sendi jari-jari tangan.

Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang bersambung dengan tulang lain, menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.

Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang. Akibatnya, pangkal tulang rusak dan gerakan pada sambungan menyebabkan nyeri dan ngilu.

Nyeri lutut pada lansia berisiko menurunkan kualitas hidup, membuat lansia takut bergerak. Padahal, lansia yang kurang bergerak penurunan massa otot berlangsung lebih cepat.

“Kalau ototnya lemah, (lansia) mudah jatuh. Kalau jatuh mudah patah tulang. Patah tulang itu malapetaka untuk lansia,” kata Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, MEpid, dalam peringatan Hari Lanjut Usia Nasional 2023 dan peluncuran Gerakan Senam Sehat Lansia, pada Senin (29/5/2023).

Kondisi ini disebut sarkopenia, di mana tubuh kehilangan massa, kekuatan, serta fungsi otot, sehingga berisiko tinggi menyebabkan penderitanya mudah terjatuh dan cedera.

Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PB PERGEMI), Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD-KGer, MPH, menjelaskan kemampuan gerak berdampak pada risiko sarkopenia.

“Berdampak pada kekuatan otot. Kalau (sampai mengalami) sarkopenia menjadi gampang sakit. Dan kalau sakit sulit sembuhnya,” imbuhnya.   

Olahraga yang disarankan

Aktif bergerak dan nutrisi yang cukup, terutama protein, adalah kunci utama mencegah terjadinya sarkopenia pada lansia.

Prof. Siti mengatakan untuk lansia dengan nyeri lutut, olahraga yang disarankan utamanya adalah yang menggunakan sendi lutut minimal. “Olahraga yang tidak pakai lutut terlalu banyak. Kalau masih bisa berenang, berenanglah. Atau gunakan sepeda statis,” sarannya.

Bagaimana dengan jalan kaki? “Tergantung seberapa serius (nyeri lutut pada lansia). Kalau tidak terlalu serius bisa dengan memakai deker (penyangga lutut) untuk meminimalkan gesekan antarsendi,” tukas Prof. Siti.

Lansia juga dianjurkan untuk melakukan latihan tahanan (dengan beban) untuk mempertahankan massa otot. Dimulai dengan beban ringan – misalnya menggunakan botol air minum – yang bobotnya ditambah secara bertahap.

“Gerakannya disesuaikan dengan kondisi, hati-hati jangan sampai jatuh, jangan memaksakan diri,” tegas Prof. Siti.

Minati Atmanegara, artis senior, instruktur senam dan pemilik studio senam Primadona berkomentar, walaupun nyeri lutut pada lansia biasa terjadi, bukan berarti lansia tidak bisa berolahraga.

“Saya mengajar kelas body performance untuk wanita segala usia, termasuk lansia. Gerakannya sesuai kemampuan masing-masing, ini sangat individual,” ujar Minati.

Pada lansia dengan nyeri lutut, “pilih gerakan yang tidak ada tekukan lutut terlalu dalam, karena akan ada gesekan. Misalnya sambil duduk luruskan kaki. Atau bisa memfokuskan gerakan untuk tubuh bagian atas,” pungkas Minati.

Baca juga: 6 Jenis Latihan yang Membantu Mengelola Nyeri Sendi Akibat Osteoarthritis