Era digital membuat informasi dan hiburan begitu mudah diakses. Namun di sisi lain, hal ini juga bisa menimbulkan dampak yang kurang baik bagi anak. Bukan rahasia lagi, paparan gawai yang berlebihan bisa menghambat perkembangan anak. salah satu solusi sederhana tapi tidak selalu mudah dilakukan: perbanyak main bersama anak!
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan bahwa 39,71% anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, dan 35,57% sudah mengakses internet. Lebih mencengangkan lagi, sebanyak 5,88% anak di bawah usia 1 tahun dilaporkan telah terpapar gawai, dan 4,33% anak di bawah usia 1 tahun lainnya telah bersentuhan dengan dunia maya. Ini bukan sekadar angka melainkan tren yang mengkhawatirkan, dan harus menjadi alarm bagi para orang tua maupun pemangku kebijakan, mengenai dampak jangka panjang dari paparan gawai di usia dini.
“Penggunaan gawai yang berlebihan dapat merusak fondasi hubungan antara anak dan orang tua,” ungkap psikolog Arfilla Ahad Dori, M.Psi dalam Family’s Days Out di Jakarta (27/7/2025). Sangat disayangkan, waktu berkualitas yang seharusnya diisi dengan interaksi hangat dan bermakna antara orang tua dengan anak, malah tergerus oleh layar gawai.
Perbanyak Main Bersama
Perbanyak main bersama menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan gawai. Namun, Dori menekankan bahwa bermain yang dimaksud bukanlah sekadar kehadiran fisik tanpa keterlibatan emosional. “Bermainnya bukan asal menemani tanpa interaksi aktif. Orang tua harus menerapkan bermain mindful,” ujar Dori, begitu ia biasa disapa.
Artinya, orang tua bermain bareng anak dengan kesadaran penuh. “Tujuannya adalah menciptakan bonding atau membangun ikatan emosional yang kuat dan stabil antara orang tua dan anak,” tutur Dori, dalam acara yang digagas oleh Teman Bumil dan Teman Parenting dalam rangka perayaan Hari Anak Nasional 23 Juli.
Dori menekankan, ikatan emosional antara orang tua dan anak tidak muncul begitu saja, namun harus dibangun melalui kelekatan, kedekatan, dan interaksi terus menerus. “Bonding tidak serta merta terbentuk hanya karena anak dan orang tua hadir berdekatan, namun berdekatan tanpa interaksi dan komunikasi tidak akan terbentuk bonding. Ibarat dua tali yang sejajar. Tidak ada koneksi. Bonding itu ibarat dua tali yang saling berikatan kuat,” tandasnya.
Mengurangi screen time dan menggantinya dengan aktivitas bermain yang melibatkan interaksi aktif memiliki segudang manfaat bagi tumbuh kembang anak. Bermain bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan sarana penting untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, emosional, dan fisik anak. Melalui bermain, anak belajar memecahkan masalah, berimajinasi, berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, dan mengembangkan keterampilan motorik. Ketika orang tua terlibat aktif dalam bermain, mereka tidak hanya memperkuat ikatan emosional dengan anak, tetapi juga menjadi role model yang baik dalam penggunaan teknologi yang sehat.
Bermain dengan mindful memang tidak selalu mudah. Orang tua harus berupaya membangun kebiasaan ini. Syaratnya: orangtua hadir dan harus responsif, ada komunikasi positif, ada interaksi dua arah, dan emosi yang juga positif. Ingat, kedua orang tua harus terlibat, tidak hanya salah satu saja. “Peran ayah dan ibu sama besarnya. Ibu biasanya akan lebih banyak bermain yang mengasah empati, sementara ayah bermain untuk hal yang lebih eksploratif,” ucap Dori.
Bermain mindful cukup dilakukan minimal 15 menit setiap hari, tetapi manfaatnya sangat besar untuk jangka panjang. “Riset menunjukkan, anak yang memiliki ikatan emosi kuat dengan orang tua memiliki kemampuan adaptasi, resiliensi, dan kepercayaan diri yang lebih tinggi di masa depan,” pungkas Dori. Yuk, perbanyak main dengan si Kecil! Bukan hanya anak lho yang happy. Kita sbagai orang tua juga mendapatkan energi positif yang akan membuat segala penat hilang. (nid)