kanker usus besar semakin banyak menyerang usia muda
kanker usus besar semakin banyak menyerang usia muda

Kanker Usus Besar Semakin Banyak Menyerang Usia Muda, Kenali Gejalanya

Kejadian kanker usus besar semakin banyak menyerang usia muda. Selain mengancam jiwa, juga memberikan tantangan bagi penyintasnya, mulai dari ketidaknyamanan, stres hingga depresi.

Ingat aktor pemeran Black Panther, Chadwick Boseman? Ia meninggal pada usia 43 tahun akibat kanker ini. Para ahli bahkan melihat semakin banyak kasus kanker usus besar (kolorektal) dialami oleh mereka yang berusia <35 tahun. Bukan semata-mata faktor keturunan, lebih banyak disebabkan gaya hidup.

“Faktor keturunan hanya 10%, 90% sisanya adalah dari gaya hidup dan lingkungan. Pola makan kita sudah sama dengan negara maju, kurang rempah-rempah dan serat,” kata Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Pusat.

Awalnya, para ahli mengira infeksi usus sebagai penyebab bertambahnya penderita kanker usus besar usia muda. “Pengetahuan baru menyatakan ada hubungannya dengan mikrobiom atau bakteri usus. Itu sebabnya semakin disarankan mengonsumsi makanan/minuman mengandung probiotik (bakteri baik),” ujar Prof. Aru, dalam webinar Kenali, Pahami dan Berteman dengan Kanker Kolorektal, Rabu (12/4/2023).

Baca: Biji Nangka Sumber Prebiotik Potensial Yang Efektif Cegah Kanker Kolon

Data Globocan 2020 menyatakan kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi ke-5 di Indonesia. Kanker usus besar menempati urutan nomor 2 terbanyak untuk laki-laki dan nomor 3 pada wanita.

Penelitian di jurnal American Cancer Society menyatakan, kanker kolorektal dengan cepat beralih ke diagnosis pada usia yang lebih muda. Sejak pertengahan tahun 90-an, kasus di antara orang di bawah 50 tahun telah meningkat sekitar 50%.

Milenial dan Gen Z juga berisiko

Secara statistik, orang berusia 20 dan 30-an jauh lebih kecil kemungkinannya terkena kanker kolorektal, dibandingkan mereka yang paruh baya. Tetapi kasus pada kelompok usia ini meningkat.

Para peneliti mengevaluasi berbagai faktor yang dapat memicu peningkatan kanker usus besar, mulai dari kekurangan vitamin D, peran mikrobioma, hingga efek konsumsi daging merah yang tinggi dan diet kurang serat.

Penelitian di BMJ Journal tahun 2021 menemukan bahwa wanita yang minum lebih dari dua minuman manis per hari berisiko lebih dari dua kali lipat terkena kanker kolorektal dini, dibandingkan dengan wanita yang minum kurang dari satu minuman.

Dan studi di The Lancet bulan ini mengatakan orang lebih banyak mengonsumsi makanan segar dan sedikit diproses, lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan kanker usus besar, dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi banyak makanan ultra olahan.

“Pasien ostamate (penderita kanker kolorektal yang dipasang kantong pembuangan feses) kami paling muda berusia 25 tahun, ibu dua anak,” terang dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik, dr Siti Annisa Nuhonni SpKFR(K).

Waspadai gejala

Prof Aru menekankan pentingnya mengetahui gejala kanker usus besar. “Ketahui gejalanya. 1. Berat badan turun. 2. Adanya rasa lemah yang berlebihan karena anemia. 3. Adanya perubahan pola buang air besar (BAB), hari ini keras, besok bisa kecil-kecil. Dan BAB berdarah,” terangnya.

Sebagai catatan, 80% BAB berdarah disebabkan oleh ambeien. Namun perlu diwaspadai jika BAB berdarah disertai gejala lain, termasuk mual, muntah, perut terasa nyeri, kram, atau kembung. Bisa mengarah ke polip (benjolan) di usus besar, yang mengarah ke kanker.

Skrining merupakan satu-satunya cara deteksi dini, agar kanker bisa dicegah/ditemukan sebelum berkembang ke stadium lanjut.

Secara umum skrining kanker kolon direkomendasikan pada:

  1. Semua orang yang berusia 50 tahun lebih.
  2. Memiliki riwayat keluarga dengan sakit polip (benjolan) usus.
  3. Punya riwayat keluarga menderita kanker (semua jenis kanker), tetapi terutama kanker usus besar.
  4. Riwayat keluarga dengan sindrom genetik tertentu, atau riwayat penyakit radang usus (seperti penyakit Crohn atau ulcerative colitis).
  5. Menderita diare kronis (>2 minggu) walau sudah diobati.

Menurut the United State Prevention Service Task Force waktu melakukan skrining lebih awal lagi, yakni sebelum usia 45 tahun pada mereka yang memiliki faktor risiko tinggi. (jie)

Baca juga: Kapan Perlu Lakukan Skrining Kanker Kolon, dan Apa Saja Jenisnya?