Sebaik-baiknya pengobatan kanker, lebih baik mencegah sebelum tumor berkembang menjadi kanker. Kanker kolon adalah kanker yang paling mungkin dicegah. Metode pencegahan dimulai dengan memilih makanan yang masuk ke tubuh, salah satunya biji nangka.
Probiotik diketahui bisa mencegah kejadian kanker kolorektal (kolon). Pangan probiotik merupakan pangan (makanan/minuman) mengandung bakteri asam laktat yang memberi efek menguntungkan bagi kesehatan.
Pangan probiotik yang telah lama dikenal antara lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacilli dan Bifidobacterium) seperti yogurt. Diketahui bakteri-bakteri tersebut mampu memperbaiki komposisi mikroflora usus. Tujuannya mendominansi bakteri-bakteri di usus dengan bakteri probiotik.
Penelitian menunjukkan bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium dapat menurunkan jumlah “crypt foci” abnormal, suatu penanda untuk risiko berkembangnya kanker kolorektal. Selain itu didapati aktivitas antitumor dari susu fermentasi probiotik.
Studi oleh Darmansyah (2003) menunjukkan bahwa susu fermentasi probiotik mampu menghambat pertumbuhan sel kanker (K-562). Riset lain dari Korea tahun 2006 menyatakan, probiotik akan memperbaiki kinerja sistem imun dengan meningkatkan jumlah sel NK (natural killer). Salah satu fungsi sel NK adalah membunuh sel tumor tanpa memerlukan pengenalan antigen spesifik tumor atau sensitasi sebelumnya.
Yogurt dan kefir organik merupakan sumber probiotik yang baik. Demikian juga dengan fermentasi sayuran, seperti acar dan kimchi, serta fermentasi kedelai (tempe, tahu atau miso).
Selain probiotik dikenal pula prebiotik, atau bahan makanan mengandung polimer fruktosa yang mestimulasi pertumbuhan bakteri probiotik. Singkat kata, prebiotik adalah makanan bakteri probiotik. Biasanya, makanan berserat adalah sumber prebiotik. Beberapa di antaranya adalah asparagus, bawang putih, kacang-kacangan, kentang, ubi, apel, pisang, dll.
Riset unik yang dilakukan di Fakultas Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor menyatakan biji nangka adalah sumber prebiotik potensial. Dalam studi yang dilakukan oleh Umi Kartika Safitri tersebut didapati bahwa tepung biji nangka meningkatkan jumlah bakteri Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus brevis.
Peningkatan bakteri asam laktat tersebut diduga karena adanya tambahan nutrisi seperti protein, lemak, dan serat pangan yang terkandung pada tepung biji nangka. Serat pangan total yang terkandung pada tepung biji nangka sebesar 24,87 %.
Sebuah alternatif pangan yang menarik, mengingat biasanya biji nangka selalu dibuang. Kita dapat menyantap biji nangka dengan cara sederhana, misalnya direbus.
Perhatikan pula cara memasak
Makanan tinggi lemak jenuh, gula dan daging merah diketahui berisiko tinggi menyebabkan kanker kolon. Khusus tentang daging merah, ia mengandung lebih banyak lemak dibanding daging putih (dari unggas atau ikan).
Menurut dr. Fajar Firsyada, SpB-KBD, dari RS Kanker Dharmais, Jakarta, makanan tinggi kolesterol juga akan mempengaruhi neuro hormonal tubuh. Menciptakan asam empedu tinggi yang bisa merusak mukosa, sehingga tumbuh tumor di dinding usus besar.
Demikian pula cara pengolahannya, proses pembakaran akan menciptakan zat karsinogen (pemicu kanker) yang disebut heterocyclicamines / HCAs.
Makanan cepat saji yang digoreng dalam suhu tinggi menciptakan akrilamid (karsinogen). Ini adalah suatu bahan kimia dalam bentuk butiran kristal atau cairan yang banyak digunakan pada pembuatan kertas dan plastik. Ia menyebabkan kerusakan pada inti sel.
“Kalau kita pesan steak atau sate yang dibakar sampai ada arangnya, itu (arang) adalah karsinogen,” ujar dr. Fajar. “Akrilamid itu terjadi saat proses pembakaran atau menggoreng pada temperatur tinggi.”
Pengawet, seperti formalin (formaldehyde) menurut International Agency for Research on Cancer diklasifikasikan sebagai karsinogen.
Sebaliknya terdapat beberapa jenis makanan yang bisa mengurangi risiko kanker usus besar, diantaranya serat (sayur, buah, karbohidrat kompleks), makanan kaya asam folat (brokoli, bayam, alpukat, jeruk, kacang-kacangan atau hati sapi), vitamin D dan kalsium (susu dan produk turunannya), serta buah-buahan tinggi antioksidan.
“Jika konsumsi makannya rendah serat, maka tinjanya akan keras. Menyebabkan iritasi di saluran usus besar. Iritasi kronik di mukosa usus bisa menyebabkan tumbuh tumor,” tutup dr. Fajar. (jie)