chadwick boseman meninggal karena kanker kolon yang bisa dicegah

Kanker Kolon, KanKer yang Paling Bisa Dicegah Sebabkan Kematian Chadwick “Black Panther” Boseman, Ini Pentingnya Deteksi Dini

Aktor pemeran Black Panther, Chadwick Aaron Boseman, diketahui meninggal akibat kanker kolon stadium III. Kanker ini sebenarnya salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah. Di sinilah pentingnya deteksi dini.  

Nama Chadwick Boseman melambung setelah sukses menghidupkan karakter King T’Challa alias the Black Panther. Ia didagnosa menderita kanker kolon (kolorektal – kepanjangan dari kolon dan rektum) stadium III pada 2016, dan berjuang melawannya saat berkembang ke stadium IV.

Dalam film Da 5 Blood, Chadwick Boseman menjalani proses shooting di sela-sela perawatan kemoterapinya. Tubuhnya terlihat lebih kurus dibanding saat menjadi Black Panther. Ia meninggal di usia 43 tahun.

Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan insiden kanker kanker kolon terbanyak. Namun, dalam beberapa tahun ini kejadian kanker kolorektal di AS berkurang karena orang mulai sadar pentingnya deteksi dini dan pencegahan, tetapi angka kematiannya – terutama pada pasien muda – terjadi peningkatan.

“Kita melihat lebih banyak orang berusia 30 – 40 tahun menderita kanker kolorektal, kerap kali mereka memiliki gejala yang tidak dikira sebagai kanker,” kata Dr. Nilofer Azad, profesor onkologi di John Hopkins Medicine, AS.

Data juga menyebutkan diperkirakan kanker kolon menyebabkan kematian lebih dari 50.000 orang pada tahun 2020, termasuk 3.640 kematian pada mereka yang berusia <50 tahun.

Di Indonesia menurut Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, kanker kolon (kolorektal) menempati urutan nomor 2 untuk laki-laki dan nomor 3 untuk wanita.

Secara global kanker kolorektal merupakan jenis kanker keempat terbanyak di dunia. Tercatat kasus baru sebanyak 17 per 100.000 penduduk, atau 1,3 juta jiwa tiap tahunnya. Data GLOBOCAN 2013 menyatakan, ada 694 ribu kematian akibat kanker usus besar.

Ada yang berbeda antara insiden kanker kolon di negara maju dengan di Indonesia. Di AS dan Eropa, 90% kanker kolorektal menyerang orang > 50 tahun, dan umumnya berhubungan dengan faktor genetik.

Di Indonesia, 51% terjadi pada usia <50 tahun, bahkan hampir 30% terjadi pada usia <40 tahun. Dan, lebih banyak berhubungan dengan gaya hidup; faktor genetik sangat kecil pengaruhnya.

Prof. Aru menambahkan, keadaan ini tidak terlepas dari beberapa perubahan dalam kehidupan masyarakat, seperti peningkatan standar hidup, di mana terjadi pengingkatan pola menu makan barat dengan pengurangan serat dan meningkatnya konsumsi daging merah, serta makanan tinggi lemak.

Selain itu sebagian besar orang kurang olahraga, merokok, mengonsumsi bahan-bahan karsinogenik, serta tidak menjaga berat badan.

Gejala kanker kolon yang wajib diketahui antara lain diare/konstipasi, BAB tidak tuntas, darah pada tinja, mual, muntah, perut terasa nyeri/kram/kembung, mudah lelah dan berat badan turun tanpa sebab.

Baca : Bagaimana Terapi Target Bisa Tingkatkan Harapan Hidup Pasien Kanker Kolon Stadium Lanjut

Deteksi dini

Tidak semua kanker bisa dideteksi, namun kanker kolon adalah salah satu yang bisa dideteksi dini; yang lainnya adalah kanker payudara dan serviks. Caranya dengan melakukan colok dubur dan tes darah samar pada tinja. Tes ini mudah dan murah.

Kanker ini bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh di dinding dalam kolon (usus besar) atau rektum (anus). Namun, tidak sembua polip akan berkembang menjadi kanker kolorektal.

Tes darah samar (fecal occult bloot test) diperlukan untuk mendeteksi darah yang tidak tampak pada tinja melalui pemeriksaan mikroskopis.

Sementara pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk mendeteksi tumor di area rektum. Dokter akan melakukan colok dubur sebatas jari telunjuk.

Setiap orang yang memiliki keluhan saluran pencernaan disarankan melakukan colok dubur. Jika terdeteksi ada tumor, sebaiknya dilanjutkan dengan kolonoskopi (meneropong usus besar).

Yang harus melakukan pemeriksaan tes darah samar

Pemeriksaan dini direkomendasikan pada mereka yang:

  1. Semua orang yang berusia di atas 50 tahun.
  2. Memiliki riwayat keluarga dengan sakit polip (benjolan) usus.
  3. Punya riwayat keluarga menderita kanker; semua jenis kanker, tetapi terutama kanker usus besar.
  4. Menderita diare kronis (> 2 minggu) walau sudah diobati. (jie)

Baca : Penting, Colok Dubur pada BAB Berdarah