Penting, Colok Dubur pada BAB Berdarah- ulasan
penting_colok_dubur

Penting, Colok Dubur pada BAB Berdarah

Colok dubur adalah pemeriksaan usus bagian bawah (rektum), guna melihat adakah tumbuh polip atau kelainan lain. Sebagian orang enggan melakukan colok dubur karena merasa tidak nyaman. Namun menurut dr. Ibrahim Basir, Sp.B-KBD, dari Ikatan Ahli Bedah Digestif Indonesia Jakarta Raya (IKABI Jaya), seseorang yang mengalami BAB berdarah perlu melakukan pemeriksaan colok dubur. Ini sebagai skrining awal kanker kolorektal (kolon dan rektum).

BAB berdarah kerap dianggap sebagai tanda-tanda wasir, padahal dapat pula disebabkan karena polip (tonjolan) di mukosa usus besar. Seseorang patut curiga jika BAB berdarah disertai perubahan pola BAB (diare atau sembelit) tanpa sebab, perut terasa penuh meski sudah BAB. Feses terlihat sangat gelap dengan bentuk seperti kotoran kambing (kecil-kecil), nyeri perut.

Biasanya jika disertai penurunan berat badan dan kelelahan tanpa sebab menandakan kanker masuk stadium lanjut. Kanker ‘membajak’ nutrisi yang masuk tubuh untuk tumbuh, akibatnya massa otot berkurang, tubuh kurus tapi perut membesar.  

Kanker kolorektal adalah kanker yang berawal dari kolon (usus besar) dan rektum (organ terakhir dari usus besar di atas anus). Menempati peringkat ketiga terbanyak di dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan kanker kolorektal diderita sekitar 1,8 per 100.000 penduduk.

“Sekitar 50% penderita datang ke rumah sakit sudah masuk ke fase lanjut, bahkan sudah tidak bisa diobati. Padahal jika terdeteksi sejak dini kemungkinan sembuh besar,” papar dr. Ibrahim. “Jika terdeteksi masih stadium 1, kemungkinan sembuh 100%.”

Ia menambahkan, dengan colok dubur dapat diketahui ada/tidak darah dan lendir, serta teraba benjolan dalam usus. “Lewat colok dubur hampir 60% kanker kolorektal dapat terdeteksi. Saat datang ke dokter umum dengan keluhan BAB berdarah, pasien wajib minta colok dubur,” ujar dr. Ibrahim.

Kanker usus besar adalah tumor yang berkembang lambat / tahunan. Diawali timbulnya tumor/polip jinak di dinding usus besar. Seiring waktu polip ini dapat berkembang menjadi tumor ganas.

Secara umum polip usus dapat terjadi pada siapa saja, namun mereka yang berisiko tinggi adalah yang ada riwayat kanker usus besar dalam keluarga. Selain itu mayoritas menyerang orang berusia > 50 tahun, memiliki radang usus kronik, menderita obesitas, pola makan kurang serat, jarang melakukan aktivitas fisik, diabetes, perokok dan peminum alkohol.  

“Polip itu dapat menurun. Pada mereka yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker kolorektal dianjurkan melakukan kolonoskopi tiap 3-5 tahun untuk melihat kondisi usus. . Begitu ketahuan ada polip langsun diangkat sebelum berkembang menjadi kanker,” papar dokter yang praktek di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini. (jie)