Mendengkur (ngorok) selama ini diasosiasikan dengan tidur pulas. Nyatanya ngorok adalah salah satu penanda gangguan tidur yang disebut obstructive sleep apnea (OSA).
Sleep apnea merupakan gangguan henti napas selama 10-45 detik saat tidur. Otak akan mendeteksi kondisi tersebut dan menyebabkan Anda terbangun sesaat untuk mengambil napas. Tetapi ketika Anda kembali tidur, siklus tersebut terulang.
Riset menyatakan kejadian henti napas pada penderita OSA bisa terjadi hingga 120 kali dalam semalam, walau si penderita tidak menyadari/mengingat telah terbangun.
OSA menyebabkan tidur tidak nyenyak, dan harus sering berubah posisi. Saat terbangun terasa tidak segar, sakit kepala dan mengantuk berlebihan di siang hari. Kadang disertai dengan gangguan emosi dan konsentrasi.
Picu obesitas
Seseorang yang terdiagnosa menderita gangguan tidur sleep apnea, tergolong berisiko tinggi mengalami obesitas. Lyytikäinen P, dkk., dari Department of Public Health, University of Helsinki, Finlandia, melakukan riset pada 8960 responden, berusia 40-60 tahun. Studi dilakukan dari tahun 2000-2002, dan tahun 2007.
Separuh partisipan melaporkan memiliki gangguan tidur yang kadang-kadang muncul, yang mana 13% responden wanita dan 17% tidak mengalaminya saat riset dimulai. Diantara mereka yang mengalami gangguan tidur, kenaikan berat badan terjadi pada 25% dan 24% responden wanita dan pria. Riset ini dipublikasikan dalam International Journal of Obesity (2011).
Setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan tidur mendengkur dan sleep apnea picu obesitas :
1. Tidak ada gairah untuk olahraga. Satu hal terakhir yang ingin Anda dilakukan saat lelah adalah olahraga. Olahraga rutin diketahui mampu meningkatkan level energi, dan membantu menjaga berat badan. Tetapi bila Anda selalu merasa lelah (karena sleep apnea), motivasi untuk mulai berolahragapun hilang.
2. Menambah kelelahan. Mendengkur dan kualitas tidur yang buruk bisa berakibat lebih buruk daripada sekedar kelelahan dan tidak muncul niat untuk olahraga. Banyak fungsi tubuh dijaga/diperbaiki saat kita tidur nyenyak, seperti sistem imun dan napsu makan.
Saat tertidur, kadar hormon leptin yang mengatur rasal lapar dan kenyang dinormalkan. Tanpa istirahat yang cukup, level hormon ini pun terganggu. Membuat Anda merasa butuh makan lebih banyak. Perasaan lelah juga memicu Anda untuk ngemil makanan manis, atau minuman berkafein (biasanya juga berkalori tinggi) untuk menjaga mata tetap terjaga.
3. Picu penyakit lain. Sleep apnea dan obesitas bisa saling mempengaruhi. Obesitas diketahui akan membuat gangguan tidur yang terjadi lebih parah. Penambahan berat badan di area leher akan menyempitkan saluran napas saat kita berbaring. Menyebabkan tidur mendengkur dan frekuensi terbangun saat tidur lebih sering.
Sleep apnea juga berhubungan dengan beberapa penyakit, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi; dua kondisi yang juga berhubungan dengan kelebihan berat badan. (jie)