5 dari 26 Obat Sirup Ditarik dari Peredaran karena Melebihi Ambang Batas Aman Etilen Glikol
obat_sirup_ditarik_dari_peredaran

5 dari 26 Obat Sirup Ditarik dari Peredaran karena Melebihi Ambang Batas Aman Etilen Glikol

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melakukan sampling atas 39 bets dari 26 obat sirup, yang diduga mengandung cemaran zat Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). Ditemukan, ada 5 merk obat sirup dengan kandungan EG dan DEG yang melampaui ambang batas aman. Sesuai instruksi BPOM, lima obat sirup tersebut ditarik dari peredaran.

Penarikan peredaran mulai dari pedagang besar farmasi, instalasi farmasi pemerintah, instalasi farmasi rumah sakit, Puskesmas, apotik, klinik, toko obat, dan praktik mandiri tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan juga telah meminta tenaga medis, untuk tidak meresepkan obat dalam bentuk cair atau sirup, dan melarang pihak apotik menjual obat bebas atau obat bebas terbatas dalam sediaan obat sirup yang mengandung bahan DEG dan EG.

Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia makin bertambah. Hingga 21 Oktober 2022, kasusnya sudah mencapai 241 anak, dan 133 anak (55%) di antaranya meninggal dunia. Kejadian tragis ini dilaporkan di 22 provinsi.

Baca juga: Gagal Ginjal Akut Anak, Dirut RSCM: Kalau Anak Demam Jangan Kasih Obat Dulu

Seperti diketahui, tugas BPOM untuk melakukan pengawasan berkelanjutan terhadap produk obat, kosmetik dan makanan minuman. Belum diketahui pasti, mengapa sejumlah produk yang mengandung bahan DEG dan EG yang melampaui ambang batas aman bisa beredar.  

Anak Meninggal di Sejumlah Negara

Di sejumlah negara, kedua zat dimaksud telah menimbulkan korban meninggal, terutama anak balita. Di India, obat sirup yang mengandung DEG dan EG beberapa kali menelan korban. Tahun 2019, 11 anak meninggal di Jammu. Tahun 1998, 33 anak meninggal di Gurgaon. Tahun 1988, 11 anak meninggal di Bihar. Tahun 1986, 14 anak di Mumbai menjadi korban.

Di Gambia, Afrika, 70 anak meninggal karena gagal ginjal akut misterius. Hasil investigasi, korban meninggal setelah minum sediaan obat sirup yang mengandung zat EG dan DEG, produksi Maiden Pharmaceuticals Ltd, India. Kabar terakhir, perusahaan ini dikabarkan telah ditutup. Menurut The New York Times, 84 bayi meninggal di Nigeria tahun 2008 – 2009, setelah minum obat sirup My Pikin Baby Teething Mixture, untuk tumbuh gigi.

Baca juga: Misteri 3 Zat Kimia Berbahaya Penyebab 99 Anak Meninggal

Inilah yang membuat Kemenkes melarang semua sediaan obat sirup, sampai penelitian yang dilakukan Kemenkes, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia selesai dilakukan. Menurut Kemenkes, “Zat EG, DEG, EGBE seharusnya tidak ada atau sangat sedikit kadarnya pada sediaan obat sirup."

Lima Obat Sirup Ditarik dari Peredaran

Seperti telah disinggung, lima obat ditarik dari peredaran, lantaran kandungan EG dan DEG-nya melebihi ambang batas aman. Kelima obat tersebut yaitu:

1. Termorex Sirup (obat demam). Kemasan dus, botol plastik @60 ml, produksi PT Konimex.                                                                                                                                                                                                                  

2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu). Kemasan dus, botol plastik @60 ml, produksi PT Yarindo Farmatama.

3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu). Kemasan dus, botol Plastik @ 60 ml, produksi Universal Pharmaceutical Industries.

4. Unibebi Demam Sirup (obat demam). Kemasan dus, botol @ 60 ml, produksi Universal Pharmaceutical Industries.  

5. Unibebi Demam Drops (obat demam). Kemasan dus, botol @ 15 ml, produksi Universal Pharmaceutical Industries.

BPOM menduga, cemaran EG dan DEG berasal dari 4 bahan tambahan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol dan gliserin/gliserol. Sebenarnya, bahan ini bukan bahan yang berbahaya atau dilarang dalam pembuatan obat sirup. Karenanya, BPOM belum dapat memastikan obat sirop memiliki kaitan dengan kejadian gagal ginjal akut. "Ada beberapa faktor risiko gagal ginjal akut: infeksi virus, bakteri Leptospira, multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19," begitu penjelasan BPOM.

Obat dari Singapura

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan sudah menemukan obat untuk gangguan ginjal akut yang sedang marak. Obat dari Singapura itu sudah diuji di RSCM. "Dicoba pada 6 pasien, yang 4 positif responsif," ujar Budi Gunadi dalam webinar, Jumat 21 Oktober 2022. Obat akan didatangkan dalam jumlah besar, dan disebar ke seluruh RS yang merawat pasien gangguan ginjal akut.

Baca juga: 99 Anak Gagal Ginjal Akut Meninggal, Semua Obat Sirup Dilarang

Empati sedalam-dalamnya untuk keluarga yang anaknya meninggal dunia akibat gagal ginjal akut. Lima obat sirup ditarik dari peredaran karena melebihi ambang batas aman EG dan DEG. Namun belum ada bukti yang konklusif bahwa EG dan DEG-lah penyebab gagal ginjal akut yang dialami anak-anak di Indonesia. Semuanya masih diteliti. Untuk alasan keamanan, iktui saja anjiran Kemenkes dan BPOM, untuk menghentikan sementara konsumsi obat sirup apapun. (sur)

_____________________________________________________

Ilustrasi: Image by 8photo on Freepik