Tips Diet Alami Dewi Hughes Lewat Meditasi | OTC Digest

Ini Rahasia Dewi Hughes Tetap Bugar

Sehat tidak selalu identik dengan tubuh langsing. Ini dibuktikan oleh Dewi Hughes (46 tahun). Meditasi tak hanya menyegarkan pikiran tapi juga fisik. Apa buktinya bahwa dia sehat?

Meditasi sudah dilakukan presenter bernama lengkap Desak Made Hugeshia Dewi bertahun-tahun lalu. Sekitar tahun 2014 lalu, ia menghadiri sebuah konferensi perempuan di Wina, Austria. Saat itu musim dingin. Salju turun dan disertai angin dingin yang menggigit sampai ke tulang. Sialnya panitia yang mengundang tidak menginformasikan tentang kondisi cuaca. Namun, Hughes tidak merasa kedinginan sampai perlu mengenakan mantel wol dan pakaian sampai berlapis-lapis. Ia jalan-jalan di luar ruangan hanya mengenakan mantel biasa. Dibawa berjalan, kedua kakinya juga tidak terasa ngilu.

“Saya baru menyadari hal itu waktu pulang ke Indonesia, hahaha,” tawanya. 

Bukti lain, dulu ia sering migrain, dan setiap kali berjalan, “Lutut dan sendi kaki sakit semua.”  Sekarang semua itu tak pernah lagi dirasakan. Wanita kelahiran Tabanan, Bali, ini juga tidak mengalami masalah dalam hal tidur. “Di pesawat, saya bisa tidur nyenyak,” ujarnya. 

Perubahan itu terjadi tahun 2008. Tepatnya setelah ia mempelajari meditasi Zen Qi. “Mas Pepeng (alm. Ferrasta Soebardi) yang memperkernalkannya kepada saya.  Karena menderita penyakit langka Multiple sclerosis, semula ia harus terbaring 24 jam/hari di tempat tidur. Setelah belajar Zen Qi, dia bisa duduk,” ujar ibu satu anak angkat ini.

Metode Zen Qi sangat sederhana. Dilakukan sambil duduk diam dan menempelkan lidah pada langit-langit mulut. Metode ini berpijak bahwa sebenarnya semua orang dapat menyembuhkan dirinya sendiri (self healing).

Meditasi memunculkan energi yang berputar (bersirkulasi) di dalam tubuh melewati jalur meridian. Ketika kita lahir, titik-titik meridian terbuka, sehingga energi bisa berputar lancar. Seiring pertumbuhan usia, beberapa titik itu tertutup dan muncul keluhan pusing, migrain, pilek dan lainnya.

Penulis dan aktivis sosial ini melakukan meditasi di bawah bimbingan suhu (guru). Bersamanya, sejumlah orang lain ikut meditasi. “Ada orang yang waktu datang jalannya terpincang-pincang, pulangnya bisa berjalan dengan lancar. Ada yang kakinya keseleo, setelah meditasi terdengar bunyi klek dan tulangnya yang mengsol kembali normal,” ujarnya.

Mereka yang sakit parah seperti stroke atau kanker, disarankan meditasi sampai  6 jam. “Gangguan kesehatan saya  terhitung ringan. Tidak ada penyakit kronis. Jadi meditasi paling lama 2 jam. Pusing, migrain tidak pernah lagi. Mau jalan ke mana, hayuk,” paparnya.

Sekarang, ia meditasi setiap waktu, di mana pun, di rumah, di pesawat atau saat menanti acara dimulai.

“Tahun 2009, berat badan saya pernah turun 40 kg waktu sedang rajin-rajinnya Zen Qi. Sekarang saya meditasi setiap hari, habis bangun tidur, sembayang, lanjut Zen Qi. Saat bermeditasi, saya  merasakan seperti ada energi panas mengalir.”

Karena merasakan manfaatnya, ia menularkan pengetahuannya mengenai meditasi kepada familinya yang stroke. Sang guru diundang ke rumah, khusus untuk memberi training. “Dia pernah dua kali ke rumah sakit, lalu meditasi. Sekarang, dia sudah bisa masak di rumah, he he he. Dia rajin meditasi. Habis sholat dhuhur langsung Zen Qi, usai sholat dhuha Zen Qi lagi. Selesai magrib meditasi sampai isya. Tengah malam sholat tahajud dan menjelang subuh dia meditasi lagi.”

Selain meditasi, renang yang dilakukan hampir setiap hari tampaknya ikut memberi andil pada kebugarannya. Yang terbaru, ia menerapkan hipnoterapi pada dirinya sendiri untuk mengontrol nafsu makan. (jie)