Tahukah Anda metode In Vitro Fertilization (IVF) - dikenal juga dengan bayi tabung - memiliki tingkat kesuksesan 30-40%. Namun dengan metode mild stimulation (stimulasi minimal) tingkat suksesannya naik hingga 62,5%.
Sebagai informasi, data Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI) dan beberapa studi epidemiologi menjelaskan, ada sekitar 4-6 juta pasangan yang menghadapi kesulitan untuk hamil secara alami.
Metode IVF merupakan salah satu cara untuk meningkatkan peluang kehamilan, pada pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan. Prosedur bayi tabung adalah proses pembuahan yang dilakukan di luar tubuh.
Baca: 8 Tahap Proses Bayi Tabung
Tingkat keberhasilan metode IVF sangat tergantung dari faktor usia, kualitas embrio, cadangan telur/ovarium, lingkungan dalam rahim dan gaya hidup (gemuk, stres, merokok, nutrisi).
IVF stimulasi minimal diklaim memiliki keunggulan, dibanding IVF konvensional (biasa), mendekati kehamilan natural. Yakni dengan memaksimalkan kualitas sel telur dan embrio, bukan sekedar dari jumlahnya.
Sementara IVF konvensional bekerja dengan memberikan stimulasi dosis tinggi untuk merangsang ovarium menghasilkan banyak sel telur.
Dr. Muhammad Dwi Priangga, SpOG, Subsp.FER, kepala klinik Kato Ojin IVF Center (KOIC), menjelaskan, mild stimulation IVF bekerja dengan pemberian dosis obat kesuburan yang sangat minim, serta adanya pengurangan penggunaan obat injeksi (less injection) sehingga lebih nyaman untuk tubuh (pasien).
“Metode mild stimulation ini bertujuan untuk menghasilkan kualitas telur yang terbaik, memakai hormon sendiri. Karena hormon yang paling bagus adalah yang diproduksi tubuh sendiri, bukan rekombinan (hormon yang diproduksi lewat rekayasa genetik),” jelas dr. Angga, dalam seminar media Mild Stimulation dalam IVF: stimulasi minimal, hasil maksimal, Rabu (19/3/2025).
Ia menambahkan, pada metode konvensional suntikan stimulasi hormon ovarium perlu dilakukan tiap hari selama 10 hari, menggunakan hormon rekombinan. “Mild stimulation suntikannya hanya 10% dari metode konvensional,” imbuhnya.
Metode mild stimulation memungkinkan pasien menjalani program IVF dengan dosis hormon yang lebih rendah, sehingga lebih nyaman, mengurangi risiko sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), dan meningkatkan kualitas embrio yang dihasilkan, serta menurunkan risiko kejadian keguguran, lahir premature, pre-eklampsia, diabetes melitus gestational saat hamil.
“Tidak ada keluhan hipertensi atau diabetes selama kehamilan, karena siklusnya alami, menghasilkan progesteron alami. Ini juga kenapa risiko keguguran lebih kecil,” dr. Angga menjelaskan.
Cocok untuk usia 40 tahun ke atas
Pada kesempatan yang sama, dr. Eko Santoso, SpOG, menerangkan tidak ada batas usia dan syarat khusus bagi yang akan menjalani metode mild stimulation. Yang paling dilihat adalah berapa cadangan telur pada saat memulai program.
“Terkait usia, ini berkorelasi terhadap cadangan telur, dengan menuanya usia maka cadangan telur akan menurun. Meskipun tidak menutup kemungkinan cadangan telur sudah menurun di usia muda, jika pasien sebelumnya pernah melakukan pembedahan, kemoterapi, ataupun radiasi,” jelasnya.
Metode mild stimulation ini menjadi pilihan paling sesuai bagi pasien dengan cadangan telur rendah atau berusia 40 tahun ke atas. “Tidak akan terlalu memberatkan indung telur untuk bisa menghasilkan banyak sel telur pada proses stimulasi, melainkan fokus dalam pembentukan kualitas sel telur,” ujarnya.
Perlu dicatat, seperti pada proses IVF pada umumnya, metode minimal stimulasi juga tidak dapat dilakukan lagi bila kondisi cadangan telur sudah tidak ada sama sekali atau sudah menopause.
Lama proses
Sebelum program IVF dimulai maka akan ada tahapan persiapan selama 1 siklus, berupa drug free follow up untuk mengetahui penyebab gangguan kesuburan, bagaimana karakteristik haid, tindakan tertentu apa saja yang diperlukan pasien sebelum dan selama proses program IVF.
Secara teknis, metode ini akan berlangsung sekitar 2 minggu, sampai akhirnya bisa dilakukan pengambilan sel telur (ovum Pick Up /OPU).
Proses stimulasi bisa dimulai bila siklus memenuhi syarat berdasarkan hasil USG dan hormon. Mild stimulation akan dimulai pada hari ke-3 haid dengan obat utama pil oral dan atau injeksi (bisa iya ataupun tidak, sesuai dengan perkembangan telur).
“Perkembangan telur dipantau dengan USG dan kadar hormon dalam darah. Dalam kondisi tertentu, perkembangan ini bisa dipicu dengan nasal spray, dan jika sudah siap, akan dilakukan OPU 35 jam setelah itu,” dr. Eko menjelaskan.
Persiapan mental juga tidak kalah penting. Dalam perjalanan terapi tidak jarang akan berefek pada kondisi emosi pasien dan membuat tubuh mudah lelah. Oleh sebab itu, pasien diharapkan dapat mengelola stres dengan baik.
Dukungan dari pasangan dan orang sekitar sangat penting agar menjaga pasien tetap dalam kondisi stabil. Selain itu, pilihlah waktu program yang sesuai dengan keadaan, misalnya, jangan memilih waktu program saat pekerjaan sedang sibuk- sibuknya, atau dalam kondisi keluarga yang sedang kurang stabil atau dalam situasi berduka.
“Karena, bila kondisi fisik dan mental kurang mendukung, hal ini bisa mengganggu gelombang hormonal di dalam tubuh,” pungkas dr. Eko.