Menurut Lula Kamal, jumantik (juru pemantau jentik) di rumah tidak harus ibu. Anak-anak pun bisa; modalnya cuma senter. “Buat anak-anak, main senter dan menyorotkannya ke air itu menyenangkan,” ujarnya dalam diskusi sebuah diskusi di Jakarta.
Di rumah, Lula punya dua jumantik cilik berusia 7 tahun, yakni anak kembarnya. “Seru kalau mereka mencari jentik. Meraka bersemangat mencari di berbagai tempat, terutama di vas bunga dan tadahan air dispenser. Ya, kadang kita tidak sadar kalau ada air tergenang selama berminggu-minggu di wadah itu.”
Masuk musim penghujan, harus waspada karena ancaman demam berdarah dengue (DBD) mulai mengintai. Jangan sampai ada anggota keluarga yang terkena. “Meski biaya ditanggung pemerintah, yang namanya sakit itu nggak enak. Apalagi kalau bicara DBD; taruhannya nyawa.”
Sebagai dokter dan Brand Ambassador HIT, Lula tidak menganjurkan menyemprotkan insektisida saat banyak orang berkumpul. Apalagi kalau ada anak-anak dan makanan/minuman di sekitar ruangan. “Semprot di ruangan kosong, lalu masuk ke ruangan saat bau obat semprot nyamuk sudah hilang,” ujarnya. Ia tetap ketat dengan aturan ini, meski sekarang aroma obat semprot nyamuk sudah seperti pengharum ruangan.
Lula memperlihatkan mudahnya membuat lavitrap, alat perangkap jentik yang dibuat dari bahan daur ulang. Ibu tiga anak ini memasang lavitrap di rumah; membuat sendiri bersama anak-anak. “Buat saya, semua ini menjadi bagian dari keluarga, bukan hanya tugas ibu. Semua anggota keluarga perlu mengerti akan tanggung jawabnya terhadap keluarganya sendiri.” (nid)