Penelitian terbaru menjabarkan dua tanda bahaya yang didapati pada hampir separuh penderita kanker kolorektal dini.
Kanker kolorektal (kolon dan rektum) atau kanker usus besar termasuk kanker empat besar terbanyak diderita di Indonesia. Data Globocan 2018 menyatakan di Indonesia ada 348.809 penderita kanker baru dalam setahun.
Reviu yang diterbitkan di JAMA Network Open, pada Mei 2024, menemukan bahwa baik di Amerika Serikat atau secara global, penderita kanker usus besar stadium awal paling sering mengalami gejala darah pada tinja (hematochezia), sakit perut, dan perubahan kebiasaan buang air besar.
Reviu ini menganalisis 81 riset yang melibatkan data lebih dari 24 juta orang berusia kurang dari 50 tahun.
Tim peneliti menemukan bahwa 45% penderita kanker kolorektal stadium awal mengalami pendarahan rektal atau BAB berdarah, dan sekitar 40% pasien menunjukkan gejala sakit perut.
Gejala kanker usus besar dini ketiga yang paling umum – mempengaruhi 27% pasien – adalah perubahan pola buang air besar, seperti sembelit, diare, atau diare dan sembelit yang bergantian.
“BAB berdarah dan sakit perut juga dikaitkan dengan kemungkinan lebih besar terkena kanker kolorektal, dibanding tidak menderita kanker kolorektal,” demikian bunyi tinjauan tersebut.
Di antara 34 riset, peneliti menemukan membutuhkan waktu sekitar 6 bulan setelah timbulnya gejala bagi pasien untuk didiagnosis menderita kanker kolorektal.
Penelitian baru ini mengumpulkan data dari ribuan orang dan menekankan pentingnya bagi generasi muda untuk mengenali tanda bahaya penyakit ini. Walau kanker kolorektal banyak terjadi pada usia lanjut, data yang dipublikasikan di BMJ Journals menyebutkan bahwa insiden kanker usus besar pada kelompok 20 – 49 tahun meningkat dua kali lipat di lima benua sejak tahun 1990-an.
Kenapa butuh waktu lama untuk didiagnosa?
Dalam reviu tersebut tidak dijelaskan kenapa butuh waktu berbulan-bulan hingga akhirnya seseorang didiagnosa kanker usus besar, bahkan setelah mereka mengalami gejala.
Kishore Guda, PhD, DVM, associate professor di Case Western Reserve University Comprehensive Cancer Center, mengatakan,”Orang-orang yang lebih muda, mereka bahkan tidak berpikir tentang kanker.”
“Mereka bertanya: Saya baru berusia 35 atau 40 tahun, mengapa saya bisa terkena kanker? Saya tidak memiliki anggota keluarga yang mengidap kanker? Mengapa saya mesti curiga (kanker)? Dan saya hanya akan menunggu.”
Di sisi lain, dokter juga bisa berkontribusi pada masalah ini, dokter -terutama di layanan primer – mungkin beramsumsi bahwa ini adalah gejala dari sesuatu yang tidak terlalu serius.
“Nyeri perut dan BAB berdarah kerap kali juga tanda masalah lain, seperti diverticulitis (radang pada divertikula) di usus besar, wasir atau penyakit radang usus,” jelas Guda.
Apa yang harus dilakukan jika ada gejala
Secara umum, berapapun usianya, harus mewaspadai gejala kanker kolorektal, seperti:
- Darah di tinja
- Perubahan kebiasaan buang air besar, termasuk diare dan sembelit
- Kram perut, kembung atau rasa tidak nyaman
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Muntah
- Kelelahan
Karena gejala-gejala tersebut tidak spesifik, ini bukan merupakan tanda pasti bahwa seseorang menderita kanker usus besar. Namun jika ada yang tidak beres, imbuh Guda, sebaiknya segera bawa ke dokter.
Hal ini penting karena saat seseorang menunjukkan gejala kanker kolorektal, kasusnya bisa menjadi lebih serius. “Pasien muda datang pada stadium yang agak terlambat, jadi dua pertiganya sudah di stadium tiga atau empat pada saat mereka didiagnosis,” tuturnya, melansir Health.com. (jie)
Baca: Kapan Perlu Lakukan Skrining Kanker Kolon, dan Apa Saja Jenisnya?