Diare bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari salah makan hingga infeksi. Tetapi bila diare tidak kunjung sembuh, waspadai sebagai gejala radang usus kronis.
Radang usus kronis atau inflammatory bowel disease ini merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus besar dan/atau usus kecil, di mana saluran cerna diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.
Penyebab pasti IBD masih belum jelas, tetapi berhubungan dengan genetik (keluarga), adanya gangguan pelindung mukosa usus, ketidakseimbangan mikrobiota usus, dan disregulasi kekebalan tubuh mukosa terhadap bakteri komensal (bakteri yang tidak merugikan dan mungkin bersifat menguntungkan).
IBD bisa akan menyebabkan gangguan pencernaan berupa sakit perut, kram dan diare. Bisa dialami oleh anak-anak hingga dewasa, namun sebagian besar kasus terjadi di rentang usia 20 - 50 tahun.
Perlu dipahami bahwa radang usus kronis ini bukan masalah pencernaan biasa, dalam jangka panjang bila tidak diobati dengan benar bisa menimbulkan berbagai komplikasi, bahkan meningkatkan risiko kanker usus.
Baca : IBD dan Risiko Kanker Kolon
Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH, dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI menjelaskan IBD dapat menyebabkan peradangan yang merusak, dan kerusakan ini bisa bersifat permanen pada usus.
Secara umum radang usus kronis terbagi menjadi 2 tipe yaitu kolitis ulseratif (UC) dan penyakit Crohn. Kolitis ulseratif terjadi peradangan dan luka di sepanjang lapisan usus besar dan rektum, sehingga penderita sering merasakan nyeri di perut kiri bawah.
Sedangkan pada Crohn’s disease (CD) peradangan terjadi hingga ke lapisan saluran cerna yang lebih dalam. Penderita lebih sering merasa nyeri di bagian kanan bawah perut.
Gejala IBD berbeda-beda tergantung keparahan dan lokasi peradangan. “Namun pada UC dan CD keduanya memiliki tanda dan gejala umum yang perlu diwaspadai seperti diare, kelelahan, sakit perut dan kram, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan,” terang Prof. Murdani, dalam seminar virtual, Rabu (20/1/2021).
Diare berdarah
Diare merupakan tanda umum adanya gangguan pencernaan. Tetapi yang membedakannya dengan radang usus kronis adalah diare berdarah. Diare juga terjadi berulang kali (lebih dari 2 minggu), sulit sembuh dengan obat-obat biasa.
Dalam kesempatan yang sama Prof. dr. Marcellus Simadibrata Kolopaking, PhD, SpPD-KGEH, menambahkan selain diare berdarah, penderita inflammatory bowel disease bisa juga mengalami demam.
IBD bisa menciptakan komplikasi, “Yang disebut gejala lain di luar usus seperti penggumpalan darah, sariawan, radang sendi, radang kulit atau mata,” terang Prof. Marcel.
Dalam perkembangannya, IBD yang dibiarkan bisa memperparah kondisi pasien akibat komplikasi yang ditimbulkan. Pada kolitis ulseratif, penderitanya bisa mengalami toxic megalocon (pembengkakan usus besar yang beracun), usus besar berlubang, dehidrasi berat dan meningkatkan risiko kanker usus besar.
Sementara untuk penyakit Crohn, penderitanya bisa mengalami bowel obstruction (sumbatan di usus besar), malnutrisi, dan robekan pada jaringan anus.
Penyakit yang dinamis
Sementara itu dr. Rabbinu Rangga Pribadi, SpPD, dari RSCM-FKUI dalam presentasinya memaparkan bahwa perjalan penyakit IBD bersifat dinamis.
“Tidak bisa sembuh, tetapi bisa dikontrol. Ada tahapan remisi (periode tenang tanpa radang) dan relaps (kambuh),” katanya.
Baca : Mencegah Kekambuhan Radang Usus
Saat didiagnosis IBD, penderita perlu memahami bahwa proses peradangan dapat reda jika berkomitmen menjalani pengobatan dan modifikasi gaya hidup (menjaga pola makan dan berolahraga).
Baca : Makanan Faktor Risiko IBD
“Tidak ada diet khusus untuk IBD, tetapi disarankan untuk menghindari western diet seperti konsumsi makanan tinggi lemak, daging merah, tinggi gula, kurang sayur dan buah,” imbuh dr. Rabbinu.
Olahraga juga penting karena penderita IBD kerap kali mengalami malnutrisi sehingga terjadi penurunan massa otot. Olahraga bertujuan untuk menjaga massa otot. (jie)
Baca juga : Pengobatan Inflammation Bowel Disease