Penyebab IBD belum diketahui pasti. Yang lebih penting adalah mencegah penyakit ini relaps (kambuh) bagi mereka yang telah terdiagnosa.
“Ini yang jadi permasalahan dalam penanganan IBD; kadang remisi, kadang relaps. Biasanya, penyakit kambuh karena faktor makanan atau kurang istirahat dalam jangka panjang,” kata dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, dari Departemen penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Perlu diskusi dengan ahli gizi dan sebisa mungkin, hindari stres sehingga tidak muncul gangguan. Beberapa studi menunjukkan, stres meningkatkan risiko relaps. Stres meningkatkan denyut otot usus dan meningkatkan waktu transit usus, sehingga mempercepat proses BAB; pada IBD hal ini bisa memicu gejala kembali muncul. Stres juga membuat pelepasan hormon yang bisa memicu terjadinya inflamasi di usus.
Olahraga teratur dapat memperbaiki gejala psikologis yang bisa muncul karena stres akibat IBD. Sekaligus memperbaiki kekuatan otot dan kesehatan tulang, yang bisa terganggu akibat terapi steroid, serta mengurangi risiko kanker kolon.
Modifikasi pola makan
Pola makan yang dianjurkan bagi penderita IBD, tidak jauh berbeda dengan yang untuk menghindari faktor risiko IBD. Yakni: kurangi lemak, daging merah, gula, kopi, alkohol, makanan pedas, dan lain-lain. “Usahakan makan rebus-rebusan,” ujar dr. Ari.
Sayuran rebus dan buah sebagai sumber serat, bisa mencegah relaps. Mereka yang mengonsumsi makanan tinggi serat kemungkinannya tetap dalam fase remisi, atau berisiko lebih kecil terhadap operasi dan waktu perawatan di RS lebih pendek.
Senyawa dalam tanaman yang disebut flavonoid membantu membatasi stres oksidatif, yang banyak ditemukan pada pasien IBD sebagai hasil dari inflamasi di kolon. Namun saat relaps, konsumsi serat harus dikurangi, atau pilih serat yang ‘lembut’.
Vitamin bisa membantu. Vitamin B kompleks (terutama vitamin B6, B9 dan B12) mengurangi kadar homosistein dalam darah, yang diduga berperan dalam perkembangan IBD. Pada penyakit Crohn, kadar vitamin K biasanya rendah (banyak terdapat pada stroberi, kacang kedelai dan bayam). Kadar beberapa nutrisi lain juga bisa turun. Misalnya beta-karoten, vitamin C dan E, selenium dan zinc.
Tingkatkan konsumsi asam lemak omega-3, karena memiliki efek antiinflamasi. Dalam sebuah studi; konsumsi omega-3 dapat menurunkan aktivitas penyakit dan kebutuhan obat, serta membantu remisi lebih cepat tercapai. Sumber omega-3 antara lain ikan salmon, tuna dan bayam.
Bagaimana probiotik? “Probiotin itu kuman baik. Dengan adanya kuman baik, kesehatan pencernaan akan lebih baik hingga bisa meredakan gejala IBD. Tapi hanya sebagai suplemen atau tambahan, bukan obat IBD,” tutur dr. Ari. Sejumlah percobaan klinis menunjukkan berkurangnya aktivitas penyakit dan remisi bertahan lebih lama pada pasien IBD yang mengonsumsi probiotik.
Penderita IBD harus sadar bahwa penyakit tidak akan hilang. Namun, kita bisa mengenali pemicunya sehingga penyakit tidak kambuh. Tiap orang memiliki pemicu yang berbeda. Catat hal-hal yang memicu kekambuhan penyakit, dan hindari sebisa mungkin.
Ketika penyakit kambuh
Rasa tidak nyaman di perut, bisa membuat Anda sulit menerima makanan. Atasi dengan makan dalam porsi kecil tapi sering. Saat kambuh, hindari makanan tinggi serat, agar usus bisa beristirahat dan meminimalkan gejala yang muncul.
Pilih makanan rendah serat seperti nasi putih, kentang tanpa kulit dan jus buah atau serat yang larut air seperti jeruk dan wortel. Makanan yang meningkatkan produksi gas seperti sayuran keluarga kubis (kol, brokoli, kembang kol), bawang merah, lada, serta minuman bersoda, juga perlu dihindari.
Untuk protein, ganti daging merah dengan ikan, unggas dan telur. Sebuah studi menyebutkan, daging merah dan daging olahan meningkatkan relaps sampai >5 kali. (nid)
Baca juga:
- IBD Bukan Radang Usus Biasa
- Pengobatan Inflammation Bowel Disease