Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah jauh-jauh hari, namun rendahnya pemahaman tentang pencegahan kanker serviks mengakibatkan kematian wanita akibat kanker serviks masih tinggi.
Sebagai catatan, kasus baru kanker mencapai 397.000, dan lebih dari 234.000 kematian setiap tahunnya di Indonesia. Kanker serviks dan payudara tampil sebagai penyakit kanker terbanyak pada wanita.
Sebenarnya ada banyak modalitas sebagai pencegahan kanker serviks, antara lain vaksin HPV (human papilloma virus; paling efektif pada perempuan yang belum melakukan hubungan seks), pap smear, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Terbaru dengan tes HPV DNA.
Pap smear dilakukan dengan mengambil cairan serviks (leher rahim), yang kemudian diperiksa di laboratorium untuk dilihat apakah ada sel-sel kanker di sana. Untuk tes IVA, dilakukan penyemprotan larutan asam asetat pada area serviks. Bila ada lesi kanker atau pra kanker, akan tampak perubahan warna di serviks.
Untuk daerah-daerah terpencil, tes IVA lebih efektif karena lebih sederhana dan mudah. Bahkan bisa dilakukan oleh bidan, tidak harus dokter.
Sementara tes HPV DNA bisa mendeteksi kanker serviks secara dini, bahkan sebelum sel-sel berubah menjadi kanker. Metode ini diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai cara skrining terbaik. Artinya lebih mampu mendeteksi adanya lesi pra kanker di area serviks dibandingkan pap smear dan IVA.
Bahkan, beberapa negara telah meninggalkan pap smear, dan menggunakan tes HPV DNA sebagai metode skrining kanker serviks.
Baca: Tes HPV DNA Mendeteksi Kanker Serviks, bahkan Sebelum Kanker Muncul
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan Kementerian Kesehatan secara aktif mengejar target cakupan yang tinggi, sejalan dengan target WHO, yaitu 90% vaksinasi HPV, 70% skrining, dan 90% pengobatan dini pada mereka yang teridentifikasi.
Ia menambahkan, Kemenkes telah meluncurkan program imunisasi HPV secara nasional untuk lebih dari 3 juta anak perempuan berusia 11-12 tahun sejak Agustus 2023. Program ini telah mencapai 90% cakupan perlindungan.
“Pada tahun 2024, Kemenkes akan memperluas program ini kepada anak perempuan putus sekolah dan anak perempuan berusia 15 tahun, ditambah dengan program tes gabungan DNA HPV dan tes IVA dengan tujuan untuk meningkatkan aksesibilitas pengobatan kanker serviks,” ujar dr. Maxi, dalam sambutan Global Cervical Cancer Elimination Forum, 12 Maret 2024.
Komitmen pemerintah
Indonesia berpartisipasi dalam Global Cervical Cancer Elimination Forum yang diadakan pada tanggal 5-7 Maret 2024 di Cartagena de Indias, Kolombia. Forum ini bertujuan untuk menggalang dukungan pemerintah, donor, masyarakat sipil dan para pemangku kepentingan global untuk memantapkan komitmen bersama dalam upaya percepatan eliminasi kanker serviks global.
Indonesia - sebagai salah satu peserta aktif - menekankan komitmennya dalam melawan kanker serviks dan menjelaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Tidak hanya melibatkan Kementerian Kesehatan, tetapi juga Bappenas, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbutristek), dll.
Dalam konteks kebijakan nasional, Drs. Amich Alhumami, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, menyampaikan, “Kementerian PPN/Bappenas telah mengkoordinasikan dan memfasilitasi perencanaan serta penganggaran untuk pencegahan penyakit kanker, termasuk penyediaan vaksin HPV dan perluasan target cakupan.”
Di sisi lain, Kemendikbudristek melalui Gerakan Sekolah Sehat (GSS) juga turut membantu capaian vaksin HPV pada murid sekolah melalui pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
"Kami berkolaborasi dengan Kemenkes melaksanakan BIAS dua kali setahun setiap bulan Agustus dan November. BIAS imunisasi HPV ini menyasar siswi kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar dan yang tak kalah penting adalah terintegrasinya database imunisasi yang sudah diterima anak dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik)", kata Koordinator Gerakan Sekolah Sehat Kemendikbudristek, Dr. Nia Nurhasanah.
Global Cervical Cancer Forum 2024 diselenggarakan oleh organisasi sosial, kesehatan, dan keuangan internasional antara lain Bill & Melinda Gates Foundation, GAVI, Pan American Health Organization (PAHO), UNICEF, United States Agency for International Development (USAID), Unitaid, World Bank, dan World Health Organization (WHO). (jie)