Terapi ADHD Perlu Kombinasi Intervensi Perilaku dan Obat

Terapi ADHD Perlu Kombinasi Intervensi Perilaku dan Obat

Memiliki anak dengan ADHD atau GPPH pemusatan perhatian dan hiperaktivitas) tidak hanya melelahkan bagi orang tua. “Anak dengan GPPH harus diterapi karena sangat rentan mengalami masalah,” tegas dr. Herbowo A. F. Soetomenggolo, Sp.A(K). masalah bisa terjadi selama masa kanak-kanak, remaja, bahkan hingga dewasa. Terapi ADHD butuh upaya dan proses, tidak bisa mengharapkan hasil yang instan.

Anak ADHD yang tidak diterapi memiliki 3x kemungkinan mengalami luka berat atau kecelakaan. “Karena saat berlari-lari, dia tidak peduli dengan sekelilingnya, sehingga bisa tertabrak,” jelas dr. Herbowo. Prestasi akademiknya rendah karena tidak bisa memperhatikan guru atau duduk tenang di kelas, dan kerap memiliki masalah interaksi dengan temannya. Tak jarang, anak dengan GPPH dicap sebagai anak nakal karena suka mengganggu bahkan memukul teman di sekolah.

Baca juga: Anak Down Syndrome Suka Melempar, Belum Tentu Hiperaktif

Saat remaja, mereka bisa mengalami kecelakaan kendaraan karena tidak bisa mengontrol emosi dengan baik. Remaja dengan GPPH juga memiliki 2-3x kemungkinan menggunakan obat-obatan terlarang, alkohol, atau rokok. “Karena mereka dicap bandel, dan akhirnya betul-betul terjerumus dalam kondisi tadi,” ujar dr. Herbowo, dalam diksusi daring bersama Johnson & Johnson, Jumat (24/7/20). Bila GPPH berlanjut hingga dewasa, umumnya mereka sulit bekerja, atau berpenghasilan rendah karena performanya dalam bekerja tidak baik.

 

Terapi ADHD

Mengatasi anak dengan ADHD, harus diakui, bukan hal yang sederhana. Terapi ADHD harus dilakukan secara komprehensif, sesuai dengan gejala, fungsi yang terganggu, serta melihat apakah ada komorbid atau kondisi lain yang menyertai GPPH. Tujuannya yakni memperbaiki akademis anak, perilaku sosialnya, performa bekerja saat dewasa, dan titik akhirnya membangun kepercayaan diri. Ada dua terapi utama, yakni intervensi perilaku dan obat. Pola hidup dan pola makan juga perlu diatur.

Intervensi perilaku

“Intervensi perilaku membantu fungsi sosial anak sehari-hari. Bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana membangun perhatian, dan lain-lain,” papar dr. Herbowo. Intinya, intervensi ini mengoreksi perilaku bermasalah melalui pelatihan. Orang tua dan pengasuh anak GPPH sebaiknya mengikuti pelatihan khusus tentang bagaimana menghadapi anak ADHD. Guru juga perlu latihan ini, sehingga lebih siap saat mengajar murid dengan GPPH.

Obat

Mengapa anak GPPH butuh obat? “GPPH ini sebenarnya suatu kelainan di otak. Obat membantu meredam gangguan yang ada di otak, sehingga anak lebih tenang, dan bisa mengikuti perintah,” terang dr. Herbowo. Kombinasi intervensi perilaku dan obat menunjukkan angka keberhasilan cukup baik, 68%. Jauh lebih baik ketimbang intervensi perilaku saja (34%) dan obat saja (56%). Biasanya, obat diberikan pada anak yang benar-benar tidak bisa mengikuti perintah.

Obat yang biasa diberikan yakni methylphenidate. Ada obat yang bekerja panjang sehingga cukup diminum 1x sehari, ada yang bekerja pendek sehingga perlu diminum 2-3x sehari. Umumnya, obat 1x sehari lebih disukai karena lebih praktis, tidak mengganggu sekolah/kerja, dan kemungkinan lupa minum obat kecil. “Bila curiga anak mengalami GPPH, bawa ke dokter. Jangan khawatir karena pemeriksaan serta obatnya ditanggung BPJS,” tegas dr. Herbowo. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: School photo created by jcomp - www.freepik.com