Ada anggapan bahwa anak-anak Down syndrome atau sindrom Down (SD) itu hiperaktif. Padahal, belum tentu demikian. “Sering kali anak melempar-lempar dikira hiperaktif. Padahal ternyata memang dia dalam tahap harus melempar-lempar,” ujar Spesialis Rehab Medik dr. Luh Wahyuni, Sp.RM(K). Perilaku hiperaktif anak SD bisa karena ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), bisa pula karena hal lain.
Secara umum, ADHD ditandai dengan hal-hal berikut ini secara konstan: rentang perhatian yang rendah, perilaku impulsif, gelisah berlebihan, atau aktivitas motorik lainnya yang tidak terarah. Anak ADHD, baik penyandang sindrom Down maupun bukan, memperlihatkan sifat-sifat tersebut setiap saat. Namun anak SD mungkin menunjukkannya lebih sering ketimbang anak lain seusianya.
Baca juga: "Down Syndrome", Tambahan Kromosom 21 dengan Beragam Masalah Kesehatan
Hiperaktif berhubungan dengan perilaku, yang bisa dipicu oleh bermacam hal. Pada anak SD, bisa karena kemampuan intlektualnya rendah. Ia tidak mampu melakukan aktivitas fungsional seperti anak lain, “Sehingga kelihatannya tidak bisa diam.” Atau karena ia tidak bisa bicara dan lingkungan sekitar tidak memahami apa yang diinginkannya, sehingga anak terkesan pecicilan.
Bisa pula akibat gangguan lain terkait sindrom Down-nya. Misalnya ganggguan penglihatan dan pendengaran, gangguan pada tiroid, masalah pencernaan, hingga gangguan tidur. “Memang bisa saja ada hiperaktif, tapi harus dilihat betul. Tidak semudah itu mengatakan bahwa ia hiperaktif.,” imbuhnya.
Baca juga: Anak "Down Syndrome" bisa Sekolah, Perhatikan 4 Hal Ini
Perlu dipahami orangtua, memang ada fase di mana anak melempar-lempar. Anak sibuk ambil ini ambil itu, kemudian dilempar-lempar. Memang kelihatannya seperti tidak bisa diam. “Padahal, itu adalah kebutuhan untuk mencari stimulus. Tidak boleh dilarang,” terang dr. Luh.
Justru bila anak diam saja tidak melempar-lempar, perlu dikhawatirkan. Melempar adalah bagian dari tahapan perkembangan anak, baik anak dengan SD maupun anak pada umumnya.
Baca juga: Terapi Tepat Jadikan Anak "Down Syndrome" Hebat
Setelah fase melempar, masuk ke fase menarik. Setelah itu merobek-robek, kemudian mulailah kegiatan yang menggunakan motorik halus, yakni kecil/detil. Melipat-lipat, menggunting, membuka kancing baju, mengikat tali sepatu. “Kalau melempar saja tidak boleh, anak tidak bisa buka kancing baju. Kalau tidak bisa buka kancing tidak bisa menulis. Begitu tahapannya,” papar dr. Luh.
Semua kemampuan tadi tentu dibutuhkan anak SD sebagai bekalnya untuk persiapan sekolah nanti. Jadi, jangan melarangnya untuk melempar-lempar, dan buru-buru mencapnya hiperaktif. “Justru harus distimulasi untuk melempar. Siapa tahu malah jadi atlet lempar lembing atau voli,” tandas dr. Luh.
_________________________________
Foto diambil dari akun Instagram downsindrome1999