Kalau memasak labu parang jangan buru-buru membuang bijinya. Orang Jerman, Turki dan Bulgaria terutama kaum prianya, gemar mengonsumsi biji labu. Mereka memanfaatkannya sebagai obat tradisional untuk kasus pembesaran kelenjar prostat.
Dalam sebuah studi acak pada 53 pria di Swedia dan Denmark, mereka yang mengonsumsi biji labu dan palmetto cacah menunjukkan penurunan gejala (masalah prostat) yang sangat besar.
Peneliti menduga, hal itu karena biji labu kaya akan beta-sitosterol, selain mengandung alamina, glisina dan asam glutamate yang diperlukan kelenjar prostat. Percobaan pada hewan uji, tampak dapat memperlambat poliferasi sel abnormal, juga menurukan kadar kolesterol.
Baca juga : Labu Parang, Alfakaroten dan Kemampuannya Cegah Kanker
Biji labu parang dapat dimakan setelah menjadi kuaci, atau cukup dengan cara dipanggang. Cara memanggang: cuci biji labu untuk membersihkan atau menghilangkan tali/jaringan pengikatnya dan keringkan dengan kain tebal atau handuk.
Setelah biji bersih, sangrai dengan sedikit minyak zaitun. Sebarkan secara merata di atas kertas roti, beri sedikit garam dan panggang pada suhu 101 °C selama 45 menit, sesekali dibalik.
Laporan dalam World Journal of Chemistry mengungkapkan, biji labu parang mengandung senyawa pelindung yang disebut pitosterol. Senyawa ini dapat membantu mengecilkan pembesaran prostat dan meningkatkan produksi testosteron, sehingga jumlah sperma meningkat. Biji labu juga kaya akan omega-3, yang dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak.
Ahli botani James A. Duke, PhD., penulis The Green Pharmacy mengungkapkan bahwa biji labu juga mengandung curcubitacins, yang bisa mencegah perubahan hormon seks pria (testosteron) menjadi dihydrosteron yang merangsang proliferasi (pengulangan siklus) sel prostat.
Biji labu juga diketahui kaya selenium, di mana menurut penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingginya asupan selenium dan rendahnya tingkat penderita kanker prostat. (jie)