Hipertensi dan kolesterol tinggi merupakan dua penyakit yang saling terkait. Momentum lebaran telah lama diketahui ikut menyumbang naiknya kolesterol dan kejadian hipertensi.
Aneka makanan lezat seperti opor ayam, rendang, gulai, sambal goreng hati, hingga kue nastar, kastangel dan putri salju dikenal mampu menaikkan kadar kolesterol darah. Makanan tersebut biasanya juga tinggi garam, yang adalah faktor risiko penyebab hipertensi.
Makanan berkolesterol tinggi bila dikonsumsi terlalu banyak bisa menyebabkan penumpukan plak pembuluh darah. Pada akhirnya pembuluh darah menjadi keras dan kaku. Aliran darah terganggu, sementara tubuh tetap berusaha untuk mengalirkan darah, akibatnya tekanan darah menjadi tinggi.
Terlepas dari momen lebaran, data Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) yang dikumpulkan dari >72 ribu orang, di 34 provinsi di Indonesia menyatakan, satu dari tiga orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi.
Sekitar 36,7% kematian di Indonesia pada tahun 2017 diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan stroke yang bisa dipicu oleh hipertensi dan kolesterol tinggi). Secara global, data WHO tahun 2019 menyatakan hipertensi menyerang kurang lebih 1,13 miliar masyarakat dunia dan menjadi penyebab utama kematian dini pada pasien.
Sementara itu analisis oleh tim peneliti Cambridge University di Inggris terhadap 439.000 orang menyatakan, menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) merupakan cara jitu untuk mengurangi risiko dan kematian penyakit jantung secara signifikan.
Turunkan secara alami
Pada dasarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol.
Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh M. Alfredo Mejia, profesor dari Department of Public Health, Nutrition & Wellness Andrews University di Michigan, Amerika Serikat, menurunkan hipertensi adalah dengan memperbanyak makanan nabati seperti buah-buahan dan sayuran, kacang-kacangan, serta biji-bijian.
Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan berserat 5-10 gram lebih banyak setiap hari akan menurunkan kolesterol jahat (LDL).
Selain diet, peserta yang mengikuti penelitian ini diharuskan menjalani olahraga teratur, minum air putih yang cukup, dan tidur nyenyak.
Dalam penelitian di Inggris dan AS yang melibatkan sekitar 40 ribu orang disimpulkan bila olahraga rutin sama efektifnya dengan obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah.
Rutin berenang, jogging atau angkat beban -walau ringan- mampu menurunkan tekanan darah seperti obat antihipertensi golongan beta blocker atau ACE inhibitor.
Baca: Olahraga Yang Efektif Turunkan Hipertensi, Renang Atau Angkat Beban?
Obat kombinasi baru
Dengan tingkat hipertensi dan dislipidemia yang semakin tinggi, kebutuhan atas pengobatan yang efektif juga semakin banyak.
Pengembangan obat kombinasi yang dapat menangani hipertensi dan dislipidemia secara bersamaan semakin intens dilakukan. Tujuan pengembangan obat kombinasi adalah untuk meningkatkan kemudahan penggunaan obat dan kepatuhan pasien.
Obat kombinasi mengandung beberapa bahan dalam satu formulasi sehingga mengurangi jumlah obat yang harus dikonsumsi oleh pasien.
Studi menunjukkan bahwa kepatuhan pasien meningkat 36% saat diberikan obat kombinasi, dibandingkan dengan obat yang berbeda-beda, dan secara signifikan mengurangi tingkat kolesterol LDL dan tekanan darah sistolik (tekanan darah saat jantung memompa).
Salah satu obat kombinasi yang beredar di pasaran adalah Oloduo dari farmasi Korea Selatan Daewoong Pharmaceutical. Obat ini menjadi yang pertama di dunia yang mengandung Olmesartan (obat hipertensi) dan Rosuvastatin (obat penurun kolesterol).
Oloduo merupakan obat dengan tablet perlapis ganda dan sistem pelepasan terkontrol yang mampu mengoptimalkan tingkat penyerapan obat di dalam tubuh pasien dan mengurangi efek samping yang dapat terjadi saat mengonsumsi kombinasi obat.
Pemberian Oloduo pada pasien hipertensi dan dislipidemia di Korea menunjukkan adanya penurunan tekanan darah dan kolesterol yang sama pada pasien hipertensi dan dislipidemia yang mengonsumsi Olmesartan dan Rosuvastatin secara terpisah. Riset ini dipublikasikan di American Journal of Therapeutics 2020. (jie)