Tahun baru 2025 disambut dengan hujan. Tak ayal, demam berdarah dengue (DBD) kembali muncul. Sejak awal tahun hingga 3 Februari 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat 6.050 kasus dengue secara nasional, dengan 28 kematian. Kenaikan kasus DBD di musim hujan memang harus diwaspadai.
Hal ini juga disoroti oleh dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, Spesialis Penyakit Anak. “Di musim hujan seperti sekarang, kita harus semakin waspada terhadap dengue. Penyakit ini memang ada sepanjang tahun, tetapi jumlah kasusnya meningkat tajam di musim hujan,” ujarnya, dalam acara Langkah Bersama Cegah DBD di Central Pak, Jakarta, Sabtu (15/02/2025).
Langkah Bersama Cegah DBD di Central Pak, Jakarta / Foto: Takeda Indonesia
Gejala klasik dengue yaitu demam tinggi sampai tiga hari, sakit kepala, dan mual. Di hari kempat atau lima, demam turun, lalu naik lagi di hari 6-7, sehingga disebut juga siklus pelana kuda. “Waspada kala anak mendadak demam tinggi. Bisa jadi itu gejala awal dengue. Tapi kadang tidak muncul gejala klasik. Kadang gejalanya tidak jelas, bisa juga hanya seperti flu,” papar dr. Tiwi.
Jangan terkecoh saat demam turun; inilah fase kritis dengue. Bila tubuh bisa mengatasinya maka penyakit selesai, ditandai dengan demam yang kembali tinggi sebagai reaksi kesembuhan. Namun bila tidak, demam yang turun seolah tampak seperti kesembuhan, padahal saat inilah bisa terjadi dengue shock syndrome yang membuat pasien kritis bahkan bisa meninggal dunia.
Ancaman DBD di Musim Hujan
DBD masih masih banyak menimbulkan kematian di Indonesia. Pada 2024, terjadi 1.259 kematian akibat dengue, dari 218.356 kasus. “Kasus DBD selalu ada sepanjang tahun, dan cenderung meningkat di musim hujan,” tegas dr. Ina Agustina Isturini, MKM, Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI.
Salah satu faktor yang berperan dalam peningkatan kasus dengue secara nasional maupun global yaitu perubahan iklim. “Dengan meningkatnya suhu, frekuensi nyamuk menggigit jadi makin tinggi,” terang dr. Ina. Pada suhu 18 derajat C, nyamuk menggigit 5,5 hari sekali, sedangkan di suhu 30 derajat C, nyamuk menggigit tiap 2-3 hari. Sebagaimana diketahui, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Bila nyamuk tersebut mengigit orang yang memiliki virus dengue di darahnya, maka ia akan mnularkan virus tersebut ke orang-orang lain yang digigitnya.
Ia melanjutkan, dengue bukan hanya masalah kesehatan. “Namun juga berdampak pada produktivitas masyarakat dan membebani sistem layanan kesehatan,” tandas dr. Ina. Ia mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap gejala awal DBD, jangan sampai terlambat untuk mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan terdekat. Keterlambatan inilah yang kerap berujung pada kondisi kritis dan kematian.
Perlu Berbagai Upaya
Hingga saat ini, belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan dengue. Pengobatan yang diberikan hanya untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi yang lebih parah. Untuk itu, pencegahan menjadi kunci utama, salah satunya bisa melalui vaksinasi. Terlebih, ada ancaman DBD di musim hujan yang lebih besar lagi.
Dengue tidak bisa dilawan hanya dengan satu pendekatan saja. Diperlukan berbagai upaya dan pendekatan untuk menekan kasus dengue dan kematian akibatnya. Upaya 3M Plus tetap harus dilakukan di tingkat rumah tangga, ditambah upaya-upaya lainnya.
Pemerintah sendiri telah mengadopsi strategi berbasis inovasi. “Termasuk implementasi nyamuk ber- Wolbachia, seperti yang sudah kita lakukan di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, Kupang, serta vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan,” tutur dr. Ina.
Vaksin dengue tetravalen mampu memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe virus dengue. Menurut penelitian, efikasi vaksin ini dalam mencegah hospitalisasi akibat virus dengue mencapai 84%. Sayangnya, vaksin dengue belum menjadi program nasional, sehingga masih harus dilakukan secara mandiri.
Di Indonesia, vaksin dengue tetravalen telah mendapat izin dari BPOM untuk usia 6 – 45 tahun. Diberikan dalam dua dosis (dua kali suntikan), dengan jarak 3 bulan antara dosis pertama dengan dosis kedua.
Provinsi Kalimantan Timur telah melakukan pilot project program vaksinasi dengue di Indonesia, dengan menargetkan 9.800 anak usia sekolah dasar (SD) di Balikpapan, dan 2.750 anak SD di Samarinda Utara. Tahun ini, rencananya juga akan dilakukan pilot project vaksinasi dengue kepada anak usia SD di Jakarta Timur. Kita berharap, vaksin dengue isa menjadi program nasional.
Kita memiliki target 0 kematian akibat dengue pada 2030. Menurut Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Indonesia merupakan salah satu pemimpin dalam memerangi dengue. “Kita memiliki program percontohan Wolbachia, kita memiliki persetujuan global pertama untuk vaksin inovatif, dan ada kemitraan publik swasta yang sangat kuat,” ujarnya.
Namun demikian, ternyata berbagai upaya yang telah dilakukan masih belum cukup untuk menekan dengue, khususnya tren DBD di musim hujan. “Ini bukan hanya (menjadi tanggung jawab) pemerintah, tapi juga sektor swasta. Mulai dari tingkat keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan, perusahaan, kita semua harus bekerja sama untuk mengatasi dengue dengan 3M Plus dan Vaksin DBD,” pungkasnya. (nid)
_____________________________________________
Ilustrasi: Image by freepik