vitamin dan mineral baik untuk menjaga kesehatan jantung

Vitamin dan Mineral Penting Cegah Penyakit Kardiovaskular Saat Pandemi

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) masih menjadi satu pembunuh utama dan menjadi beban pembiayaan besar di seluruh dunia. Padahal lebih dari 80% kejadian kardiovaskular bisa dimodifikasi atau dicegah.

Pandemi COVID-19 membuat cerita kejadian kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, semakin bertambah. Penelitian Baldi et al, di Italia menunjukkan selama pandemi COVID-19 terdapat peningkatan signifikan jumlah kasus henti jantung di luar rumah sakit (Out of Hospital Cardiac Arrest /OHCA).

Dalam rentang 2 bulan antara Februari-April 2020 terdapat peningkatan signifikan kasus OHCA sebesar 52%, dibanding  bulan yang sama tahun 2019. Ada 490 kasus di tahun 2020 vs 321 kasus pada tahun 2019. Pasien henti jantung yang akhirnya meninggal di tempat signifikan lebih tinggi selama pandemi 2020, dengan 253 kasus pada 2020 dan 156 kasus pada 2019.

Beberapa faktor penyebabnya antara lain adanya kekhawatiran masyarakat untuk pergi ke fasilitas kesehatan terkait risiko infeksi COVID-19, kekhawatiran masyarakat bila korban tertular COVID-19 dan kurangnya kehadiran orang terdekat saat dibutuhkan.

Meski terdapat faktor risiko yang tidak bisa dirubah, seperti usia, genetik dan jenis kelamin pria, penyakit kardiovaskular bisa dicegah.

Dr. Laurentius Aswin Pramono M.Epid, SpPD, FK Unika Atma Jaya – RS St. Carolus, Jakarta, menjelaskan ada empat penyakit yang saling terkait dengan risiko kardiovaskular, yakni dislipidemia (kolesterol tinggi), diabetes, hipertensi dan obesitas (khususnya obesitas sentral/buncit). 

Jurnal Diabetes Care (1993) menyatakan risiko kematian akibat kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes meningkat tajam dengan seiring peningkatan kolesterol. Pada non diabetes risiko kematian tetap ada walau tidak setinggi di pasien diabetes.

“Terapi penurunan kolesterol, misalnya memakai obat-obatan golongan statin, bisa mengurangi kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes maupun non diabetes. Tetapi manfaatnya lebih tinggi (>70%) pada pasien diabetes,” terang dr. Aswin, dalam seminar kefarmasian secara virtual, Selasa (25/5/2021).

Ia menambahkan pada seseorang dengan faktor risiko kardiovaskular, target penurunan LDL kolesterol (kolesterol jahat) lebih agresif <100 mg/dL. “Kalau sudah terjadi angina pectoris (nyeri dada karena penyempitan pembuluh darah jantung) atau serangan jantung target LDL <70 mg/dL,” katanya.

Dr. Ida Gunawan MS, SpGK (K), dari RS Pondok Indah - Puri Indah, Jakarta menambahkan, kardiovaskular juga merupakan faktor komorbid ke 3 untuk risiko infeksi COVID-19 parah.

“Selain terapi obat, penting sekali memperbaiki faktor risiko kardiovaskular dengan meningkatkan daya tahan tubuh, salah satunya melalui intervensi diet,” kata dr. Ida.

American Association of Clinical Endocrinologist merekomendasikan diet pencegahan kardiovaskular antara lain tinggi sayur dan buah (lebih dari 5 porsi/hari, di mana perbanyak sayuran/buah berwarna hijau atau orange), perbanyak karbohidrat kompleks (sereal gandum, nasi merah atau kacang-kacangan), protein rendah lemak jenuh (ikan, daging tanpa kulit, dll).

“Ikan, terutama ikan laut, 2 porsi/minggu untuk mendapatkan omega 3. Lemak sebanyak 25-35% kalori dan kolesterol <200mg/hari,” terang dr. Ida. 

Sedangkan untuk memperkuat imunitas ada beberapa vitamin dan mineral spesifik, yakni:

Vitamin B

Thiamine (B1), riboflavin (B2) bersifat anti-inflamasi dan menghambat aktivitas pro-oksidasi di sel mikroglia (sel kekebalan pada sistem saraf pusat).

Niacin (B3) merupakan salah satu jenis vitamin B yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL, dan meningkatkan kolesterol baik (HDL).

Asam folat (vitamin B9) dan B12 berperan penting dalam keseimbangan sistem imun. Asupan yang cukup akan mencegah inflamasi, disfungsi imun dan progresifitas penyakit.

Vitamin C

Merupakan mikronutrien (gizi mikro) yang larut air. “Tidak bisa diproduksi oleh tubuh, maka harus didapatkan dari diet secara teratur dengan dosis yang adekuat (cukup),” imbuh dr. Ida.

Vitamin C berfungsi sebagai penguat barrier sel epitel (sel yang melapisi dinding pembuluh darah), meningkatkan aktivitas antioksidan dan antimikroba, serta mendorong proses regenerasi sel.

Defisiensi berat vitamin C berhubungan dengan gangguan imunitas dan peningkatan kepekaan terkena infeksi.

Vitamin E

Merupakan mikronutrien penting yang berfungsi melindungi tubuh dari efek radikal bebas, sekaligus merupakan antioksidan penting terhadap radikal larut lemak.  

Terbukti pula meningkatkan imunitas terhadap pathogen maupun non pathogen. Tubuh tidak bisa mensintesa vitamin E, sehingga harus didapat dari makanan/suplementasi.

Zinc

Kecukupan zinc berpengaruh pada jumlah sel imun yang adekuat dan menjaga fungsi kekebalan optimal.

“Mikronutrien-mikronutrien tersebut ternyata berperan sangat penting dalam mencegah kejadian kardiovaskular pada mereka yang berisiko, dan juga ikut meningkatkan imunitas,” tegas dr. Ida. (jie)

__________________________________________

Ilustrasi: Ri Butov from Pixabay